Duniaindustri (Mei 2011) – Ekspor minyak sawit mentah (crude palm oil/CPO) Indonesia untuk pengapalan Juni 2011 dikenai bea keluar yang sama dengan bulan sebelumnya, yakni 17,5%. Pemerintah melalui Kementerian Perdagangan menetapkan harga referensi CPO untuk Juni sebesar US$ 1.146,8 per ton sehingga bea keluar tetap 17,5%.
Bea keluar untuk ekspor CPO pada Juni relatif lebih rendah dibandingkan April yang menjadi tarif tertinggi sepanjang 5 bulan pertama 2011. Pemerintah menerapkan tarif bea keluar ekspor CPO sebesar 22,5% pada April 2011.
“Bea keluar ekspor CPO untuk Juni ditetapkan 17,5 persen, sama dengan pada bulan Mei,” kata Direktur Jenderal Perdagangan Luar Negeri Kementerian Perdagangan Deddy Saleh.
Kementerian Perdagangan menetapkan harga patokan ekspor yang berdasarkan harga rata-rata referensi CPO selama tiga bulan terakhir. Dengan patokan harga itu, dapat diketahui tarif bea keluar yang akan diberlakukan sesuai Peraturan Menteri Keuangan Nomor 67 tahun 2010 tentang Penetapan Barang Ekspor yang Dikenakan Bea Keluar.
Pemerintah hingga saat ini menetapkan bea keluar CPO dan produk turunannya secara progresif mengacu harga CPO internasional di bursa komoditas yang ada di Rotterdam, Belanda.
Menurut dia, harga patokan ekspor komoditas berbasis kelapa sawit lainnya, untuk biji kernel US$ 659 per ton, crude olein US$ 1.154 per ton, crude stearin US$ 1.101 per ton, crude kernel olein US$ 1.816 per ton, dan crude kernel stearin US$ 1.816 per ton. Sedangkan harga patokan ekspor untuk RBD palm kernel sebesar US$ 1.899 per ton, RBD palm oil US$ 1.899 per ton.
Pemerintah sedang merevisi aturan yang di dalamnya mencakup penetapan bea keluar CPO karena adanya keberatan pengusaha dan petani kelapa sawit. Revisi aturan itu akan meliputi penurunan batas maksimal bea keluar CPO saat ini sebesar 25%. Revisi struktur bea keluar juga meliputi kenaikan harga bawah pengenaan tarif bea keluar yang sampai saat ini masih US$ 700 per ton menjadi US$ 750 per ton.
Menteri Perdagangan Mari Elka Pangestu menjelaskan, pemerintah menargetkan ekspor sawit mentah beserta turunannya pada 2011 meningkat 16% dari 2010. “Ekspor CPO dan turunannya ditargetkan tumbuh 16% dengan adanya rencana investasi sebesar US$1,2 miliar tahun 2011,” katanya.
Sedangkan Gabungan Pengusaha Kelapa Sawit Indonesia (Gapki) memprediksi ekspor CPO dan turunannya pada 2011 mencapai 16,5 juta ton, naik 5,7% dibandingkan 2010 sebanyak 15,6 juta ton. Proyeksi pertumbuhan ekspor itu dibuat dengan mempertimbangkan kenaikan permintaan CPO dan turunannya di dunia sebesar 5 juta ton per tahun.
Pada 2010, produksi CPO Indonesia mencapai 21 juta ton. Tahun ini Gapki memperkirakan, produksi CPO nasional akan mencapai sekitar 22 juta ton-22,5 juta ton.
Departemen Pertanian Amerika Serikat (US Department of Agriculture/USDA) memperkirakan, produksi CPO Indonesia akan mencapai 25,4 juta ton pada 2011. Angka itu lebih tinggi dibandingkan proyeksi sebelumnya sebesar 23,6 juta ton. Selain produksi, USDA juga memperkirakan, ekspor CPO Indonesia tahun ini bisa mencapai 19,35 juta ton. Angka itu naik dari perkiraan sebelumnya yang sebesar 17,85 juta ton.(Tim redaksi/04)