Duniaindustri (Februari 2012) — Realisasi investasi di sektor industri makanan dan minuman di Indonesia mencapai Rp 6,21 triliun sepanjang 2011. Salah satu investasi terbesar ditanam oleh Nestle SA.
“Nilainya paling besar dibanding sektor industri lainnya,” kata Kepala Pusat Pengkajian Kebijakan dan Iklim Usaha Industri Kementerian Perindustrian (Kemenperin) Willem P Riwu.
Data Kementerian Perindustrian menyebutkan, realisasi investasi di sektor industri sepanjang 2011 mencapai Rp 27,26 triliun. Setelah sektor makanan dan minuman, posisi berikutnya berturut-turut diduduki segmen industri mineral non-logam sebesar Rp 5,60 triliun, industri kertas dan percetakan Rp 5,29 triliun, industri logam, mesin, dan elektronik Rp 4,24 triliun, industri kimia dan farmasi Rp 2,13 triliun, industri karet dan plastik Rp 1,92 triliun, industri tekstil Rp 700 miliar, industri kayu Rp 561 miliar, serta industri alat transportasi Rp 484 miliar.
Raksasa produsen minuman asal Swiss, Nestle SA, melalui anak usahanya di Indonesia, PT Nestle Indonesia, agresif menambah investasi di negeri ini. Nestle menambah investasi hingga US$ 390 juta mulai tahun ini sampai 2015, dengan perincian pembangunan pabrik baru di Karawang menelan investasi US$ 200 juta dan ekspansi di Jawa Timur senilai US$ 190 juta.
Presiden Direktur PT Nestle Indonesia Arshad Chaudhry mengatakan Indonesia akan menjadi basis produksi minuman Nestle khusus untuk di kawasan Asia Tenggara. “Pabrik di Karawang mampu mengolah produk olahan susu dengan kapasitas 65 ribu ton per tahun,” katanya.
Selain itu, menurut Arshad, pabrik di Karawang akan menyerap tenaga kerja sebanyak 600 orang. Pendirian pabrik Nestle keempat di Indonesia ini diperkirakan akan mulai dapat beroperasi pada tahun 2013. Rencananya, pabrik dengan luas sekitar 28 hektare tersebut akan menghasilkan beragam produk Nestle seperti untuk produk bubur bayi serta produk susu bubuk.
Nestle juga menambah kapasitas produksi pabriknya di Jawa Timur 650 ton per hari menjadi 1.000 ton per hari. Dengan adanya investasi tambahan itu, Nestle diperkirakan menyerap 33 ribu tenaga kerja.
Investasi Nestle yang cukup besar diperkirakan karena pasar minuman yang potensial di Indonesia, ditambah upah buruh murah, serta ketersediaan bahan baku. Pada tahun lalu, menurut data International Cocoa Organization (ICCO), Indonesia menempati ranking ketiga produsen biji kakao di dunia dengan pangsa pasar 13,6%.
Pemasok utama biji kakao dunia adalah Pantai Gading (38,3%), Ghana (20,2%) dan Indonesia (13,6%). Pemasok lainnya adalah Kamerun (5,1%), Brasil (4,4%), Nigeria (4,9%) dan Ekuador (3,1%).(Tim redaksi 02)