Duniaindustri.com (Maret 2016) – PT Krakatau Steel (Persero) Tbk (KRAS), emiten BUMN produsen baja, dan Nippon Steel & Sumitomo Metal Corporation (NSSMC) membentuk perusahaan patungan (joint venture) guna membangun pabrik baja otomotif senilai US$ 400 juta di Cilegon, Banten. Kementerian Perindustrian (Kemenperin) menyatakan, pabrik baja otomotif milik PT Krakatau Nippon Steel Sumikin akan selesai konstruksi akhir tahun ini dan siap beroperasi awal tahun depan.
“Konstruksi pabrik pelat baja galvanis dengan kapasitas 500.000 ton per tahun tersebut hingga saat ini mencapai 60%,” kata Direktur Jenderal Industri Logam, Mesin, Alat Transportasi dan Elektronika Kemenperin, I Gusti Putu Suryawirawan kepada pers.
Saat ini, menurut Putu, baja galvanis yang digunakan untuk membuat badan mobil masih diimpor 100%. Jika pabrik tersebut beroperasi, substitusi impor yang terjadi dapat mencapai 50%.
“Untuk produksi mobil 1 juta unit itu paling tidak butuh 700.000 toh hingga 800.000 ton. Kalau digabung dengan sepeda motor mungkin kebutuhan baja galvanis mencapai 1 juta ton,” papar dia.
Perusahaan joint venture Krakatau Steel dengan Nippon Steel & Sumitomo Metal Corporation (NSSMC) ini menanamkan investasi sebesar US$400 juta untuk pabrik di Cilegon.
“Pihak NSSMC meminta kepastian dalam proses penyelesaian pabrik mereka dan minta tolong diperhatikan untuk kemudahan impor bahan baku maupun mesin,” ujarnya.
Putu menambahkan, baja galvanis masih memerlukan impor bahan baku berupa CRC yang memiliki standar untuk otomotif. Adapun industri baja dalam negeri masih belum bisa memproduksi CRC dengan spesifikasi yang dibutuhkan industri baja galvanis.
“Paling tidak dengan membangun fasilitas pengolahan di sini, yang impor hanya bahan baku. Tapi kebergantungan impor untuk baja otomotif sendiri bisa turun,” tutur Putu.
Pasar Baja Indonesia
Pasar baja Indonesia pada 2015 ditaksir mencapai US$ 5,35 miliar atau Rp 76,5 triliun, turun dari posisi 2014 sebesar US$ 7,88 miliar atau Rp 112,6 triliun (kurs Rp 14.300/US$). Tim duniaindustri.com memperhitungkan nilai pasar baja Indonesia di 2015 dari prediksi volume pasar baja di Indonesia dengan harga rata-rata di dunia.
Volume pasar baja di Indonesia pada 2015 diperkirakan mencapai 15,3 juta ton, naik 7,7% dibanding tahun lalu 14,2 juta ton, menurut data Indonesia Iron and Steel Industry Association (IISIA), Kementerian Perindustrian, dan PT BNI Securities.
Sedangkan harga baja dunia (baja canai panas/HRC yang menjadi patokan harga baja dunia) pada awal September 2015 mencapai US$ 340-US$ 350 per ton, menurut data Midle East Steel (mesteel.com). Harga baja dunia pada September 2015 turun 37%-38% dibanding periode yang sama tahun 2014 di kisaran US$ 545-US$ 555 per ton.
Duniaindustri.com menilai penurunan nilai pasar baja di Indonesia disebabkan pelemahan harga baja dunia. Meski secara volume penjualan baja di Indonesia naik, penurunan harga membuat nilai pasar menjadi lebih kecil.
World Steel Association menyatakan produksi baja di Indonesia berkisar antara 3,5–4,2 juta ton per tahun sepanjang 2005-2010. Dengan produksi sebesar itu, Indonesia menempati urutan ke-34 produsen baja terbesar di dunia.
Asosiasi Baja Dunia merekap data produksi baja dari 170 perusahaan baja skala besar, termasuk 18 dari 20 perusahaan baja terbesar di dunia. Data produksi baja dari Asosiasi Baja Dunia merepresentasikan 85% produksi baja global.
Pada tahun lalu, Kementerian Perindustrian memperkirakan produksi baja nasional diperkirakan mencapai 6-6,5 juta ton. Sehingga masih terjadi defisit pasokan baja di dalam negeri mencapai 3-3,5 juta ton. Defisit pasokan itu terpaksa harus dipenuhi dari impor.(*/berbagai sumber)
CONTACT US BY SOCIAL MEDIA: