Duniaindustri.com (Oktober 2014) – Konsumsi semen nasional dari awal tahun sampai kuartal III tahun ini naik 3,4% menjadi 43 juta ton dibanding periode sama tahun lalu sebesar 41,6 juta ton. Pertumbuhan tersebut tergolong rendah dibanding periode yang sama tahun lalu.
“Performance penjualan bulan September naik karena pemilihan legislatif dan pemilihan presiden sudah berakhir. Jadi pemerintah dan masyarakat mulai konsentrasi untuk pembangunan lagi,” kata Widodo Santoso, Ketua Asosiasi Semen Indonesia (ASI).
Asosiasi memperkirakan penjualan semen sepanjang 2014 ini bisa naik 5% menjadi 60,9 juta ton dibanding tahun lalu sebesar 58 juta ton. Meskipun terjadi perlambatan permintaan semen dari sektor properti, namun kehadiran proyek infrastruktur pada semester II berhasil mengerek pertumbuhan permintaan semen sampai September. Sehingga terdapat potensi penjualan semen hingga akhir tahun mencapai 63 juta ton.
Persentase pertumbuhan penjualan semen Januari-September 2014 sebesar 3,4% juga di bawah persentase pertumbuhan di semester I tahun ini. Pertumbuhan penjualan semen sepanjang semester I/2014 sekitar 3,9% atau turun cukup jauh dibandingkan dengan penjualan semester I/2013 yang tumbuh hingga 7,5%.
Widodo Santoso mengatakan pertumbuhan konsumsi atau penjualan semen nasional pada semester I/2014 tidak mampu mencapai target yang direncanakan, yakni sekitar 5%-6%. Selain karena adanya kenaikan tarif listrik yang memengaruhi biaya produksi, rendahnya konsumsi semen di luar Pulau Jawa menjadi penyebab rendahnya konsumsi.
“Ini karena pada penjualan Juni, luar Jawa masih memprihatinkan, terutama Kalimantan, Sulawesi dan Indonesia Timur. Kalau Pulau Jawa, Nusa Tenggara dan Sumatra masih ada kenaikan,” kata Widodo.
Dia memerinci, di Kalimantan, penjualan semen sepanjang semester I/2014 dibandingkan dengan periode yang sama tahun lalu tumbuh 2,8% dengan penjualan 2,20 juta ton. Adapun penjualan pada Juni 2014 turun 5,7% dibandingkan dengan Juni tahun lalu.
Di Sulawesi, penjualan semen sepanjang semester I/2014 tumbuh 5,7% dibandingkan periode yang sama tahun lalu dengan penjualan 2,10 juta ton. Sedangkan penjualan pada Juni 2014 turun 7,6% dengan penjualan 336.406 ton.
Kemudian, di Bali dan Nusa Tenggara, penjualan sepanjang semester I/2014 dibandingkan dengan semester I/2013 turun 0,9% atau hanya 1,61 juta ton. Sedangkan pada Juni 2014, penjualan tumbuh 10,9% dibandingkan dengan Juni tahun lalu. Di Indonesia Timur, dibandingkan dengan semester I/2013, penjualan sepanjang semester I/2014 turun 1,9% atau dengan penjualan 632.559 ton. Adapun penjualan pada Juni 2014 tumbuh 8,8% dibandingkan Juni 2013.
“Untuk Sumatra, semester I/2014 tumbuh 1,4%, sedangkan pada Juni saja tumbuh 4,6 % dibandingkan pada periode serupa tahun lalu,” kata Widodo.
Di Pulau Jawa, yang memiliki serapan paling tinggi, penjualan sepanjang semester I/2014 tumbuh 5,6% dengan penjualan 16,32 juta ton. Sedangkan pada Juni 2014 tumbuh 8,7% dengan penjualan 3,03 juta ton.
Dia berharap, pada semester II/2014, pertumbuhan bisa meningkat hingga 6%-8% untuk mendorong pertumbuhan industri semen sepanjang tahun ini. Untuk bisa mencapat target tersebut, diharapkan proyek-proyek pemerintah, termasuk pembangunan smelter bisa segera dijalankan pada semester II ini.
“Kemudian, kami masih optimistis karena nanti masyarakat sudah tidak disibukkan lagi dengan adanya pemilu sehingga proyek bisa dioptimalkan. Semoga kendala suku bunga untuk perumahan rakyat tidak terganggu dan kontribusi kebutuhan pembangunan apartemen makin meningkat.”
Di kuartal I 2014, volume penjualan semen nasional hanya tumbuh 3,7% menjadi 14,07 juta ton dari periode yang sama tahun sebelumnya 13,57 juta ton. Persentase pertumbuhan di kuartal I 2014 jauh di bawah pertumbuhan kuartal I 2013 sebesar 8,6% dibanding kuartal I 2012.
Di kuartal I 2014, volume penjualan semen di Jawa Barat tumbuh tertinggi, sebesar 12,3% menjadi 2,15 juta ton dari sebelumnya 1,9 juta ton. Disusul, penjualan semen di Jawa Timur naik 9% menjadi 1,85 juta ton. Secara total, penjualan semen di Pulau Jawa yang berkontribusi 55% secara nasional pada kuartal I 2014 tumbuh 4,3% menjadi 7,74 juta ton dari sebelumnya 7,4 juta ton.
Itu berarti, penjualan semen di kuartal I tahun ini tidak setinggi tahun lalu. PT Semen Indonesia Tbk (SMGR) juga mencatatkan penjualan yang tumbuh 3,5% menjadi 6,16 juta ton di kuartal I 2014. Sebagai perbandingan, pada periode sama tahun lalu, penjualan Semen Indonesia bisa tumbuh 20,5% menjadi 5,95 juta ton secara tahunan.
Volume penjualan terbesar masih berasal dari Semen Gresik yakni 3,29 juta ton. Penjualan ini naik 6,6% dari periode yang sama tahun lalu. Menurut Agung Wiharto, Sekretaris Korporasi Semen Indonesia, kontribusi terbesar kedua berasal dari penjualan Semen Tonasa sebanyak 1,26 juta ton. Angka ini tumbuh 5,59%. Menyusul, penjualan Semen Padang yang menurun 3,9% menjadi 1,61 juta ton.
Khusus penjualan ekspor masih lesu. Ekspor Semen Indonesia menurun 45,3% menjadi 14.955 ton. Penjualan ekspor berasal dari produksi Semen Tonasa.
Secara industri, penjualan semen nasional memang melambat. Data Asosiasi Semen Indonesia (ASI) menyebutkan, total konsumsi semen hanya naik 3,5% dari 13,61 juta ton menjadi 14,09 juta ton pada kuartal I 2014. Penjualan semen domestik tumbuh 3,7% menjadi 14,07 juta ton.
Penjualan semen terbesar masih di Pulau Jawa, sebanyak 7,74 juta ton. Lebih rinci lagi, penjualan semen di Jawa Barat naik 12,3% menjadi 2,15 juta ton. Lalu, penjualan semen di Jawa Timur naik 9% menjadi 1,85 juta ton.
Namun, penjualan semen di beberapa daerah menurun. Ambil contoh, penjualan semen di Banten yang merosot 11,7% menjadi 720.425 ton. Begitu pula di Maluku dan Papua, penjualan semen turun 9,4% menjadi 324.938 ton.
Analis MNC Securities, Reza Nugraha mengatakan, pertumbuhan penjualan industri semen memang cenderung di bawah ekspektasi yang sebesar 5%. Ini akibat pembangunan infrastruktur yang terhenti karena ada pemilihan umum.
Akibatnya penjualan semen secara industri dan Semen Indonesia pun menurun. “Saya rasa masih wajar,” ujar Reza. Meski pertumbuhan penjualan semen di kuartal I lebih rendah, penjualan semen akan kembali meningkat terutama pada semester II 2014.
Reza memperkirakan, penjualan Semen Indonesia sampai akhir tahun akan tumbuh 5%–6%. “Ini sejalan dengan penjualan semen domestik yang akan tumbuh 6%,” kata dia. Dia pun yakin, laba Semen Indonesia bisa tumbuh 18% dan pendapatan naik 15% di tahun ini.
Penjualan 2013
Pertumbuhan penjualan semen pada 2013 mencapai 5,6% menjadi 58 juta ton. Meski meningkat, pertumbuhan penjualan semen tahun lalu lebih rendah dibanding 2012 yang tumbuh hingga 14,5%.
Ketua Umum Asosiasi Semen Indonesia (ASI) Widodo Santoso mengatakan penjualan semen sepanjang Januari-Desember 2013 mencapai 58 juta ton. Bila ditambah dengan pasokan impor, penjualan periode tersebut mencapai 59,5 juta ton. Menurutnya, kenaikan penjualan sepanjang 2013 hanya sekitar 3 juta ton dibandingkan 2012. Padahal, pada 2012 kenaikan penjualan mencapai 7 juta ton dibandingkan dengan penjualan 2011. “Penjualan tidak menurun atau minus, hanya melambat,” kata Widodo.
Rendahnya penjualan semen di luar Pulau Jawa membuat penjualan semen secara menyeluruh melambat. Penjualan di Sumatra, pada 2012 pertumbuhan penjualan mencapai 8,9%, sedangkan pada 2013 pertumbuhannya cuma 1,4%.
Kemudian, pertumbuhan penjualan di Kalimantan pada 2012 mencapai 21%, sedangkan 2013 hanya 7,6%. Begitu juga penjualan di Sulawesi, pada 2012 tumbuh 16,6%, sedangkan 2013 hanya 3,9%. Pertumbuhan penjualan di wilayah Nusa Tenggara dan Bali pada 2012 mencapai 14%, sedangkan sepanjang 2013 hanya 2,9%.
Kemerosotan penjualan juga terjadi di kawasan timur Indonesia. Pertumbuhan penjualan 2012 mencapai 50%, sedangkan 2013 relatif tidak ada pertumbuhan. Sementara itu, di Pulau Jawa, pertumbuhan penjualan 2013 mencapai 7,7% atau lebih rendah dari pertumbuhan penjualan 2012 yang mencapai 14,6%.
“Di luar Pulau Jawa drastis turunnya. Kemungkinan karena harga komoditas juga, harga batu bara turun, harga karet turun, otomatis pergerakan ekonomi sedikit lambat, kemampuan masyarakat agak menurun,” tambah dia.
Di sisi lain, penjualan semen pada Desember 2013 sekitar 5,28 juta ton atau naik 3,33% dibandingkan dengan periode yang sama 2012. Pada Desember 2013, penjualan semen di Sumatra turun 3,4% dibandingkan dengan Desember 2012. Di Kalimantan penjualan tumbuh 6,2% dan Sulawesi tumbuh hanya 1%.
Penurunan penjualan juga terjadi di pulau Jawa yang turun 10,5%, Nusa Tenggara dan Bali turun 30%, dan Indonesia Timur turun 11,5%. “Ada Natal dan lain-lain, itu pengaruh,” jelasnya.(*/berbagai sumber)