Duniaindustri.com — Dalam situasi perekonomian dunia yang belum pulih dari krisis, pertumbuhan industri manufaktur sepanjang 2014 diperkirakan tetap positif, meski tidak terlalu tumbuh tinggi dibanding beberapa tahun lalu. Menteri Perindustrian Mohamad S Hidayat mengungkapkan tidak bisa terlalu optimis, karena 2014 bisa dikatakan bukan masa kritis tapi lebih ke ketidakpastian tersebut berkenaan dengan situasi politik di Indonesia di mana 2014 merupakan pelaksanaan Pemilihan Umum (Pemilu).
Selain itu, Menperin juga mengatakan kebijakan untuk mengurangi (tapering off) stimulus moneter oleh Bank Sentral Amerika Serikat, The Federal Reserves, masih akan berlangsung hingga Februari. “Itu akan berdampak pada likuiditas kita terbatasi, biaya bunga yang tinggi dan pelemahan nilai Rupiah, Saat ini, Indonesia hanya mencoba mempertahankan keadaan yang ada saat ini agar tidak terus melemah,” jelas Hidayat saat jumpa pers.
Kemenperin mencatat, pada triwulan III tahun 2013, pertumbuhan ekonomi Indonesia mengalami sedikit perlambatan. Secara kumulatif pertumbuhan ekonomi nasional selama triwulan III tahun 2013 hanya mencapai 5,83%, lebih rendah dari pertumbuhan kumulatif pada periode yang sama tahun 2012 sebesar 6,26%. “Meski demikian, pertumbuhan ekonomi Indonesia masih jauh lebih baik dibandingkan pertumbuhan ekonomi negara-negara Asia lainnya, kecuali China dan Filipina yang masih tumbuh di atas 7%,” terang Menperin.
Tetap tumbuhnya perekonomian Indonesia itu didukung oleh pertumbuhan tiga sektor utama, khususnya sektor industri manufaktur. Pada triwulan III 2013, Menperin menyebut sektor industri manufaktur tetap menjadi motor dan sumber pertumbuhan ekonomi terbesar. Pada kurun waktu tersebut, sektor industri manufaktur mencatat pertumbuhan sebesar 5,55%, dimana industri manufaktur mencapai pertumbuhan sebesar 6,22% (yoy), sedang Industri Migas mengalami kontraksi sekitar 3,32%.
“Dengan pertumbuhan sebesar 6,22% tersebut, maka pertumbuhan industri manufaktur selama triwulan III tahun 2013, tidak saja sedikit lebih tinggi dari pertumbuhan pada periode yang sama tahun 2012 yang sebesar 6,21%, tetapi juga lebih tinggi dari pertumbuhan ekonomi nasional sebesar 5,83%,” ujar Menperin.
Selain didukung oleh tingginya tingkat konsumsi masyarakat serta meningkatnya ekspor sektor industri, Menperin juga menyatakan meningkatnya kembali investasi di sektor industri menyebabkan tetap terjaganya kinerja sektor industri manufaktur hingga saat ini.
Kemenperin mencatat, pada Januari-September 2013 nilai investasi lokal (PMDN) sektor industri manufaktur mencapai Rp 38,29 triliun atau meningkat sebesar 0,47% dari periode yang s;ima tahun 2012. Investasi sektor industri manufaktur memberikan kontribusi sebesar 40,68% dari total investasi PMDN. Sementara itu, nilai investasi PMA sektor industri manufaktur mencapai USS 12,43 miliar atau meningkat sebesar 44,62% dibandingkan periode yang sama tahun 2012. Investasi sektor industri manufaktur memberikan kontribusi sebesar 58,62% dari total investasi PMA pada periode Januari-September2013.
Selain investasi, pertumbuhan ini juga tidak lepas dari meningkatnya kegiatan produksi di sektor industri manufaktur. Dicapainya pertumbuhan industri non migas sebesar 6,22% hingga triwulan III 2013 didukung oleh kinerja pertumbuhan sebagian besar kelompok industri manufaktur, yang mengalami pertumbuhan yang cukup tinggi. “Pertumbuhan tertinggi dicapai oleh kelompok Industri Logam Dasar Besi dan Baja yang mencapai pertumbuhan sebesar 10,3%, diikuti oleh kelompok Industri Alat Angkutan, Mesin dan Peralatannya yang tumbuh sebesar 10,04%, lalu kelompok Industri Barang Kayu dan Hasil Hutan Lainnya yang mencapai pertumbuhan sebesar 8,20%, dan kelompok Industri Tekstil, Barang Kulit dan Alas kaki sebesar 6,02%,” papar Menperin.
Hasil positif kinerja sektor industri tersebut dapat dicapai karena adanya sinergi nasional yang positif, yaitu melalui kebijakan-kebijakan yang telah dilaksanakan oleh Pemerintah dan didukung oleh para pelaku usaha dan masyarakat dalam rangka pengembangan dan peningkatan daya saing industri nasional.
Meskipun sampai akhir triwulan III 2013, kondisi perekonomian dunia masih diliputi ketidakpastian, namun dengan mulai membaiknya perekonomian negara-negara maju, seperti Amerika Serikat (AS), Jepang, dan beberapa negara Eropa, Menperin tetap optimis perekonomian nasional akan tumbuh lebih baik pada 2014 nanti. Menperin yakin pada 2014 nanti pertumbuhan indutri non migas diperkirakan bisa mencapai sekitar 6,4%.
“Jika upaya-upaya maksimal bisa dilakukan, industri manufaktur diperkirakan bahwa bisa tumbuh sekitar 6,8%, dimana dalam hal ini Industri Logam Dasar Besi dan Baja; Industri Alat Angkutan, Mesin dan Peralatannya, dan Industri Tekstil, Barang Kulit dan Alas Kaki diharapkan bisa menjadi motor pertumbuhan industri manufaktur,” tegas Menperin.
Kalangan pengusaha memperkirakan pertumbuhan industri manufaktur pada 2014 lebih rendah dibanding pada tahun ini, atau berada di bawah 6%. Menurut Ketua Asosiasi Pengusaha Indonesia Sofjan Wanandi, anjloknya kinerja industri disebabkan beberapa hambatan pada investasi. “Dimulai dari kredit yang ketat hingga biaya listrik dan perburuhan,” kata dia.
Sofjan memperkirakan pertumbuhan industri tahun ini hanya mencapai 5,5%. Pengetatan kredit dan tingginya suku bunga pinjaman bank menjadi masalah paling besar, mengingat 80% usaha baru di Indonesia dibiayai lembaga keuangan tersebut. “Seberapa poin bunga bank naik, sebesar itulah kira-kira investasi turun,” kata bos Gemala Grup ini.
Sofjan juga tidak menafikan adanya hambatan klasik seperti pelemahan rupiah, naiknya tarif listrik dan upah buruh, serta mahalnya biaya distribusi dan logistik. Pada tahun politik 2014, investor asing mungkin mengambil posisi tunggu sebelum menanamkan modal. “Investasi baru terwujud jika pemerintahan yang terpilih dianggap cocok dan situasinya terkendali.”(*/berbagai sumber)
Rekomendasi
Tren kenaikan suku bunga kredit, pelemahan rupiah terhadap dolar AS, serta akumulasi pengaruh eksternal akan menghantui pertumbuhan industri manufaktur Indonesia di 2014. Meski demikian, industri manufaktur Indonesia diprediksi masih tetap tumbuh positif, mesti tidak setinggi tahun-tahun selanjutnya. Calon penanam modal mesti jeli memilih sektor industri yang masih prospektif di Indonesia. Sektor makanan dan minuman serta otomotif diperkirakan masih tetap tumbuh positif di 2014, meski dibayangi kenaikan beban pekerja. Untuk mengetahui data-data industri teraktual, Anda dapat menggunakan fitur download data industri.