Duniaindustri.com (Juni 2014) – Pemerintah menargetkan investasi di sektor otomotif Indonesia tahun ini tumbuh 10-12% menjadi US$ 4,3 miliar lebih atau sekitar Rp 50 triliun dibanding tahun lalu US$ 3,9 miliar. Dari jumlah itu, sebanyak US$ 4,1 miliar merupakan penanaman modal asing (PMA), sedangkan sisanya penanaman modal dalam negeri (PMDN).
Pertumbuhan investasi di sektor otomotif nasional merupakan sentimen positif terhadap kestabilan perekonomian Indonesia. Selain itu, Indonesia juga akan diuntungkan dari potensi relokasi pabrik di Thailand menyusul kudeta militer di negara tersebut.
Menteri Perindustrian MS Hidayat mengatakan, target investasi tahun ini akan ditopang dari kelanjutan investasi multiyears beberapa prinsipal serta masuknya beberapa investasi otomotif baru.
“Kalau kondisi ekonomi politik tahun ini tetap stabil saya rasa investasi (otomotif) bisa lebih US$ 4 miliar, tumbuh dari tahun lalu US$ 3,7 miliar. Itu target minimum,” ujarnya.
Optimisme itu muncul karena sejumlah pabrikan otomotif tahun ini merealisasikan investasi di Indonesia. Setelah Toyota memulai pembangunan pabrik mesin keduanya senilai Rp 2,6 triliun, produsen mobil asal Jerman Volkswagen juga akan merealisasikan investasinya di Indonesia tahun ini.”Mereka sudah melakukan riset komprehensif,” ungkapnya.
Masuknya Volkwagen ke Indonesia akan bekerjasama dengan perusahaan lokal dari Grup Salim. VW mengaku siap untuk menghadapi persaingan dengan produsen mobil Jepang di Indonesia. Namun begitu, Hidayat enggan untuk mengungkapkan berapa investasi yang akan ditanamkan VW. “Biar mereka aja yang menyebutkan, janjinya mau datang,” sebutnya.
Volkswagen sebelumnya menyatakan akan berinvestasi sebesar US$ 140 juta di Indonesia. Pabrik yang akan dibangun Volkswagen merupakan pabrik perakitan (completely knocked down/CKD).
“Mereka punya pengalaman dan basis produksi di Tiongkok, investasi mereka di sana lebih besar daripada investasi (produsen) Jepang dan produknya sukses di pasaran,” ujar Hidayat.
Arus investasi bakal mengalir deras ke subsektor komponen di Indonesia, seiring agenda prinsipal meningkatkan kandungan lokal dan memproduksi mobil model baru. Tahun ini, sekitar 100 perusahaan komponen baru bakal dibangun di Indonesia. Rata-rata investasi yang dikucurkan satu perusahaan mencapai US$ 20 juta, sehingga totalnya mencapai US$ 2 miliar atau sekitar Rp 23,2 triliun (kurs Rp 11.600 per dolar AS).
Di subsektor perakitan, beberapa prinsipal mobil tertarik masuk Indonesia. Salah satunya adalah Volkswagen AG. Perusahaan mobil nomor tiga dunia yang berbasis di Jerman itu berencana membangun pabrik di Cikampek, Jawa Barat (Jabar), dengan investasi sekitar 200 juta euro.
Produsen sepeda motor yang telah eksis di Indonesia juga gencar berekspansi. PT Astra Honda Motor (AHM), misalnya, berniat meningkatkan kapasitas produksi motor sport. Sebelumnya, Kawasaki Heavy Industries Ltd meresmikan pabrik baru di Cibitung, Jabar. Nilai investasi pabrik berkapasitas 140 ribu unit per tahun ini mencapai US$ 102 juta.
Dalam beberapa tahun terakhir, otomotif menjadi salah satu sektor yang paling banyak menarik investasi. Pemicunya adalah potensi pasar otomotif Indonesia yang masih sangat besar, didorong peningkatan jumlah kelas menengah. Program mobil murah ramah lingkungan (low cost green car/LCGC) yang digagas pemerintah juga sukses menyerap tambahan investasi prinsipal otomotif dan perusahaan komponen.
Selama 2010-2013, investasi asing langsung (foreign direct investment/FDI) di sektor otomotif tumbuh 114%. Tren positif ini diperkirakan terus berlanjut tahun ini, kendati pertumbuhannya melambat.
Hal ini tak lepas dari kondisi ekonomi dunia yang terpengaruh perlambatan ekonomi Tiongkok dan Eropa. Merujuk data Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM), PMA otomotif pada kuartal I-2014 mencapai US$ 605 juta, sedangkan PMDN Rp 178 miliar.
Direktur Industri Alat Transportasi Darat Ditjen Industri Unggulan Berbasis Teknologi Tinggi (IUBTT) Kementerian Perindustrian (Kemenperin) Soerjono mengatakan, program LCGC mampu menjaring investasi baru senilai US$ 6,5 miliar. Dari jumlah itu, sebanyak US$ 3,5 miliar mengalir ke industri komponen, sedangkan US$ 3 miliar ke perakitan mobil.
“Prinsipal mobil yang masuk program itu mau tak mau harus menambah investasi, sehingga investasi otomotif terkerek dalam tiga tahun terakhir,” kata dia.
Sektor otomotif nasional juga memiliki peluang tumbuh lebih tinggi, seiring potensi relokasi pabrik-pabrik di Thailand menyusul adanya kudeta militer.
Menteri Keuangan Muhamad Chatib Basri mengatakan krisis di Thailand bisa membuka peluang relokasi pabrik-pabrik dari negara itu ke Indonesia. Dia berharap stabilitas kondisi di Indonesia bisa memberikan sinyal positif bagi para pengusaha di Thailand untuk merelokasi investasinya. “Tapi mereka juga lagi wait and see karena memang tidak semudah itu memindahkan pabrik,” katanya.
Penjualan Kuartal I
Penjualan mobil di Indonesia pada kuartal I 2014 mencapai 328.554 unit, naik 11% dibanding periode yang sama tahun lalu 296.005 unit. Dalam tiga bulan pertama tahun ini, sekitar 3.650 unit mobil terjual dalam satu hari. Cukup fantastis bukan.
Menurut data sejumlah agen tunggal pemegang merek anggota Gabungan Industri Kendaraan Bermotor Indonesia (Gaikindo), total penjualan dari distributor ke dealer atau wholesales (WS) selama 3 bulan pertama 2014 sudah mencapai 328.554 unit.
Kenaikan mencolok dialami oleh “city car” (mobil kota) atau mobil mini. Segmen ini naik sampai 4,7 kali atau 473,77%, yaitu dari 12.656 unit menjadi 59.530 unit atau menguasai 18,1% dari total penjualan mobil di Indonesia, kombinasi kendaraan penumpang dan komersial. Padahal periode sebelumnya hanya memperoleh jatah 4,2%.
Peningkatan terbesar penjualan mobil kota didukung oleh segmen low cost and green car (LCGC), terdiri dari 4 merek, Toyota (Agya), Daihatsu (Ayla), Honda (Brio Satya) dan Suzuki (Karimun WagonR) mencapai 43.999 unit atau dii segmen mobil kota, berkontribusi hampir 74 persen. Untuk nasional, LCGC juga menyumbang 13,39% dari total penjualan mobil di Indonesia pada tahun ini.
Segmen lain yang juga mengalami kenaikan cukup besar adalah MPV terendah (low MPV) dan pikap ringan (bak terbuka). Keduanya memperoleh kenaikan 11,8%. MPV terendah dengan merek yang semakin banyak, mengalami kenaikan menjadi 101.625 unit dari tahun lalu 90.836 unit.(*)