Duniaindustri.com (Januari 2016) – Sejumlah investor Jepang, Jerman, dan Korea Selatan berminat investasi hingga US$ 10 miliar di industri petrokimia di Indonesia. Beberapa di antara mereka berkeinginan memproduksi metanol hingga ke produk derivatif atau turunannya.
Minat investasi petrokimia itu ditopang potensi pasar yang begitu besar dan ketergantungan bahan baku impor yang tinggi. “Ada beberapa calon investor di industri petrokimia yang ‘commited’, dari Jepang, Jerman, Korea, ada juga yang dari dalam negeri,” kata Dirjen Industri Kimia Tekstil dan Aneka Kementerian Perindustrian Harjanto.
Menurut Harjanto, jika investasi petrokimia tersebut benar-benar terealisasinya, nilainya bisa mencapai US$ 10 miliar. “Kalau untuk memproduksi metanol memang harus dekat dengan gas. Tapi produk turunannya bisa diproduksi menyebar,” ujar Harjanto.
Dalam hal ini, pemerintah berencana menetapkan kebijakan Domestik Market Obligation (DMO) agar barang setengah jadi yang diproduksi bisa dimanfaatkan sebesar-besarnya untuk industri dalam negeri.
Kemenperin tengah mendorong masuknya investasi sektor industri hulu petrokimia untuk menciptakan nilai tambah dan memperkuat kedalaman struktur industri.
Menurut Harjanto, bahan baku untuk industri petrokimia sebagian besar tersedia di dalam negeri, seperti gas dan batu bara. Selain itu, Sumber Daya Manusia (SDM) di sektor ini juga tersedia meskipun harga komoditas yang masih relatif tinggi menjadi pekerjaan rumah pemerintah.
Menurut data yang diperoleh duniaindustri.com, produksi naptha sebagai salah satu bahan baku utama industri petrokimia cenderung fluktuatif. Sejak 2014, produksi naptha tertinggi tercapai pada 2011 sebanyak 26,8 juta barel, namun terus menurun pada tahun-tahun berikutnya. Hingga Januari 2013, produksi naptha Indonesia tercatat 23,8 juta barel.
Sementara itu, kapasitas kilang minyak Indonesia pada 2014 mencapai 1,115 juta barel per hari. Sedangkan produksi minyak Indonesia yang dapat diolah di kilang dalam negeri hanya sekitar 649.000 barel per hari. Untuk tahun 2015, kapasitas kilang Indonesia diperkirakan sebesar 1,167 juta barel per hari, sedangkan produksi minyak yang bisa diolah di Indonesia sebesar 719.000 barel per hari.
Kilang minyak milik PT Pertamina (Persero) terletak di Dumai, Sungai Pakning, Plaju, Cepu, Balikpapan, Kasim, Cilacap, dan Balongan. Sementara kilang milik swasta yaitu PT Trans Pacific Petrochemical Indotama (TPPI) dan PT Tri Wahana Universal (TWU). Ada satu kilang milik swasta dalam proses pembangunan yaitu TWU II dan direncanakan dibangun residual fluid catalytic cracking (RFCC) di Cilacap.
Industri petrokimia nasional saat ini masih menggantungkan sejumlah produk dari pasokan impor karena belum mampu memenuhi permintaan domestik. Hampir seluruh produk seperti ethylene, propylene, butadiene, benzene, toluene, xylene, ammonia, dan methanol masih diimpor dalam kisaran 20%-40% dari total kebutuhan nasional.(*/berbagai sumber/tim redaksi 03)
CONTACT US BY SOCIAL MEDIA: