Duniaindustri (April 2012) – Konsumen tekstil dan garmen di pasar lokal masih berorientasi pada harga daripada kualitas produk. Akibatnya, serapan produk tekstil dalam negeri masih rendah.
Ketua Umum Asosiasi Pertekstilan Indonesia (API) Ade Sudrajat mengatakan orientasi serapan pasar tekstil dan produk tektil (TPT) dalam negeri masih kepada besaran harga daripada kualitas produk. “Indonesia dengan jumlah penduduk yang besar merupakan produk potensial, sayangnya pasar dalam negeri itu masih berorientasi harga, bukan pada kualitas,” kata Ade.
Pasar dalam negeri lebih memburu produk yang berharga murah daripada produk yang berkualitas. Kondisi itu diperparah dengan derasnya produk impor dari China yang memburu pasar dalam negeri yang langsung ditangkap pasar.
Menteri Perindustrian (Menperin) MS Hidayat mengatakan, pasar tekstil domestik diperkirakan tumbuh 11,8% pada tahun ini dari Rp85,4 triliun pada 2010 menjadi Rp95,5 triliun. Karena itu, fokus produsen tekstil lokal yang terlalu berorientasi ekspor membuka peluang bagi produsen luar negeri mengisi pasar domestik.
“Jangan hanya karena ekspor, pasar lokal dilupakan. Hasilnya, impor melonjak. Padahal tekstil terutama garmen termasuk salah satu produk kreatif yang pertumbuhan ekspornya pesat,” ucap Hidayat.
Ade menambahkan, orientasi konsumen lokal cukup mengkhawatirkan jika serapan produk dalam negeri lebih kecil daripada serapan pada produk impor. Di sisi lain, harga produksi yang tinggi membuat harga jual produk dalam negeri lebih tinggi dari produk impor.
Akibatnya, sebagian besar industri TPT lebih banyak diekspor ke luar negeri untuk mendapatkan pasar dan harga yang lebih tinggi. Di sisi lain pasar dalam negeri semakin terbius produk impor yang berhaga murah.
“Kondisi seperti ini jelas perlu peran serta pemerintah, bukan langsung ke pasar tapi dalam mendukung infrastruktur dan kebijakan lainnya sehingga mendorong biaya produksi lebih murah, sehingga bisa melepas harga produk dalam negeri lebih murah lagi,” kata Ade.
Padahal, kata dia, dari sisi kualitas produk dalam negeri lebih bagus dibandingkan produk impor yang ada di pasaran saat ini. Bahkan di beberapa negara tujuan ekspor produk TPT Indonesia menjadi jaminan kualitas.
“Pasar ekspor memang lebih bagus, namun di sisi lain pasar dalam negeri tetap digarap karena potensi pasarnya masih cukup besar,” kata Ade.(Tim redaksi 02)