Latest News
You are here: Home | Semen | Ironis, Pembangunan Infrastruktur Dinilai Masif, tapi Kinerja Indeks Logistik Justru Jeblok
Ironis, Pembangunan Infrastruktur Dinilai Masif, tapi Kinerja Indeks Logistik Justru Jeblok

Ironis, Pembangunan Infrastruktur Dinilai Masif, tapi Kinerja Indeks Logistik Justru Jeblok

Duniaindustri.com (Mei 2023) – Pembangunan infrastruktur yang digencarkan pemerintah beberapa tahun belakangan ini belum mampu memperbaiki kinerja indeks logistik Indonesia dibanding negara-negara pesaing.

Achmad Nur Hidayat, Ekonom dan Pakar Kebijakan Publik dan Kepala Pusat Studi Ekonomi Politik LKEB UPN Veteran Jakarta, menilai setiap kebijakan publik seharusnya dapat diukur kinerja dan dampaknya.

“Termasuk pembangunan masif infrastruktur dan IKN yang dilakukan pada kepemimpinan Presiden Jokowi periode 2014-2024. Apalagi pembangunannya menggunakan utang yang jumlahnya sudah mencapai ribuan triliun rupiah,” ujarnya dalam keterangan tertulis, kemarin.

Penambahan utang periode Jokowi 2019-2023 sebesar Rp5.270 triliun yang terdiri kurun periode pertama 2014-2019 sebesar Rp2.176 triliun dan  periode 2019-2023* sebesar Rp3.092 triliun. Data tersebut diperoleh dari SULNI terakhir.

Utang lebih dari lima ribu triliun yang diciptakan pemerintahan Jokowi memang tidak hanya digunakan untuk infrastruktur, melainkan juga untuk mengatasi pandemi COVID19 termasuk memberikan vaksin dan pengobatan COVID19. Utang COVID19 2020-2021 tercatat bertambah Rp 1.601,95 triliun kurun Peridoe COVID yaitu Januari 2020-Mei 2021. Jadi utang yang digunakan untuk proyek-proyek inisiatif Presiden Jokowi sekitar Rp3.668,05 triliun.

Menurut dia, di sisi kebijakan publik, apa untungnya proyek-proyek inisiatif Presiden Jokowi sehingga negara berutang Rp3.668,05 triliun itu? “Jawabnya biaya logistik akan semakin murah. Benar kah demikian?” tanyanya.

Setelah ribuan triliunan rupiah dikeluarkan untuk membangun jalan berbayar tol, lanjut dia, performa logistik malah turun alias ongkos logistik makin mahal. Nilai logistik performance index Indonesia adalah 3,08 di 2014 dan justru turun menjadi 3,0 di 2023 menurut World Bank. Ini menunjukan biaya logistik Indonesia 2023 lebih mahal dari 2014.

Logistics Performance Index (LPI) Indonesia pada 2023 jeblok. Dari 139 negara, Indonesia menempati peringkat ke-63. Negara tetangga seperti Singapura, Malaysia, Thailand, Filipin dan Vietnam berada di atas Indonesia.

“Ini menunjukkan ongkos logistik Indonesia lebih mahal dan investor menjadi tidak tertarik. Padahal proyek infrastruktur digelontorkan begitu masifnya,” katanya.

Dia menilai kesalahannya terletak pada prioritas infrastruktur yang dibangun yaitu adalah infrastruktur berbayar (tol). Pemerintahan Jokowi aktif membangun jalan tol yang berbayar. Jumlah panjang jalan tol diambil dari data BPJT PUPR. per Oktober 2014-Maret 2023 pemerintah membangun jalan tol 1.848,1 km.

Prestasi membangun tol 1,848,1 km diklaim sebagai keberhasilan luar biasa dibandingkan dengan pemerintahan sebelumnya yaitu kurun 2004-2014 pembangunan jalan tol hanya 212 km. Pemerintahan Jokowi lebih senang membangun jalan berbayar daripada jalan nasional yang gratis.

“Karena itulah ongkos logistiknya jauh lebih mahal. Ironi sekali, utang yang diciptakan bukannya untuk menurunkan ongkos logistik malah sebaliknya,” ujarnya.

Jadi dalam sisi kebijakan publik, masif infrastruktur yang tidak disertai penurunan biaya logistik adalah kebijakan yang salah arah. “Apa mau dipuja-puji lagi pembangunan Infrastruktur tersebut?”

Adapun, kinerja LPI dihitung berdasarkan enam dimensi, yakni customs, infrastructure, international shipments, logistics competence and quality, timelines, dan tracking & tracing.

Jika dibandingkan dengan negara di kawasan Asia Tenggara, yang masuk dalam laporan ini, peringkat pertama ditempati oleh Singapura dengan skor LPI mencapai 4,3, disusul oleh Malaysia yang berada di peringkat 31 secara global, dengan skor LPI 3,6.

Soal indeks kinerja logistik Indonesia tertinggal jauh dari Thailand yang berada di urutan ke-37 secara global, dengan skor LPI 3,5. Sementara itu, Filipina dan Vietnam masing-masing berada di urutan ke-47 dan 50 dengan nilai LPI sama yaitu 3,3. Rerata biaya pengeluaran pangan adalah 46% di tahun 2014 dan kini naik menjadi 50% di 2022 menurut laporan BPS.

“Pemerintah harus cermat menggunakan uang rakyat, APBN harus digunakan sebesar-besarnya untuk dirasakan manfaatnya oleh rakyat. Tidak semua orang bisa menggunakan jalan tol berbayar. Seharusnya pemerintah lebih mengutamakan membangun jalan gratis daripada jalan tol,” jelasnya.(*/tim redaksi 06/Safarudin/Indra)

Mari Simak Coverage Riset Data Spesifik Duniaindustri.com:

Market database
Manufacturing data
Market research data
Market leader data
Market investigation
Market observation
Market intelligence
Monitoring data
Market Survey/Company Survey
Multisource compilation data
Market domestic data
Market export data
Market impor data
Market directory database
Competitor profilling
Market distribution data
Company database/directory
Mapping competition trend
Profiling competitor strategy
Market data analysist
Historical data
Time series data
Tabulation data
Factory directory database
Market segmentation data
Market entry strategy analysist
Big data processor
Financial Modeling/Feasibility Study
Price trend analysist
Data business intelligence
Customized Direktori Database

* Butuh data spesifik atau riset pasar, total ada 266 database, klik di sini
** Butuh competitor intelligence, klik di sini
*** Butuh copywriter specialist, klik di sini
**** Butuh content provider (branding online), klik di sini
***** Butuh jasa medsos campaign, klik di sini

Database Riset Data Spesifik Lainnya:

  • Butuh data spesifik atau riset pasar, total ada 266 database, klik di sini
  • Butuh 25 Kumpulan Database Otomotif, klik di sini
  • Butuh 18 Kumpulan Riset Data Kelapa Sawit, klik di sini
  • Butuh 15 Kumpulan Data Semen dan Beton, klik di sini
  • Butuh 11 Kumpulan Riset Data Baja, klik di sini
  • Butuh 15 Kumpulan Data Transportasi dan Infrastruktur, klik di sini
  • Butuh 17 Kumpulan Data Makanan dan Minuman, klik di sini
  • Butuh 6 Kumpulan Market Analysis Industri Kimia, klik di sini
  • Butuh 3 Kumpulan Data Persaingan Pasar Kosmetik, klik di sini
  • Butuh competitor intelligence ataupun riset khusus (survei & observasi), klik di sini
  • Butuh copywriter specialist, klik di sini
  • Butuh content provider (online branding), klik di sini
  • Butuh market report dan market research, klik di sini
  • Butuh perusahaan konsultan marketing dan penjualan, klik di sini
  • Butuh menjaring konsumen korporasi dengan fitur customize direktori database perusahaan, klik di sini

Duniaindustri Line Up:

detektif industri pencarian data spesifik

Portofolio lainnya:

Buku “Rahasia Sukses Marketing, Direktori 2.552 Perusahaan Industri”

Atau simak video berikut ini:

Contoh testimoni hasil survei daerah:

 

 

 

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

*

Scroll To Top