Duniaindustri (Mei 2011) – Dalam periode Januari-Mei 2011, investasi baja di Indonesia mencapai Rp 34,7 triliun. Empat perusahaan baja domestik dan asing menambah investasi untuk membangun pabrik baru serta peningkatan kapasitas produksi.
PT Krakatau Steel Tbk (KS) membentuk joint venture dengan Pohang Steel Corporation (Posco) untuk membangun pabrik baja terpadu senilai US$ 3 miliar atau setara Rp 27 triliun di Cilegon, Banten. Di daerah yang sama, PT Bluescope Steel Indonesia juga merealisasikan pembangunan pabrik baru senilai US$ 135 juta atau setara Rp 1,21 triliun.
PT Jogja Magasa Iron, anak usaha Indo Mines Ltd (perusahaan tambang asal Australia), membangun pabrik pengolahan bijih besi menjadi besi mentah (pig iron) senilai US$ 600 juta (Rp 5,4 triliun) di Kulon Progo yang ditargetkan beroperasi mulai 2013.
PT Meratus Jaya Iron and Steel, perusahaan patungan PT Krakatau Steel Tbk dan PT Aneka Tambang Tbk, menggarap pengolahan bijih besi di Kalimantan Selatan senilai Rp 1,1 triliun.
Dirjen Basis Industri Manufaktur Kementerian Perindustrian Panggah Susanto mengatakan investasi di sektor baja meningkat seiring tingginya permintaan di pasar domestik. Peningkatan investasi akan memacu tambahan kapasitas produksi baja nasional.
Data Kementerian Perindustrian menyebutkan penjualan baja di Indonesia pada 2011 bisa mencapai 9,5 juta ton, naik 44% dibandingkan 2010 sebanyak 6,6 juta ton. Dari angka itu, sekitar 4-5 juta ton pasokan baja masih diimpor. Tingginya impor baja dinilai membuat investasi di sektor tersebut prospektif.
Direktur Utama PT Krakatau Steel Tbk Fazwar Bujang menerangkan, pembangunan pabrik baja joint venture antara Krakatau Steel dengan Posco (raksasa baja asal Korea Selatan) akan dimulai pada 1 Juli 2011. Pembangunan pabrik pelat baja itu akan dilakukan dalam dua tahap dengan target produksi sebanyak 6 juta ton per tahun.
Dalam tahap pertama, pabrik baja itu akan dibangun untuk kapasitas produksi tiga juta ton per tahun dengan nilai investasi US$ 3 miliar. Kemudian dilanjutkan dengan tahap kedua yang membutuhkan investasi tambahan US$ 3 miliar.
“Investasi Krakatau-Posco ini merupakan investasi strategis dengan dampak yang cukup besar bagi peningkatan perekonomian nasional,” kata Fazwar Bujang.
Presiden Director Bluescope Steel Indonesia Michael Gundy mengatakan, Bluescope Steel telah merealisasikan pembangunan fasilitas produksi pelapis logam dan teknik pewarna langsung di pabriknya yang berada di Cilegon. Untuk pengadaan fasilitas baru itu, Bluescope menambah investasi di Indonesia sebesar US$ 135 juta.
Selama ini, investasi perusahaan asal Australia itu di Indonesia mencapai US$ 250 juta. Bahkan perusahaan itu berencana akan menambah investasi lagi. “Ke depan kami akan melakukan penambahan investasi di Indonesia untuk peningkatan produksi,” kata O’Malley.
Fasilitas produksi baru Bluescope itu akan memproduksi baja lapis tipis dengan ketebalan 0,2-0,4 milimeter yang biasa dipakai untuk bangunan perumahan serta pelapis metal 0,4-1mm. Saat ini, fasilitas pabrik Bluescope di Cilegon dapat memproduksi 100 ribu ton logam lapis dan 40 ribu ton baja warna per tahun.
“Dengan adanya penambahan fasilitas baru itu maka produksi akan dapat ditingkatkan menjadi 265 ribu ton logam lapis dan 160 ribu ton baja warna per tahun,” ujarnya.(Tim redaksi 03)