Duniaindustri (April 2011) – Indonesia terancam kekurangan pasokan semen sekitar 5-6 juta ton, jika pertumbuhan penjualan melampaui 10% per tahun hingga 2012. Terlebih lagi, ekspansi dan pembangunan pabrik semen membutuhkan waktu 1-2 tahun untuk mencapai tahap operasional.
Tidak heran, produsen semen di Indonesia berlomba-lomba menambah investasi dengan cara membangun pabrik, memodifikasi lini produksi, dan merevitalisasi mesin guna mengantisipasi kekurangan (shortage) di pasar domestik pada 2012.
Sepanjang 2010, tercatat enam perusahaan semen nasional menggelontorkan investasi hingga Rp 10 triliun atau US$ 1,1 miliar untuk menambah kapasitas produksi. Enam produsen semen itu adalah PT Semen Tonasa, PT Semen Gresik Tbk (SMGR), PT Semen Andalas, PT Semen Padang, PT Indocement Tunggal Prakarsa Tbk (INTP), dan PT Semen Bosowa.
PT Indocement Tunggal Prakarsa Tbk, produsen semen merek Tiga Roda, telah menggelontorkan dana sekitar US$ 50 juta untuk membangun mesin penggiling semen (cement mills) berkapasitas 1,5 juta ton di Cirebon. PT Semen Padang juga memodifikasi lini produksi guna menambah kapasitas pabrik sebesar 860 ribu ton. Dengan upaya itu, kapasitas PT Semen Padang naik dari 5,24 juta ton menjadi sekitar 3 juta ton.
”Pabrik baru Tonasa V akan berproduksi pada 2011. Sedangkan pabrik baru Tuban IV ditargetkan berproduksi 2012,” kata Direktur Industri Kimia Hilir Kementerian Perindustrian Tony Tanduk.
PT Semen Andalas Indonesia yang mayoritas sahamnya dimiliki Lafarge SA (Perancis) juga akan merampungkan revitalisasi pabrik di Aceh. Setelah revitalisasi rampung, pabrik Semen Andalas yang sempat hancur karena tsunami 2004 akan berproduksi sebanyak 1,8 juta ton. Upaya revitalisasi itu menelan investasi US$ 300 juta.
Sementara itu, PT Holcim Indonesia Tbk (SMCB) tengah mencari pinjaman untuk mendanai pembangunan pabrik baru di Tuban, Jawa Timur. Dana yang dibutuhkan untuk membangun pabrik yang akan mulai berproduksi pada pertengahan 2013 itu mencapai US$450 juta.
Asosiasi Semen Indonesia (ASI) mencatat penjualan semen selama tahun 2010 sebesar 40,7 juta ton, naik 5% dibanding 2009 yang hanya 38 juta ton, dengan kontribusi terbesar masih di Pulau Jawa. Peningkatan penjualan ini disebabkan oleh stabilnya suku bunga perbankan serta realisasi proyek infratruktur di berbagai daerah.
Tahun 2011, ASI menargetkan penjualan semen sebesar 43 – 44 juta ton atau naik sekitar 6% dibanding tahun 2010. Ketua Umum Asosiasi Semen Indonesia (ASI) Urip Timuryono mengakui, seluruh produsen semen domestik siap untuk menambah kapasitas guna mengantisipasi lonjakan permintaan.
Credit Suisse Group AG dalam riset terbarunya menyebutkan, harga semen global 2011 akan naik sekitar 1,2% dipicu naiknya harga batubara yang berkontribusi 30% terhadap biaya produksi semen.(Tim Redaksi/03)