Duniaindustri.com (Maret 2022) – Krisis komoditas minyak goreng di dalam negeri makin memuncak ditandai dengan meluasnya kelangkaan komoditas tersebut hingga adanya pabrik yang justru stop produksi. Volatilitas harga komoditas di pasar internasional ikut mendorong harga minyak sawit mentah (CPO) yang menjadi bahan baku utama minyak goreng, sehingga mengganggu pasokan di dalam negeri.
Kelangkaan minyak goreng telah terjadi selama beberapa pekan terakhir membuat para pedagang dan ibu rumah tangga menjerit di sejumlah daerah antara lain Jabodetabek, Medan, dan daerah lainnya. Secara kontradiksi, sekitar 6 pabrik minyak goreng justru berhenti produksi karena kekurangan bahan baku CPO.
Merespons krisis tersebut, Ketua Badan Anggaran (Banggar) DPR, MH Said Abdullah mendesak pemerintah untuk menghentikan ekspor kelapa sawit. Dia menilai kebijakan domestic market obligation (DMO) dan domestic price obligation (DPO) tidak efektif. Sementara minyak goreng langka di pasar domestik.
Said menilai, kebijakan DMO dan DPO minyak sawit mentah maupun produk turunannya tidak mampu menciptakan stabilitas harga minyak goreng dan bahkan telah mengalami kenaikan harga yang tinggi serta kelangkaan produk di sejumlah daerah.
“Pemerintah harus menghentikan sementara ekspor kelapa sawit, setidaknya sebulan, agar ada kepatuhan sejumlah produsen besar untuk memenuhi kebutuhan sawit domestik,” tegas Said dalam keterangan di Jakarta, kemarin.
Dia menyebutkan, masyarakat telah berulang kali menghadapi persoalan serupa dari waktu ke waktu, seperti kelangkaan kedelai, beras, bawang putih, bawang merah, cabai merah dan bahkan kelangkaan stok batubara. “Terbaru, rakyat dibuat susah dengan kelangkaan stok minyak goreng di berbagai tempat,” imbuhnya.
Said menduga bahwa kelangkaan sejumlah produk pangan tersebut bukan hanya sebatas persoalan manajemen supply dan demand. “Besar kemungkinan ada motif mens rea (niat jahat) untuk mendapatkan berbagai keuntungan secara singkat dan mengabaikan berbagai pertimbangan strategis yang menyangkut hajat hidup orang banyak,” ujarnya.
Dia mencontohkan, kasus penimbunan minyak goreng di Sumatera Utara memang sudah direspons pemerintah dengan memberikan subsidi, melakukan operasi pasar dan pemberlakuan kebijakan DMO untuk kelapa sawit yang menjadi bahan mentah minyak goreng sebesar 20 persen dari total ekspor.
Selain itu, lanjut dia, kebijakan DPO untuk mengatur harga CPO di dalam negeri. Pemerintah menerapkan harga tertinggi CPO sebesar Rp9.500 per kilogram atau dalam bentuk minyak Rp10.300 per kilogram. Di atas kertas, seharusnya dengan pengaturan yang dibuat oleh pemerintah itu bisa mengatasi kelangkaan minyak goreng,” ucapnya.
Dia juga meminta agar pemerintah menguatkan peran dan fungsi Badan Urusan Logistik (Bulog) dan intervensi Bulog terhadap pasar perlu diperkuat, sehingga dapat menjadi stabilisator yang efektif dalam mengatasi berbagai hal menyangkut stok pangan.
Pabrik Stop Produksi
Sementara itu, Direktur Eksekutif Gabungan Industri Minyak Nabati Indonesia (GIMNI) Sahat Sinaga menyatakan akibat tidak mendapat jatah pasokan CPO, sebanyak 6 produsen minyak goreng berhenti produksi.
“Kebijakan pemenuhan kebutuhan domestik (domestic market obligation/ DMO) hanya bisa dilaksanakan perusahaan terintegrasi. Yakni, produsen eksportir dan memasok ke pasar domestik, alias perusahaan terintegrasi. Anggota GIMNI ada 34 produsen minyak goreng, hanya 16 yang terintegrasi. Sisanya, produsen yang pasarnya memang hanya di dalam negeri. Lalu, ada perusahaan di luar GIMNI, yang hanya eksportir minyak goreng,” jelasnya.
Menurut dia, eksportir akan mengalami kesulitan memasarkan CPO di dalam negeri. Sedangkan untuk produsen migor lokal kesulitan membeli dari eksportir. Akibatnya, minyak goreng bisa terus mengalami jumlah yang terbatas. “Ini yang seharusnya dibantu pemerintah agar keduanya bisa bekerja sama,” katanya.(*/berbagai sumber/tim redaksi 08/Safarudin/Indra)
Mari Simak Coverage Riset Data Spesifik Duniaindustri.com:
Market database
Manufacturing data
Market research data
Market leader data
Market investigation
Market observation
Market intelligence
Monitoring data
Market Survey/Company Survey
Multisource compilation data
Market domestic data
Market export data
Market impor data
Market directory database
Competitor profilling
Market distribution data
Company database/directory
Mapping competition trend
Profiling competitor strategy
Market data analysist
Historical data
Time series data
Tabulation data
Factory directory database
Market segmentation data
Market entry strategy analysist
Big data processor
Financial Modeling/Feasibility Study
Price trend analysist
Data business intelligence
Customized Direktori Database* Butuh data spesifik atau riset pasar, total ada 250 database, klik di sini
** Butuh competitor intelligence, klik di sini
*** Butuh copywriter specialist, klik di sini
**** Butuh content provider (branding online), klik di sini
***** Butuh jasa medsos campaign, klik di siniDatabase Riset Data Spesifik Lainnya:
- Butuh data spesifik atau riset pasar, total ada 250 database, klik di sini
- Butuh 25 Kumpulan Database Otomotif, klik di sini
- Butuh 18 Kumpulan Riset Data Kelapa Sawit, klik di sini
- Butuh 15 Kumpulan Data Semen dan Beton, klik di sini
- Butuh 11 Kumpulan Riset Data Baja, klik di sini
- Butuh 15 Kumpulan Data Transportasi dan Infrastruktur, klik di sini
- Butuh 17 Kumpulan Data Makanan dan Minuman, klik di sini
- Butuh 6 Kumpulan Market Analysis Industri Kimia, klik di sini
- Butuh 3 Kumpulan Data Persaingan Pasar Kosmetik, klik di sini
- Butuh competitor intelligence ataupun riset khusus (survei & observasi), klik di sini
- Butuh copywriter specialist, klik di sini
- Butuh content provider (online branding), klik di sini
- Butuh market report dan market research, klik di sini
- Butuh perusahaan konsultan marketing dan penjualan, klik di sini
- Butuh menjaring konsumen korporasi dengan fitur customize direktori database perusahaan, klik di sini
Duniaindustri Line Up:
detektif industri pencarian data spesifik
Portofolio lainnya:
Atau simak video berikut ini: