Duniaindustri.com (Maret 2014) — PT Indosat Tbk (ISAT) mencatat rugi tahun berjalan yang dapat didistribusikan kepada pemilik perusahaan sepanjang 2013 sekitar Rp 2,782 triliun, lebih rendah dibanding periode tahun sebelumnya yang masih mencetak laba bersih Rp375,1 miliar. Berdasarkan laporan keuangan Indosat dalam publikasi kepada BEI, Senin (3/3), kerugian ini disebabkan rugi selisih kurs sebesar Rp2,786 triliun pada 2013, meningkat 274,3% dibanding periode tahun sebelumnya Rp744,6 miliar.
Di sisi lain, beban lain-lain perseroan pun meningkat 77,5% dari Rp4,843 triliun pada 2013, dibandingkan periode tahun sebelumnya Rp2,728 triliun. Begitu juga dengan beban naik 16,2% dari Rp19,229 triliun pada 2012 menjadi Rp22,345 triliun.
Kendati demikian, perseroan mampu membukukan peningkatan pendapatan sekitar 6,4% menjadi Rp23,855 triliun pada 2013 dari periode tahun sebelumnya Rp22,418 triliun. Pendapatan ini berasal dari pendapatan seluler sekitar Rp19,374 triliun, naik 4,8% dan pendapatan non seluler Rp4,480 triliun, naik 14%.
Hingga Desember 2013, Ebitda perseroan turun 1,6% dari Rp10,540 triliun pada 2012 menjadi Rp10,376 triliun. Kondisi ini membuat marjin ebitda anjlok dari 47% menjadi 43,5%.
Adapun total utang perseroan sepanjang 2013 sebesar Rp23,930 triliun, naik 8,8% dibandingkan periode tahun sebelumnya Rp21,988 triliun. Jumlah pelanggan seluler tercatat meningkat 1,9% dari 58,5 juta pada 2012 menjadi 59,6 juta pelanggan.
Sementara PT XL Axiata Tbk (EXCL) mencatakan laba yang dapat diatribusikan kepada pemilik entitas induk turun tajam menjadi Rp 1,03 triliun pada 2013. Pencapaian laba itu turun sekitar 62,64% dibandingkan perolehan 2012 sebesar Rp 2,76 triliun.
Pendapatan perseroan yang memiliki kode emiten EXCL ini naik tipis 1,4% menjadi Rp 21,26 triliun pada 2013. Perseroan mengalami tekanan dari beban perseroan yang meningkat. Beban perseroan naik 17,98% menjadi Rp 19,6 triliun pada 2013.
Berdasarkan laporan keuangan yang disampaikan ke Bursa Efek Indonesia (BEI), beban infrastruktur perseroan naik menjadi Rp 6,02 triliun pada 2013 dibandingkan periode 2012 sebesar Rp 5,2 triliun. Perseroan juga mengalami kerugian selisih kurs yang melonjak menjadi Rp 1,03 triliun pada 2013. Beban penjualan perseroan naik menjadi Rp 1,35 triliun pada 2013 dibandingkan tahun 2012 senilai Rp 1,3 triliun.
Dengan beban meningkat, laba usaha perseroan pun turun 61,9% menjadi Rp 1,65 triliun pada 2013. Sementara itu, laba bersih per saham dasar turun dari Rp 324 pada 2012 menjadi Rp 121 pada 2013.
“Biayanya naik cukup banyak. Kenaikan beban infrastruktur dan selisih kurs, tetapi pendapatannya masih tumbuh,” ujar Analis PT First Asia Capital, David Sutyanto.
David menambahkan, kinerja perseroan ini memang tidak baik untuk pergerakan saham EXCL. Meski demikian, industri telekomunikasi masih cukup baik. Apalagi perseroan juga akan menggabungkan usaha dengan Axis.
Total liabilitas jangka panjang dan pendek menjadi Rp 24,97 triliun pada 2013. Komposisi liabilitas perseroan antara lain liabilitas jangka pendek turun menjadi Rp 7,93 triliun dan liabilitas jangka panjang Rp 17,04 triliun.
Aset perseroan naik menjadi Rp 40,27 triliun pada 2013 dari periode sama tahun 2012 senilai Rp 35,45 triliun. Adapun kas dan setara kas perseroan naik menjadi Rp 1,31 triliun pada 31 Desember 2013 dari periode sama tahun 2012 Rp 791,80 miliar.(*/berbagai sumber)