Duniaindustri.com — Industri berbasis online atau dunia virtual menyumbangkan sekitar US$ 3 miliar bagi perekonomian negara-negara berkembang di dunia. Berdasarkan hasil studi yang dilakukan Bank Dunia dan International Finance Corporation (IFC), lebih dari 100 ribu orang di sejumlah negara seperti China, India, dan Indonesia mendapatkan mata pencaharian dari dunia “online” dan halaman yang menyebarkan program bersifat micro-tasks.
Lahan pekerjaan di sektor industri virtual itu antara lain bersifat micro-tasks seperti toko online, permainan online, dan jaring sosial (social network). Studi itu memperkirakan bahwa pasar untuk jasa virtual seperti itu dapat bernilai hingga sebesar US$ 3 miliar pada 2009 dan terus bertumbuh pada 2010 dan 2011.
Selain itu, studi tersebut juga menunjukkan bahwa orang-orang di negara berkembang dapat memanfaatkan kemunculan industri virtual ini dengan pesat. Di Indonesia, industri online terkait erat dengan industri kreatif. Selain toko online dan jaring sosial, industri desain serta web master juga menyumbangkan pertumbuhan bagi industri online.
“Peran negara-negara berkembang dalam dunia digital sebagian besar masih terbatas sebagai pengguna dan konsumen, bukan produsen. Tapi kini, berkembangnya jasa digital memunculkan lapisan kesempatan bagi para wirausahawan baru dengan beban biaya yang sangat rendah,” kata Valerie D`Costa, Manajer InfoDev–program gabungan Bank Dunia dan IFC yang melakukan studi tersebut.
Wirausahawan di sektor industri virtual selayaknya berfokus pada pekerjaan mikrodigital yang bermanfaat bagi masyarakat. Berbagai usaha itu antara lain jasa menuliskan buku cetak ke dalam bentuk digital dan menerjemahkan dokumen digital.(Tim redaksi/02)