Latest News
You are here: Home | World | Kenaikan Suku Bunga The Fed dan Inflasi Bisa Bebani Ekonomi RI ke Depan
Kenaikan Suku Bunga The Fed dan Inflasi Bisa Bebani Ekonomi RI ke Depan

Kenaikan Suku Bunga The Fed dan Inflasi Bisa Bebani Ekonomi RI ke Depan

Duniaindustri.com (Mei 2022) – Selain imbas perang Rusia-Ukraina yang berkepanjangan, tantangan ke depan diperkirakan bertambah seiring kenaikan suku bunga acuan Bank Sentral AS pekan lalu serta lonjakan inflasi di dalam negeri, menurut tim Duniaindustri.com. Kenaikan suku bunga The Fed sebesar 50 basis poin atau 0,5% pada Rabu (4/5) pekan lalu bisa mempengaruhi kinerja rupiah dan arus modal secara global.

Sementara di dalam negeri, laju inflasi tercatat meningkat menjadi 3,4% (year to year) pada April 2022, level tertinggi selepas era pandemi Covid-19. Meski demikian, realisasi pertumbuhan ekonomi Indonesia pada Q1 2022 cukup kuat sebesar 5,01% (yoy), lebih baik dari beberapa negara lain seperti Tiongkok (4,8%), Singapura (3,4%), Korea Selatan (3,07%), Amerika Serikat (4,29%), dan Jerman (4,0%).

Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Airlangga Hartarto mengatakan perekonomian global pada tahun ini diperkirakan tumbuh sebesar 3,6% hingga 4,5%. Sementara itu, berbagai lembaga internasional seperti OECD, World Bank, ADB, dan IMF memperkirakan pertumbuhan ekonomi Indonesia berada pada kisaran antara 5% hingga 5,4%.

“Dengan demikian pertumbuhan ekonomi Indonesia mampu berada di atas rata-rata pertumbuhan ekonomi global,” kata Airlangga dalam keterangan tertulis, Selasa (10/5).

Menurut Airlangga, berbagai program PEN termasuk upaya  front loading  yang digulirkan oleh Pemerintah berhasil mengakselerasi performa ekonomi di triwulan I baik dari sisi lapangan usaha maupun sisi pengeluaran. Melalui pemberian insentif bagi dunia usaha, aktivitas produksi mampu terekspansi yang terlihat dari pertumbuhan positif mayoritas lapangan usaha.

Bertepatan dengan rilis pertumbuhan ekonomi, BPS juga melaporkan Inflasi Indonesia periode April 2022 yang tercatat sebesar 0,95% (mtm) atau 3,47% (yoy). Dengan demikian, inflasi periode ini masih terjaga dalam kisaran target APBN tahun 2022 yakni sebesar 3,1% (yoy) di tengah kenaikan harga komoditas pangan dan energi global serta peningkatan inflasi di berbagai negara.

“Menguatnya daya beli masyarakat turut mendorong peningkatan inflasi April yang bertepatan dengan momen HBKN Ramadan dan Idulfitri tahun 2022. Kondisi ini menjadi penanda bahwa daya beli masyarakat di masa Ramadan dan lebaran telah kembali ke level pra-pandemi,” ungkap Airlangga.

Sebagaimana tercermin dari pencapaian inflasi, prospek ekonomi pada Triwulan II-2022 diperkirakan semakin baik terutama karena mudik lebaran 2022 kembali diperbolehkan. Ditambah lagi, berbagai  leading indicator  juga menunjukkan prospek cerah pemulihan ekonomi, antara lain tercermin dari peningkatan Indeks Penjualan Riil dan PMI Sektor Manufaktur.

Indikator eksternal Indonesia juga menujukkan kondisi yang relatif baik dan terkendali, tercermin dari surplus transaksi berjalan, dan nilai tukar rupiah serta IHSG yang menguat.

“Momentum pemulihan ekonomi ini perlu kita jaga dan tingkatkan bersama sehingga pertumbuhan ekonomi sepanjang tahun 2022 tetap dapat tumbuh tinggi. Disamping itu, reformasi struktural akan terus dilanjutkan sebagai strategi jangka menengah panjang agar kita dapat keluar dari jebakan  middle income trap ,” lanjut Menko Airlangga.

Dalam jangka pendek, di tengah kenaikan inflasi global, Pemerintah terus berupaya menjaga daya beli masyarakat melalui berbagai program perlindungan sosial, diantaranya bantuan sosial reguler terhadap masyarakat miskin, serta beberapa kebijakan bantuan yang bersifat afirmatif seperti bansos minyak goreng, bantuan tunai untuk PKL Warung dan Nelayan (BT-PKLWN).

Dalam jangka menengah, guna memitigasi berbagai risiko ketidakpastian global, Pemerintah terus mempercepat reformasi struktural, diantaranya melalui implementasi UU Cipta Kerja, kemudahan perizinan melalui OSS-RBA, mitigasi perubahan iklim melalui percepatan green economy, serta meningkatkan kapasitas investasi nasional melalui Indonesia Investment Authority (INA).

Rupiah Tertekan

Sementara itu, Macroeconomic Analys PT Bank Danamon Indonesia Tbk (BDMN), Irman Faiz, menyoroti pelemahan kurs rupiah yang tak bisa dihindari akibat ketidakpastian global menyusul terjadinya Perang Rusia-Ukraina. Ditambah lagi Bank sentral AS Federal Reserve resmi menaikkan suku bunga acuan sebesar 50 basis poin atau 0,5%, yang diumumkan pada Rabu (4/5) minggu lalu.

“Ini membuat investor lebih nyaman dengan dolar AS sebagai safe haven asset. Kemungkinan kurs rupiah akan terdepresiasi sampai akhir tahun,” ujar Irman.

Walau demikian, BI diyakini tak akan membiarkan rupiah terus menerus melemah semakin dalam. Seiring sikap The Fed yang akan menaikkan suku bunga acuan beberapa kali lagi, BI juga diprediksi akan menaikkan BI7DRR sebanyak 50 basis poin lagi sampai akhir 2022. Dengan demikian, BI7DRR akan menjadi 4% di akhir 2022, mengimbangi Fed Fund Rate yang diprediksi akan naik sampai 2,25% di akhir tahun ini.

“Kami memprediksi kurs rupiah akan melemah menjadi Rp14.500 – Rp14.600 per dolar AS pada akhir Q2 2022. Sementara akhir tahun ini akan melemah jadi Rp14.700 – Rp14.800 per dolar AS,” tutup Irman. (*/berbagai sumber/tim redaksi 07/Safarudin/Indra)

Mari Simak Coverage Riset Data Spesifik Duniaindustri.com:

Market database
Manufacturing data
Market research data
Market leader data
Market investigation
Market observation
Market intelligence
Monitoring data
Market Survey/Company Survey
Multisource compilation data
Market domestic data
Market export data
Market impor data
Market directory database
Competitor profilling
Market distribution data
Company database/directory
Mapping competition trend
Profiling competitor strategy
Market data analysist
Historical data
Time series data
Tabulation data
Factory directory database
Market segmentation data
Market entry strategy analysist
Big data processor
Financial Modeling/Feasibility Study
Price trend analysist
Data business intelligence
Customized Direktori Database

* Butuh data spesifik atau riset pasar, total ada 253 database, klik di sini
** Butuh competitor intelligence, klik di sini
*** Butuh copywriter specialist, klik di sini
**** Butuh content provider (branding online), klik di sini
***** Butuh jasa medsos campaign, klik di sini

Database Riset Data Spesifik Lainnya:

  • Butuh data spesifik atau riset pasar, total ada 253 database, klik di sini
  • Butuh 25 Kumpulan Database Otomotif, klik di sini
  • Butuh 18 Kumpulan Riset Data Kelapa Sawit, klik di sini
  • Butuh 15 Kumpulan Data Semen dan Beton, klik di sini
  • Butuh 11 Kumpulan Riset Data Baja, klik di sini
  • Butuh 15 Kumpulan Data Transportasi dan Infrastruktur, klik di sini
  • Butuh 17 Kumpulan Data Makanan dan Minuman, klik di sini
  • Butuh 6 Kumpulan Market Analysis Industri Kimia, klik di sini
  • Butuh 3 Kumpulan Data Persaingan Pasar Kosmetik, klik di sini
  • Butuh competitor intelligence ataupun riset khusus (survei & observasi), klik di sini
  • Butuh copywriter specialist, klik di sini
  • Butuh content provider (online branding), klik di sini
  • Butuh market report dan market research, klik di sini
  • Butuh perusahaan konsultan marketing dan penjualan, klik di sini
  • Butuh menjaring konsumen korporasi dengan fitur customize direktori database perusahaan, klik di sini

Duniaindustri Line Up:

detektif industri pencarian data spesifik

Portofolio lainnya:

Buku “Rahasia Sukses Marketing, Direktori 2.552 Perusahaan Industri”

Atau simak video berikut ini:

Contoh testimoni hasil survei daerah:

 

 

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

*

Scroll To Top