Duniaindustri.com (September 2019) – Kabar terbaru tentang startup (perusahaan rintisan) yang telah menyandang gelar unicorn, perusahaan dengan valuasi di atas US$ 1 miliar, tentu menarik disimak. Empat unicorn di Indonesia yakni Gojek, Tokopedia, Bukalapak, dan Traveloka, memang selalu mencuri perhatian publik.
Dari mulai injeksi modal puluhan triliun yang mengalir ke unicorn hingga penetrasi pasar secara pesat ikut menjadi rekam jejak pertumbuhan keempat unicorn tersebut. Memang di zaman teknologi digital berbasis revolusi industri 4.0, kehadiran unicorn kental mewarnai landskap bisnis di negeri ini.
Teranyar, ramai di publik tentang pemberitaan Bukalapak, perusahaan market place yang dimiliki oleh Emtek Group, melakukan penataan internal dengan memutus hubungan kerja (PHK) ratusan pekerjanya. Meski masih malu-malu untuk mengakuinya, manajemen Bukalapak memang mengakui adanya upaya efisiensi yang ditandai dengan pemangkasan separuh kerugian laba EBITDA (laba sebelum beban bunga, pajak, dan amortisasi) dalam delapan bulan terakhir.
Chief of Strategy Officer Bukalapak Teddy Oetomo menjelaskan Bukalapak ingin menjadi e-commerce unicorn pertama yang meraih keuntungan. “Dengan pencapaian performa bisnis yang baik dan modal yang cukup, kami menargetkan untuk dapat mencapai breakeven bahkan keuntungan dalam waktu dekat,” ucapnya dalam keterangan tertulis di Jakarta, Selasa (10/9).
Menurut dia, dengan mengurangi kerugian EBITDA, laba kotor Bukalapak pada semester I 2019 melonjak tiga kali lipat dari periode yang sama tahun sebelumnya. “Ketika Bukalapak didirikan 9 tahun yang lalu, kemajuan teknologi tidak secepat seperti sekarang. Saat ini, seiring dengan kemajuan teknologi untuk memenuhi kebutuhan masyarakat yang semakin berkembang, beragam, dan terus berubah, perubahan dalam perusahaan juga harus dilakukan untuk mengimbangi,” tambah Teddy.
Teddy menambahkan menjadi e-commerce yang berkelanjutan adalah penting bagi Bukalapak karena sementara pertumbuhan GMV (Gross Merchandise Volume) adalah ukuran penting untuk setiap e-commerce. “Bukalapak telah berkembang ke tahap berikutnya dan telah berhasil menghasilkan peningkatan dalam monetisasi, memperkuat jalur profitabilitas yang berjalan lebih baik dan bakal menuju ekspetasi kami,” ujar Teddy.
Dia menjelaskan, Bukalapak memang tumbuh signifikan dalam kurun waktu yang singkat. “Tentunya kami perlu menata diri dan mulai beroperasi layaknya perusahaan yang sudah dewasa, atau bisa kami sebut sebagai a grown up company,” kata dia.
Saat ini, Bukalapak telah merangkul 4 juta usaha kecil di seluruh Indonesia, dan 500 ribu warung di Mitra Bukalapak, 700 ribu pelaku usaha mandiri, dengan 50 juta pengguna di seluruh Indonesia. Pada Januari 2019 Bukalapak baru mendapat suntikan dana dari perusahaan pendanaan asal Korea Selatan, Mirae Asset-Naver Asia Growth Fund.
Bukalapak enggan menyebut nominal investasi tersebut. Namun, sejumlah sumber melaporkan bahwa investasi tersebut senilai 50 juta dolar AS atau sekitar Rp 706,6 miliar. Selama ini, Bukalapak telah didukung oleh beberapa pemegang saham utama seperti EMTEK, Ant Financial, GIC (Government of Singapore Investment Corporation). Bukalapak mencatat dua juta transaksi setiap harinya, yang berhasil membuat pendapatan pada kuartal ke-4 perusahaan teknologi tersebut melampaui pendapatan selama satu tahun pada 2017.
Dalam uraian manajemen Bukalapak diketahui bahwa fokus perusahaan saat ini menjadi unicorn yang mencetak untung dalam waktu dekat. Duniaindustri.com menilai fokus tersebut sangat terkait dengan kinerja profitabilitas Bukalapak sehingga dibutuhkan dukungan berupa efisiensi biaya dan penataan struktur internal. Bukankah perusahaan yang ramping dan memiliki produktivitas tinggi lebih efisien serta berpeluang mencetak laba lebih tinggi dibanding perusahaan dengan struktur organisasi yang ‘gemuk’.
Dalam 9 tahun perjalanannya, Duniaindustri.com juga menilai, investasi dari para pemodal yang disuntikkan di Bukalapak sudah saatnya untuk diolah lebih lanjut untuk meraup laba. Masalahnya tentu bukan hanya satu atau dua pemodal yang menyuntikkan dana, hal ini membuat perusahaan membutuhkan ‘kompromi’ strategi seberapa cepat dapat menghasilkan laba sesuai target.
Terlebih lagi dalam kondisi perlambatan ekonomi Indonesia. Menurut data Badan Pusat Statistik (BPS), pertumbuhan ekonomi nasional kuartal II 2019 hanya 5,05% secara tahunan atau melambat dibandingkan periode yang sama tahun lalu, 5,27%. Dalam perhitungan kuartalan, pertumbuhan ekonomi nasional kuartal II tahun ini cuma tumbuh 4,2%. Namun, angka itu masih membaik jika dibandingkan pertumbuhan ekonomi kuartal I 2019 yang secara kuartalan turun 0,52%.
Perusahaan seperti Bukalapak ataupun unicorn lainnya tentu akan ‘memutar otak’ lebih dalam untuk mencari celah peluang untuk mampu menggelar penetrasi pasar lebih luas ataupun membuat integrasi bisnis secara vertikal dan horizontal guna meraup laba menjadi perusahaan yang berkelanjutan. Hal ini menarik untuk disimak lebih lanjut. (*/tim redaksi 07/Safarudin/Indra)
Mari Simak Coverage Riset Data Spesifik Duniaindustri.com:
Market database
Manufacturing data
Market research data
Market leader data
Market investigation
Market observation
Market intelligence
Monitoring data
Market Survey/Company Survey
Multisource compilation data
Market domestic data
Market export data
Market impor data
Market directory database
Competitor profilling
Market distribution data
Company database/directory
Mapping competition trend
Profiling competitor strategy
Market data analysist
Historical data
Time series data
Tabulation data
Factory directory database
Market segmentation data
Market entry strategy analysist
Big data processor
Financial Modeling/Feasibility Study
Price trend analysist
Data business intelligence
Annual report* Butuh data spesifik atau riset pasar, total ada 171 database, klik di sini
** Butuh competitor intelligence, klik di sini
*** Butuh copywriter specialist, klik di sini
**** Butuh content provider (branding online), klik di sini
***** Butuh jasa medsos campaign, klik di sini
Database Riset Data Spesifik Lainnya:
- Butuh data spesifik atau riset pasar, total ada 171 database, klik di sini
- Butuh 23 Kumpulan Database Otomotif, klik di sini
- Butuh 18 Kumpulan Riset Data Kelapa Sawit, klik di sini
- Butuh 15 Kumpulan Data Semen dan Beton, klik di sini
- Butuh 8 Kumpulan Riset Data Baja, klik di sini
- Butuh 15 Kumpulan Data Transportasi dan Infrastruktur, klik di sini
- Butuh 9 Kumpulan Data Makanan dan Minuman, klik di sini
- Butuh 6 Kumpulan Market Analysis Industri Kimia, klik di sini
- Butuh 3 Kumpulan Data Persaingan Pasar Kosmetik, klik di sini
- Butuh competitor intelligence ataupun riset khusus (survei & observasi), klik di sini
- Butuh copywriter specialist, klik di sini
- Butuh content provider (online branding), klik di sini
- Butuh market report dan market research, klik di sini
- Butuh perusahaan konsultan marketing dan penjualan, klik di sini
Duniaindustri Line Up:
Pemasok alkes berkualitas dan termurah: