Latest News
You are here: Home | Makanan & minuman | Industri Consumer Good Prospektif, Meski Pertumbuhan Melambat
Industri Consumer Good Prospektif, Meski Pertumbuhan Melambat

Industri Consumer Good Prospektif, Meski Pertumbuhan Melambat

Duniaindustri.com (November 2015) – Industri barang konsumsi harian (fast moving consumer good) di Asia masih prospektif ditopang tingkat konsumsi yang tinggi, meski terjadi perlambatan pertumbuhan tahun ini. Selain itu, menurut hasil riset Kantar Worldpanel, pasar consumer good di Asia berkarakter unit, terlihat dari dominasi pemain lokal dibanding pemain global.

“Pada 2013, pasar consumer good di Asia tumbuh 10% dibandingkan 2012. Sedangkan tahun 2015, industri consumer good hanya mengalami pertumbuhan sebesar 4,6% di Asia. Sementara pertumbuhan consumer good di Indonesia tahun ini sebesar 7,4%, menurun dibandingkan 2014 yang tumbuh mencapai dua digit yaitu 15,2%,” jelas General Manager Kantar Worldpanel Indonesia Lim Soon Lee dalam keterangan tertulis.

Menurut dia, untuk pasar Asia, yakni keseluruhan, para pemain lokal berkontribusi 74% dan tumbuh dua kali lipat lebih besar dibandingkan pemain multinasional. Lee memberikan contoh Indonesia dan China, para pemain lokalnya masih menunjukkan tingkat kontribusi lebih dari 60% dan itu pertumbuhan dua kali lipat dibandingkan dengan pemain global.

consumer goods

Data-data itu bagian hasil riset Kantar Worldpanel Asia Brand Power 2015. Untuk melengkapi hasil riset tersebut, Kantar Worldpanel telah melakukan wawancara eksklusif dengan 11 CEO dari para pemain lokal Asia di 9 negara untuk mengetahui faktor-faktor apa saja yang mendorong pertumbuhan secara signifikan. Antara lain Mayora (Indonesia), Ichitan (Thailand), Aekyung (Korea Selatan), Godrej (India), Monde Nissin (Filipina), Masan (Vietnam), YFY (Taiwan), Rebisco (Filipina), Marico (India), Sanquan (China) dan Vinda (China).

Selain produk-produk lokal yang sukses di 9 negara, dalam laporan tersebut Kantar Worldpanel juga memaparkan beberapa produk Indonesia. Misalnya, Teh Pucuk Harum, yang bersaing dengan produk inovatif dengan harga terjangkau. Teh Pucuk Harum juga melakukan komunikasi dengan konsumennya melalui media sosial. Lalu ada Kopi Luwak White Koffie, pemain terbesar pada segmen kopi instan yang sukses memposisikan diri sebagai kopi instan lebih sehat bagi jantung dan perut dengan harga terjangkau.

Sedangkan Teh Gelas, sukses memenuhi tren konsumen Asia yang menyukai teh sebagai minuman penyegar. Produk utamanya yang trkemas dalam gelas berhasil menjadi jagoan dalam memenuhi kebutuhan konsumen akan teh siap minum yang praktis dan terjangkau. PT Indofood Sukses Makmur Tbk (INDF) menjadi merek paling berpengaruh di Indonesia. Salah satu produk Indofood, Indomie bahkan telah menjadi produk mie instan yang paling banyak dibeli di Indonesia. Produk-produk Indofood pun saat ini sudah terekspor ke lebih dari 60 negara.

Produk Indomie itu hanya mampu tersaingi oleh Mie Sedaap, menduduki peringkat dua teratas merek paling terpilih oleh konsumen Indonesia berdasarkan penelitian Brand Footprint 2015. Keberhasilan Mie Sedaap tidak terlepas strategi fokus pada daerah pedesaan dan menawarkan harga lebih terjangkau dengan isi lebihi banyak.

Sedangkan produk kosmetik merek Wardah mengedepankan aspek Halal terbukti memiliki daya tarik yang tinggi di Indonesia. So Klin, yang memiliki semua jenis deterjen yang dibutuhkan oleh konsumen. Dari deterjen berkonsentrasi tinggi yang cocok segala jenis mesin cuci, hingga deterjen anti-kuman dan deterjen pelindung warna pakaian.

“Produk-produk di atas itu memiliki power lever atau tenaga pengungkit yang mendorong pertumbuhan dari para pemain lokal tersebut. Ini yang mampu mengungguli pemain global,” papar dia.

Secara singkat, ia memaparkan setidaknya ada lima faktor yang mampu menjadi tenaga pengungkit. Ahli dalam bertransformasi, salah satu faktor yang mampu mendorong merek-merek lokal berubah dari sekedar manufaktur yang hanya memproduksi barang menjadi perusahaan yang mampu membangun merek yang mengerti kebutuhan konsumen. Kemudian, Berperan aktif dalam meningkat kualitas hidup masyarakat. Saat ini banyak produk bumbu instan dan santan instan yang menawarkan kenyamanan dan kemudahan di dalam memasak.

Misalnya, Bumbu Racik Indofood dan Santan Sun Kara dimana masing-masing produk berhasil menggaet 1 juta rumah tangga dan 1,5 juta rumah tangga sebagai pembeli. Faktor lainnya Terus berinovasi dengan standar kualitas global tanpa meninggalkan selera tradisional atau lokal.

New Business Development Director Kantar Worldpanel Indonesia Fanny Murhayati mencontohkan Wardah sebagai salah satu contoh merek yang berhasil menangkap peluang ini. “Dengan target utama Muslimah berhijab, Wardah berhasil mendapatkan pertumbuhan penjualan hingga 24 persen pada tahun 2015. Wardah juga berhasil masuk ke dalam daftar 50 merek paling dipilih di Indonesia berdasarkan penelitian Kantar Worldpanel,” terang dia.

Ada juga faktor memanfaatkan teknologi digital untuk menciptakan kedekatan emosional dengan konsumen, khususnya melalui transaksi penjualan online (E-commerce). Terakhir, faktor yang mengkombinasikan penggunaan data hasil riset dengan intuisi dalam merumuskan keputusan yang diambil.
“Banyak produk-produk lokal Asia yang sukses dengan mempertahankan penggunaan intuisi yang digabungkan dengan hasil riset dalam proses pengembangan produk. Intuisi ini hanya dimiliki oleh perusahaan di Asia yang benar-benar mengerti kebutuhan konsumen,” tandas Lee menimpali.

Fast moving consumer goods mencakup barang-barang konsumsi yang dibutuhkan sehari-hari atau dibutuhkan secara berkala dalam periode waktu tertentu yang singkat. Barang konsumsi jenis itu mencakup produk-produk makanan (food), peralatan rumah tangga (house hold), dan perawatan tubuh (personal care). Berbeda dengan barang tahan lama (durable goods), barang-barang fast moving consumer goods memiliki umur simpan yang singkat, baik sebagai akibat dari permintaan konsumen tinggi maupun karena produk yang cepat rusak.

Berdasarkan catatan duniaindustri.com, pasar FMCG di Indonesia tumbuh rata-rata per tahun (compounded annual growth rate/CAGR) sebesar 16,6% periode 2004-2010, di tengah fluktuasi inflasi yang dapat menahan maupun menggerus daya beli masyarakat. Sementara periode 2011 hingga saat ini, pertumbuhan pasar diperkirakan sekitar 13%.(*/tim redaksi 03)

datapedia

DIVESTAMA2 (1)

desainbagus kecil

CONTACT US BY SOCIAL MEDIA:

TwitterLogo Like-us-on-Facebook

logo slideshare google-plus-logo

watch_us_on_youtube

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

*

Scroll To Top