Duniaindustri.com (Agustus 2016) – Dengan dukungan dari Wilmar International Limited melalui anak perusahaan PT Tania Selatan, dan bantuan pendanaan dari Roundtable on Sustainable Palm Oil (RSPO) Smallholder Support Fund, sekitar 2.700 petani sawit swadaya di Sumatera Selatan dengan luas lahan yang dikelola mencapai 5.500 hektare mendapatkan sertifikasi RSPO pada 16 Juni 2016. Pencapaian ini menjadikan mereka kelompok petani kelapa sawit swadaya terbesar di dunia yang mendapat sertifikat berkelanjutan dari RSPO.
Jeremy Goon, Chief Sustainability Officer Wilmar, menyatakan upaya untuk mendukung beberapa petani sawit kebun plasma dan memastikan kesadaran mereka terhadap industri kelapa sawit yang berkelanjutan merupakan tantangan tersendiri. “Namun karena menanamkan kesadaran tersebut adalah jantung dari pendekatan Wilmar untuk membantu petani kecil menuju pembangunan berkelanjutan, kami mengambil tantangan tersebut dengan pandangan dan pengembangan model rantai nilai berkelanjutan yang inklusif serta dapat direplikasi dan ditingkatkan di daerah lain di seluruh dunia,” ujarnya dalam keterangan tertulis.
Para petani sawit yang terbagi dalam tujuh koperasi tingkat desa itu tergabung dalam perhimpunan ‘Sapta Tunggal Mandiri’ (STM) dan memproduksi total sekitar 92.000 metrik ton tandan buah segar bersertifikat. Empat dari tujuh koperasi yang tergabung dalam perhimpunan tersebut sebelumnya merupakan petani plasma binaan pabrik kelapa sawit PT Tania Selatan milik grup Wilmar. Sementara, penjualan produk sawit bersertifikat dari perhimpunan Sapta Tunggal Mandiri (STM) akan dilakukan melalui salah satu model rantai pasok RSPO, yakni mass balance.
“Kami bangga dengan prestasi Sapta Tunggal Mandiri. Melalui keberhasilan ini kita lebih percaya diri untuk memajukan banyak petani Indonesia lainnya di kemudian hari,” kata Jeremy Goon.
Roundtable on Sustainable Palm Oil (RSPO) dibentuk pada 2004 dengan tujuan mempromosikan pertumbuhan dan penggunaan produk kelapa sawit berkelanjutan melalui standar global yang kredibel. RSPO adalah asosiasi non-profit yang menyatukan para pemangku kepentingan dari tujuh sektor di sepanjang industri minyak kelapa sawit, yakni pekebun kelapa sawit, pengolah atau penjual minyak kelapa sawit, produsen barang untuk konsumen, peritel, bank dan investor, LSM konservasi lingkungan dan LSM sosial untuk mengembangkan dan mengimplementasikan standar global untuk minyak kelapa sawit berkelanjutan.
Representasi multi-pemangku kepentingan tersebut tercermin dalam struktur kepemimpinan RSPO. Kursi di Dewan Eksekutif dan Kelompok Kerja dialokasikan untuk setiap sektor tersebut. Melalui cara ini, RSPO menghidupkan filosofi “meja bundar” yakni dengan memberikan hak yang sama kepada setiap kelompok pemangku kepentingan untuk membawa agenda kelompok ke atas meja, memfasilitasi para pihak yang secara tradisional berseberangan dan merupakan pesaing bisnis untuk bekerja sama mencapai tujuan bersama dan membuat keputusan dengan mufakat.
Wilmar yang merupakan anggota aktif dari RSPO sejak 2005 berkomitmen untuk mengembangkan secara inklusif rantai pasokan berkelanjutan yang mencakup petani sawit swadaya di Indonesia. Seperti halnya di Indonesia, Wilmar juga berupaya meningkatkan produksi CSPO (Certified Sustainable Palm Oil/minyak sawit berkelanjutan bersertifikat) yang dihasilkan oleh petani sawit swadaya di Malaysia.
Wilmar International Limited yang berdiri sejak 1991 merupakan grup agribisnis terkemuka di Asia. Wilmar berada dalam daftar perusahaan besar berdasarkan kapitalisasi pasar di Pasar Saham Singapura.
Wilmar menerapkan sistem agribisnis terpadu yang mencakup seluruh rantai bisnis komoditas pertanian, dari mulai budidaya, pengolahan, hingga merchandising untuk pembuatan berbagai produk pertanian dunia. Wilmar Group memiliki lebih dari 500 pabrik dan jaringan distribusi yang luas meliputi China, India, Indonesia, dan 50 negara lainnya. Wilmar Group memiliki 92.000 karyawan di seluruh dunia.
Bagi Wilmar Group dan RSPO, peran petani swadaya menjadi penting untuk industri kelapa sawit karena petani swadaya berkontribusi sekitar 40% dari total produksi minyak sawit dunia. Selama bertahun-tahun, berbagai pemangku kepentingan di industri minyak sawit telah berupaya mencari cara untuk membantu kelompok pemangku kepentingan dengan mengadopsi pengelolaan perkebunan kelapa sawit yang berkelanjutan sehingga para petani juga dapat menikmati pendapatan serta kualitas hidup yang lebih baik dari hasil penjualan ekspor kelapa sawit yang bersertifikat dan berkelanjutan.
Amin Rohmad, salah satu petani swadaya bersertifikat dan juga manajer kelompok STM, mengatakan para petani swadaya senang dan bangga bisa dianugerahi sertifikasi RSPO. “Kemampuan untuk menghasilkan TBS yang berkelanjutan tidak hanya akan meningkatkan kesejahteraan kami, tetapi juga membantu menghubungkan kita di Sumatera Selatan ke pasar global,” ujarnya.
Dengan diraihnya RSPO, lanjut dia, hal ini menunjukkan bahwa petani swadaya mampu memenuhi standar keberlanjutan internasional jika diberi dukungan yang memadai. “Kami juga bangga untuk mewakili Provinsi Sumatera Selatan dan Indonesia,” jelasnya.
Julia Majail, Smallholder Programmer Manager RSPO, menambahkan semakin banyak petani plasma mencapai tingkat kemandirian yang memungkinkan mereka untuk menjadi petani mandiri. Hal ini sangat penting bagi perusahaan seperti Wilmar, lembaga swadaya masyarakat (LSM), dan pemerintah untuk terus mempromosikan dan membangun kapasitas setiap petani untuk dapat mencapai sertifikasi RSPO. “Melalui sertifikasi RSPO ini, maka petani swadaya dapat meningkatkan hasil usaha mereka, meningkatkan keuntungan, mendapatkan akses ke pasar internasional dan pada saat yang sama melindungi lingkungan melalui penerapan praktek-praktek pertanian yang ramah lingkungan,” kata Julia Majail.
Hingga kini, RSPO telah membantu 113.673 petani sawit untuk mendapat sertifikat dan memfasilitasi kemitraan antara petani kecil, LSM dan sektor swasta. Total lahan petani kelapa sawit yang telah mendapat sertifikasi RSPO adalah 263,371 hektare.(*/press release/tim redaksi 03)
CONTACT US BY SOCIAL MEDIA: