Duniaindustri (Juni 2011) – Sejumlah investor Eropa diketahui sedang berancang-ancang untuk memperkuat investasi di Indonesia. Negeri ini dinilai menjadi pasar paling potensial di Asia Pasific dengan laju pertumbuhan ekonomi terbaik ketiga setelah China dan India. Salah satu investor Eropa yang akan menambah investasi di Indonesia adalah Syngenta AG melalui anak usahanya, PT Syngenta Indonesia, perusahaan multinasional asal Swiss yang bergerak di bidang perlindungan tanaman dan perbenihan.
Direktur Syngenta AG Wilayah Asean Chris Allen mengatakan, perusahaan berkomitmen meningkatkan nilai investasinya di negara berkembang. Kebijakan ini ditempuh seiring terjadinya perubahan iklim yang berpengaruh pada sektor pertanian. “Lima tahun yang lalu dari total investasi yang ditanamkan perseroan, hanya 30% ke negara berkembang. Ke depan akan ditingkatkan menjadi 50% ke negara berkembang,” katanya.
Menurut Chris, total dana yang diinvestasikan perseroan pada lima tahun terakhir mencapai US$ 800 juta. Dari total investasi tersebut, Swiss dan Inggris mendapat porsi terbesar. “Sementara yang ke negara-negara berkembang, tak sebesar di kedua negara tersebut,” katanya.
PT Syngenta Indonesia merupakan bagian dari Syngenta AG yang berkedudukan di Swiss. Perusahaan itu resmi berdiri sejak 1 November 2001 sebagai hasil penggabungan usaha antara PT Novartis Agro Indonesia dan PT Zeneca Agri Products Indonesia. Induk usaha Syngenta AG juga merupakan hasil merger antara Novartis Agribusiness dan Zeneca Agrochemicals, dua nama terkemuka di dalam industri agribisnis.
PT Novartis Agro Indonesia dikenal sebagai perusahaan terkemuka di bidang perlindungan tanaman sayuran dataran tinggi dan dataran rendah, sedangkan PT Zeneca Agri Products Indonesia sangat kompeten dalam bidang perlindungan tanaman pangan dan perkebunan. Hasil penggabungan usaha antara dua perusahaan yang saling melengkapi tersebut telah melahirkan sebuah sinergi usaha yang kuat.
Saat ini PT Syngenta Indonesia merupakan perusahaan perlindungan tanaman terbesar di Indonesia yang mempekerjakan lebih dari 400 orang karyawan. Syngenta juga tercatat sebagai pemain terbesar nomor tiga dalam bisnis perbenihan. Dengan total penjualan mencapai US$ 8,1 miliar pada 2006 dan jumlah karyawan sebanyak 21.000 orang, Syngenta AG beroperasi di lebih dari 90 negara.
Chris menjelaskan, untuk pengembangan benih jagung diprioritaskan di Indonesia dan Thailand. Sedangkan untuk pengembangan produk bioteknologi dilakukan di Inggris dan China. Untuk padi, dikonsentrasikan di Vietnam, India dan Indonesia. “Sementara itu untuk mengembangkan buah-buahan hibrida diprioritaskan di Thailand, India dan Filipina,” tuturnya.
Chris menjelaskan, pertanian sangat rentan terhadap perubahan iklim dan cuaca yang mana hal itu menjadi tantangan petani di Indonesia maupun negara lain dalam meningkatkan produksi. “Melalui penelitian dan pengembangan yang intensif, kami telah mengembangkan solusi yang diharapkan mampu membantu petani dalam melakukan adaptasi dalam menghadapi perubahan pola pertanian,” katanya.(Tim redaksi 02/sds)