Duniaindustri.com (Maret 2020) — Meskipun sudah secara tegas kebijakan pemerintah melalui PERPRES 40 2016 menyebutkan bahwa harga gas industri tidak lebih dari USD 6/MMBTU, namun hingga saat ini kontroversinya terus bergulir. Bahkan dalam beberapa kesempatan Presiden Jokowi menyampaikan kekesalannya dan memerintahkan penurunan harga gas untuk mendongkrak dayasaing industri, tapi sepertinya beberapa pihak yang menikmati keuntungan dari harga tingginya harga gas tidak sudi jika harga gas harus mengikuti peraturan tersebut.
Sekretaris Jenderal Asosiasi Produsen Serat dan Benang Filament Indonesia, Redma Gita Wirawasta menjelaskan bahwa tingginya harga gas di sektor petrochemical hingga serat dan benang filament telah berperan penting dalam memperburuk industri tekstil dan produk tekstil (TPT) dalam 7 tahun terakhir. “Dua bahan baku utama di industri tekstil yaitu serat polyester dan rayon menggunakan gas untuk proses produksi polimerisasi, dimana gas berperan 18% terhadap beban biaya produksi” ungkap Redma dalam keterangan tertulis di Jakarta, Selasa (3/3).
“Harga kain kita lebih mahal 35% dibanding kain impor, 20% nya sebagai akibat tingginya harga gas,” tegasnya.
Berdasarkan analisa hulu hilir yang dilakukan APSyFI, tingginya harga gas untuk industri yang rata-rata mencapai USD 9,8/MMBTU menyebabkan harga Purified Therepththalat Acid (PTA) lebih mahal 8%, harga serat lebih mahal 6%, harga benang lebih mahal 4% dan harga kain lebih mahal 2%. “Agregatnya harga kain jadi lebih mahal 20% hanya karena faktor harga gas saja, kan efek domino bahan baku dari hulu ke hilir, rata-rata bahan baku sekitar 50%-55% beban biaya manufaktur,” tambahnya.
Naiknya harga gas dimulai ditahun 2012, dimana pemerintah mengkaitkan harga gas dengan harga minyak mentah sehingga harga gas naik dari USD 6/MMBTU menjadi di atas USD 9/MMBTU. Namun untuk tahun tahun selanjutnya ketika harga minyak mentah kembali turun, harga gas tidak ikut turun bahkan mengalami kenaikan. “Jadi sudah 7 tahun harga gas ini cekik industri TPT hingga carut-marut seperti ini, dan kita kan tidak punya pilihan lain selain pakai gas dalam negeri,” ungkap Redma.
Mahalnya harga gas juga menjadi hambatan investasi di sektor petrochemical khususnya PTA dan Mono Ethylele Glycol (MEG). Hingga saat ini tidak ada tambahan dan investasi baru di sektor bahan baku utama polyester tersebut. “Sebelum harga gas dinaikan, sudah ada rencana investasi baru dari produsen PTA asal Inggris, mereka sudah melakukan studi, namun begitu harga gas naik tidak ada kelanjutannya. Apalagi MEG yang bahan baku utamanya adalah gas,” tambahnya.
Untuk itu APSyFI mendukung pemerintah untuk menerapkan PERPRES 40 tahun 2016 demi menaikan dayasaing industri TPT secara keseluruhan. “Jadi yang dihitung bukan hanya dampaknya bagi industri yang terkait langsung, tapi ada efek domino hingga ke sektor hilirnya,” ungkap Redma.
“Pemerintah pasti sudah menghitung dampaknya bagi ekonomi secara keseluruhan, pengaruhnya terhadap pertumbuhan industri, ekspor, substitusi impor, investasi baru, tenaga kerja hingga pendapatan pemerintah dari pajak” tambahnya. (*/berbagai sumber/tim redaksi 09/Safarudin/Indra)
Mari Simak Coverage Riset Data Spesifik Duniaindustri.com:
Market database
Manufacturing data
Market research data
Market leader data
Market investigation
Market observation
Market intelligence
Monitoring data
Market Survey/Company Survey
Multisource compilation data
Market domestic data
Market export data
Market impor data
Market directory database
Competitor profilling
Market distribution data
Company database/directory
Mapping competition trend
Profiling competitor strategy
Market data analysist
Historical data
Time series data
Tabulation data
Factory directory database
Market segmentation data
Market entry strategy analysist
Big data processor
Financial Modeling/Feasibility Study
Price trend analysist
Data business intelligence
Customized Direktori Database* Butuh data spesifik atau riset pasar, total ada 179 database, klik di sini
** Butuh competitor intelligence, klik di sini
*** Butuh copywriter specialist, klik di sini
**** Butuh content provider (branding online), klik di sini
***** Butuh jasa medsos campaign, klik di siniDatabase Riset Data Spesifik Lainnya:
- Butuh data spesifik atau riset pasar, total ada 179 database, klik di sini
- Butuh 23 Kumpulan Database Otomotif, klik di sini
- Butuh 18 Kumpulan Riset Data Kelapa Sawit, klik di sini
- Butuh 15 Kumpulan Data Semen dan Beton, klik di sini
- Butuh 8 Kumpulan Riset Data Baja, klik di sini
- Butuh 15 Kumpulan Data Transportasi dan Infrastruktur, klik di sini
- Butuh 9 Kumpulan Data Makanan dan Minuman, klik di sini
- Butuh 6 Kumpulan Market Analysis Industri Kimia, klik di sini
- Butuh 3 Kumpulan Data Persaingan Pasar Kosmetik, klik di sini
- Butuh competitor intelligence ataupun riset khusus (survei & observasi), klik di sini
- Butuh copywriter specialist, klik di sini
- Butuh content provider (online branding), klik di sini
- Butuh market report dan market research, klik di sini
- Butuh perusahaan konsultan marketing dan penjualan, klik di sini
- Butuh menjaring konsumen korporasi dengan fitur customized direktori database perusahaan, klik di sini
Duniaindustri Line Up:
detektif industri pencarian data spesifik
Portofolio lainnya: