Duniaindustri.com (Juli 2016) – PT Bank Mandiri Tbk (BMRI), emiten BUMN perbankan, mencatatkan penurunan laba bersih 28,7% menjadi Rp 7,1 triliun pada semester I 2016 secara tahunan. Kenaikan pencadangan (provision) sebesar 250% menjadi Rp 9,9 triliun untuk mengantisipasi risiko peningkatan non performing loan (NPL) menjadi penyebab tergerusnya laba Bank Mandiri.
Laporan keuangan Bank Mandiri menunjukkan rasio NPL gross perusahaan naik menjadi 3,86% pada semester I 2016 dari 2,43% pada semester I 2015. Adapun NPL net mencapai 1,53% per Juni 2016 dibandingkan 1,01% pada periode yang sama tahun lalu.
“Penurunan laba terutama karena peningkatan biaya pencadangan. Jika tidak memperhitungkan biaya pencadangan, Pre-Provision Operating Profit (PPOP) mencapai Rp 19,3 triliun, tumbuh 13,3% secara tahunan,” ujar Rohan Hafas, Corporate Secretary Bank Mandiri.
Alexander Margaronis, Analis UOB Kay Hian, mengatakan pemburukan kualitas aset akan terlihat hingga akhir tahun ini dengan proyeksi NPL gross di level 3,5%-4%. Kredit di sektor komersial merupakan penyumbang terbesar NPL Bank Mandiri. “Kemungkinan harga saham Bank Mandiri akan tertekan akibat kinerja kuartal II 2016 yang lemah. Namun, dengan potensi pemulihan NPL pada 2017, investor bisa pasang posisi di harga rendah,” ujar Alexander. UOB merekomendasikan hold saham Bank Mandiri dengan target harga Rp 10.100.
Samuel Sekuritas juga merekomendasikan hold saham Bank Mandiri dengan konsensus target harga Rp 10.059. Samuel Sekuritas menilai laba bersih Bank Mandiri per Juni 2016 mencerminkan 36% dari estimasi maupun konsensus FY16. Tekanan terhadap NPL juga diperkirakan masih berlanjut hingga kuartal III 2016 sehingga perlu terus diwaspadai.
Di sisi lain, emiten BUMN perbankan lainnya, yaknni PT Bank Negara Indonesia Tbk (BBNI), mencetak kinerja gemilang pada semester I tahun ini. Laba bersih Bank BNI melesat 80% menjadi sekitar Rp 4,4 triliun dibandingkan dengan periode sama tahun lalu.
Dalam riset Senin (25/7), Stephan Hasjim, analis Indo Premier Securities, mengatakan, laba bersih Bank BNI pada semester I 2016 baru memenuhi 40% dari proyeksi laba sepanjang tahun ini Rp 10,84 triliun. “NPL sampai akhir tahun diproyeksi akan mencapai 3%,” ungkap Stephan.
Non performing loan (NPL) atau rasio kredit bermasalah Bank BNI naik menjadi 3% pada akhir kuartal kedua dibandingkan kuartal sebelumnya 2,8%. Kenaikan NPL ini mayoritas disebabkan oleh pinjaman PT Trikomsel yang turun menjadi 1,3 triliun.
Pendapatan bunga bersih alias net interest income (NII) naik 11,7% menjadi Rp 13,9 triliun. Pendapatan non-bunga naik 28,7% dari Rp 3,44 triliun menjadi Rp 4,43 triliun. Total nilai aset bank pelat merah ini mencapai Rp 539,14 triliun pada akhir Juni 2016 atau tumbuh 25,1% dibandingkan Juni 2015.(*/berbagai sumber/tim redaksi 03)
CONTACT US BY SOCIAL MEDIA: