Duniaindustri (Agustus 2011) – Tahukah Anda begitu banyak kelebihan komoditas Indonesia di dunia, salah satunya biji kakao (bahan baku coklat). Pada tahun lalu, menurut data International Cocoa Organization (ICCO), Indonesia menempati ranking ketiga produsen biji kakao di dunia dengan pangsa pasar 13,6%.
Pemasok utama biji kakao dunia adalah Pantai Gading (38,3%), Ghana (20,2%) dan Indonesia (13,6%). Pemasok lainnya adalah Kamerun (5,1%), Brasil (4,4%), Nigeria (4,9%) dan Ekuador (3,1%).
Walapun sebagai pemasok utama kakao dunia, selama tahun 2002-2010 rata-rata pertumbuhan produksi biji kakao Pantai Gading relatif rendah yakni hanya 1% per tahun, sebaliknya Ghana tumbuh sangat tinggi 10,5% per tahun. Sementara Indonesia dan Kamerun tumbuh moderat dengan masing-masing meningkat rata-rata 5,1% dan 4% per tahun.
Pantai Gading dan Ghana juga menghadapi kendala instabilitas politik yang dapat berdampak langsung terhadap produktivitas biji kakao di negara tersebut.
Tahun 2011, ICCO memperkirakan produksi biji kakao dunia akan mencapai 4,05 juta ton, sementara konsumsi akan mencapai 4,1 juta ton, sehingga akan terjadi defisit sekitar 50 ribu ton per tahun. Hal ini diperkirakan akan terus berlangsung pada tahun-tahun selanjutnya. Pertumbuhan produksi kakao dunia relatif tinggi dengan rata-rata sebesar 5,8% per tahunnya, sementara konsumsi tumbuh 4,8% dengan kecenderungan terus meningkat.
Indonesia ditargetkan mampu memproduksi dua juta ton kakao pada 2020 mendatang. Pemerintah mencanangkan Indonesia sebagai penghasil biji kakao terbesar dunia pada 2014. Kementerian Pertanian menargetkan peningkatan produksi biji kakao hingga dua kali lipat pada 2014 dibanding 2010.
Tahun lalu, Indonesia hanya mampu memproduksi 800 ribu ton kakao, sedangkan di 2014 akan digenjot hingga 1,6 juta ton, atau 300 ribu ton lebih banyak dibandingkan rata-rata produksi Pantai Gading dan Ghana yang mencapai 1,3 juta ton biji kakao.
Berdasarkan data Kementerian Pertanian yang diperoleh duniaindustri.com, prospek produksi biji kakao Indonesia cerah karena terus mengalami peningkatan tiap tahunnya. Pada 2009, produksi mencapai 700 ribu ton lalu meningkat jadi 800 ribu ton pada 2010. Sedangkan pada 2011 target produksi mencapai 1,074 juta ton. Untuk mencapai target ini, pemerintah akan melakukan tiga strategi, yaitu dengan peremajaan, rehabilitasi, serta intensifikasi.(Tim redaksi 01)