Perusahaan Gas Negara (PGAS) berdiri pada 1965. Bisnis utama Perusahaan adalah distribusi dan transmisi gas bumi ke pelanggan industri, komersial, dan rumah tangga. Perusahaan Gas Negara menghasilkan pendapatan sebesar US$ 2,138 miliar per kuartal III 2015, turun dibanding periode yang sama tahun sebelumnya US$ 2,395 miliar.
Beban pokok penjualan justru naik dari US$ 1,427 miliar menjadi US$ 1,435 miliar. Naiknya beban pokok penjualan ini menyebabkan laba kotor perseroan turun menjadi US$ 702,89 juta per kuartal III 2015 dari periode yang sama tahun sebelumnya sebesar US$ 967,82 juta.
Laba usaha juga turun dari US$ 701,10 juta menjadi US$ 422,43 juta per kuartal III-2015. EBITDA juga tergerus menjadi hanya US$ 614,34 juta per kuartal III-2015 dari periode yang sama tahun sebelumnya US$ 863,13 juta.
Akhirnya laba bersih perseroan anjlok sebesar 48% dalam sembilan bulan pertama tahun 2015. Per kuartal III-2015, laba bersih Perusahaan Gas Negara tercatat US$ 306,32 juta dari periode yang sama tahun sebelumnya sebesar US$ 591,80 juta.
GAS DISTRIBUTION INDUSTRY OUTLOOK
Gas bumi diproyeksi akan menjadi sumber energi paling penting di masa depan. Gas bumi dimanfaatkan sebagai bahan bakar serta bahan baku pupuk dan petrokimia. Saat ini, gas bumi dianggap sebagai energi alternatif yang memiliki posisi strategis dalam menurunkan emisi karbondioksida dan pemanasan global.
Menurut Euro Gas, konsumsi gas di Eropa akan meningkat dari 438 mtoe (million tonnes of oil equivalent) di tahun 2005 menjadi 625 mtoe di tahun 2030, atau naik 43%. Peningkatan konsumsi terbesar datang dari sektor pembangkit listrik.
Namun, ketika konsumsi gas di Eropa meningkat 43%, produksi oleh negara Eropa akan terus menurun sebagai akibat semakin berkurangnya cadangan. Hal ini membuat negara di Eropa harus melakukan impor gas dari negara lain.
Kemudian menurut US Energy Information Adminstration, konsumsi sumber energi di Amerika Serikat, yang berasal dari minyak bumi, batubara, dan nuklir akan berkurang pada tahun 2035. Sementara konsumsi gas dan energi terbarukan akan meningkat. Di Amerika Serikat, konsumsi gas bumi sejak tahun 2010 hingga tahun 2035 akan meningkat 0,4% setiap tahunnya, dan akan banyak digunakan untuk pembangkit listrik.
Permintaan terhadap gas bumi akan dipengaruhi oleh harga barang subtitusinya, yaitu minyak mentah. Semakin tinggi harga minyak, permintaan terhadap gas bumi akan meningkat. Harga minyak bumi jenis Crude Oil Brent sempat berada dalam tren menurun dalam periode Maret hingga Juni 2012, dan mencapai titik terendah di level US$ 89,23 per barel. Setelah itu, harga minyak kembali naik dan kini berada di atas US$ 100 per barel.
Sementara harga gas bumi di Bursa Nymex selama kuartal III 2012 telah menurun sebesar 36,1% dibanding kuartal III tahun lalu sebagai akibat suplai gas bumi yang berlebih. Amerika Serikat merupakan negara penghasil gas bumi terbesar di dunia, diikuti oleh Rusia, Kanada, Iran, Qatar, dan Norwegia. Indonesia berada di urutan keduabelas.
Data statistik Badan Pelaksana Minyak dan Gas (BP Migas) menunjukkan bahwa produksi gas Indonesia bergerak fluktuatif, puncak produksi terjadi pada tahun 2010, yakni mencapai 8.857 juta kaki kubik. Kemudian di tahun 2011, produksi menurun menjadi 8.415 juta kaki kubik.
Berdasarkan data Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral, cadangan terbukti gas bumi Indonesia tahun 2012 sebesar 104,7 triliun kaki kubik dan cadangan potensial sebesar 48 kaki kubik. Total cadangan gas bumi di Indonesia mewakili 3% cadangan gas bumi di dunia.
Dengan cadangan gas bumi yang melimpah dan harga minyak dunia yang semakin tinggi, konsumsi energi Indonesia akan mengalami transisi dari minyak ke gas. Menurut BP Migas, cadangan minyak Indonesia diperkirakan akan habis dalam 12 tahun mendatang.
Menurut Forum Industri Pengguna Gas Bumi, pada tahun 2012 hingga 2014 akan terjadi peningkatan permintaan gas sebesar 1,3%. Hal ini seiring pertumbuhan ekonomi yang digerakkan oleh konsumsi dalam negeri.
Pertumbuhan ekonomi berbasis konsumsi masyarakat telah mendorong permintaan gas sebagai sumber energi yang lebih efisien dan lebih ramah lingkungan. Gas menjadi pilihan terbaik di tengah kenaikan harga minyak bumi.
Meski demikian, dengan pertumbuhan konsumsi gas yang terus meningkat di dalam negeri dan jika tidak ditemukan cadangan baru, diperkirakan pada 2019 Indonesia akan menjadi negara pengimpor. Dirjen Migas Kementerian ESDM, I Gusti Nyoman Wiratmaja Puja, mengatakan, dengan pertumbuhan ekonomi Indonesia, 5,5%-6% per tahun, maka produksi gas bumi diperkirakan tidak akan cukup pada 2019 nanti. Jadi 4 tahun lagi untuk pertama kalinya Indonesia menjadi importir.
Walau menjadi importir pada 2019, Indonesia sekaligus tetap sebagai eksportir terbesar, dikarenakan kontrak jual beli gas yang dilakukan saat ini merupakan kontrak jangka panjang.
Sebagaimana diketahui, salah satu negara tujuan ekspor gas bumi Indonesia adalah Fujian, China. Saat ini pun Indonesia sudah menjadi importir untuk LPG, ini terjadi semenjak diberlakukannya konversi minyak tanah ke LPG pada 2011 lalu.
Konsumsi gas dalam negeri sendiri mulai naik tajam tahun 2005. Pada saat itu pemanfaatan gas untuk dalam negeri mencapai 1.513 billion British thermal unit per day (BBTUD) dan terus meningkat sampai mencapai 3,774 BBTUD di tahun 2013. Mulai tahun 2013, porsi pasokan gas untuk domestik sudah lebih besar dari ekspor. Realisasi pemanfaatan dalam negeri pada tahun tersebut mencapai sekitar 52% dari total pemanfaatan.
PERUSAHAAN GAS NEGARA’S BUSINESS MODEL
Sebagai salah satu Badan Usaha Milik Negara, Perusahaan Gas Negara telah berdiri sejak tahun 1965. Melalui anak usaha, yaitu PT Transportasi Gas Indonesia dan PT Gas Energi Gas Jambi, kegiatan usaha utama Perusahaan adalah distribusi dan transmisi gas bumi.
Untuk mencapai sasaran penjualan yang lebih responsif, Perusahaan Gas Negara membagi wilayah usaha menjadi empat Strategic Business Unit (SBU). SBU I untuk wilayah Jawa bagian barat dan Palembang, SBU II untuk wilayah Jawa bagian timur, SBU III untuk Sumatera bagian Utara, dan SBU IV adalah transmisi gas untuk wilayah Sumatera dan Jawa.
Gas Distribution Segment
Segmen distribusi gas menyumbang sebesar 91,4% terhadap pendapatan Perusahaan Gas Negara. Perusahaan mendstribusikan gas yang dibeli dari pemasok ke pelanggan yang terbagi dalam tiga kelompok, yaitu rumah tangga, komersial, dan industri. Jaringan pipa distribusi gas sejak tahun 2007 hingga tahun 2011 terus bertambah panjang. Per tahun 2011, total panjang jaringan pipa dari seluruh SBU mencapai 3.804 kilometer, atau telah tumbuh 4,7% compounded annual growth rate (CAGR) 2007-2011.
Selama sembilan bulan tahun 2012, Perusahaan berhasil melakukan kesepakatan dengan pemasok terkait dengan peningkatan produktivitas lapangan, sehingga pasokan gas dari lapang Terang Sirasun Batur yang dioperasikan oleh Kangean Energy Indonesia dapat mengalir lebih optimal.
Terjadi peningkatan volume distribusi gas, dari 785 mmscfd (million metric standard cubic feet per day) menjadi 801 mmscd . Dengan demikian, pendapatan usaha distribusi gas berhasil meningkat sebesar 11,4% menjadi US$ 1,67 miliar.
Gas Transmission Segment
Pada segmen transmisi, Perusahaan Gas Negara bertindak sebagai operator yang menyalurkan gas dari lapangan gas milik shipper (pelanggan) melalui jaringan pipa transmisi bertekanan tinggi ke titik serah offtaker (penerima). Perusahaan hanya mentransmisikan gas kepada pelanggan industri.
Perusahaan mendapat imbalan berupa toll fee yang besarnya ditetapkan oleh Badan Pengatur Hilir Minyak dan gas (BPH Migas). Segmen transmisi gas berkontribusi sebesar 8,2% terhadap pendapatan Perusahaan Pendapatan yang diperoleh dari kegiatan transmisi gas adalah US$ 149,88 juta pada kuartal III 2012, naik 17,3% dibanding kuartal III tahun lalu. Kenaikan pendapatan terjadi karena volume transmisi gas naik sebesar 4% menjadi 878 mmscfd.
Disalurkannya gas hasil pertukaran (swap) pasokan gas antara Pertamina dan ConocoPhillips untuk Perusahaan Listrik Negara (PLN) menjadi salah satu faktor pendorong meningkatnya volume transmisi.
Other Segment
Selain menjalankan bisnis distribusi dan transmisi, Perusahaan Gas Negara juga memiliki bisnis lain, seperti keuangan, telekomunikasi, konstruksi, serta mulai bergerak menuju pada eksplorasi dan pengolahan minyak dan gas. Di bidang telekomunikasi, Perusahaan menyediakan jaringan berupa jasa sewa fiber optik bagi perusahaan telekomunikasi. Usaha ini dioperasikan oleh anak usaha, yaitu PT PGAS Telekomunikasi.
Di tahun 2011, Perusahaan mulai masuk ke sisi upstream (hulu) dan midstream (pertengahan). Pada sisi hulu, Perusahaan mendirikan PT Saka Energi Indonesia (Sinergi) pada Juni 2011 untuk melakukan kegiatan eksplorasi minyak dan gas. Kemudian di sisi midstream, Perusahaan bersama Pertamina membentuk usaha patungan bernama PT Nusantara Regas. Nusantara Regas dibentuk untuk mengembangkan terminal regasifikasi LNG (Liquefied Natural Gas) terapung pertama di Indonesia. Komposisi kepemilikan dalam usaha patungan tersebut adalah Perusahaan Gas Negara 40% dan Pertamina 60%.
Baik di kuartal III tahun ini, maupun di kuartal III tahun lalu, hanya segmen distribusi gas yang menyumbangkan laba kepada Perusahaan, segmen lain membukukan kerugian.
Segmen transmisi membukukan kerugian sebagai akibat beban penyusutan yang mencapai 64,3% dari perolehan pendapatan transmisi. Tercatat pada kuartal III 2012, rugi dari segmen transmisi senilai US$ 840 ribu.
Kemudian, segmen lain membukukan kerugian yang lebih besar. Kerugian segmen lain meningkat, dari rugi US$ 4,3 juta pada kuartal III 2011 menjadi rugi US$ 14,8 juta pada kuartal III 2012.
FINANCIAL HIGHLIGHT
Perusahaan Gas Negara tercatat memiliki kinerja yang fluktuatif dalam periode tahun 2010 hingga kuartal III 2012. Penurunan pendapatan dan laba sempat terjadi pada tahun 2011.
Perolehan pendapatan dan laba Perusahaan sangat bergantung pada harga jual dan harga beli gas yang ditetapkan berdasarkan keputusan Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM), serta volume gas yang didistribusikan.
Hingga kuartal III 2012, pendapatan Perusahaan secara tahunan berhasil naik sebesar 11,75% menjadi US$ 1,83 miliar. Penopang kenaikan pendapatan adalah naiknya harga jual sebesar 35% untuk pelanggan di Jawa Barat, serta kenaikan volume distribusi dan volume transmisi gas.
Kenaikan harga jual diberlakukan mulai 1 September 2012 sebagai langkah penyesuaian antara harga gas dari sisi hulu dan sisi hilir. Kemudian akan terjadi penyesuaian harga jual tahap kedua, yang berlaku mulai 1 April 2013.
Volume distribusi gas Perusahaan meningkat dari 785 mmscfd pada kuartal III tahun lalu, menjadi 801 mmscfd pada kuartal III tahun ini. Sedangkan volume transmisi gas naik menjadi 878 mmscfd, dari 844 mmscfd.
Selama kuartal III 2012, profitabilitas Perusahaan Gas Negara menurun dibanding tahun lalu. Margin kotor turun 302 basis poin, margin usaha turun 63 basis poin. Harga beli gas yang lebih tinggi dari pemasok seperti Pertamina, ConocoPhillips, dan produsen gas lainnya telah meningkatkan beban pokok sebesar 20,7%. Perusahaan membukukan laba kotor senilai US$ 1,08 miliar, atau naik 6,33%.
Sedangkan laba usaha yang berhasil dibukukan sebesar US$ 768,81 juta, atau naik 10,11% dibanding periode yang sama tahun lalu.
Turunnya beban keuangan dan rugi selisih kurs, disertai adanya laba perubahan nilai derivatif membuat laba bersih berhasil naik sebesar 16,4% menjadi US$ 621,28 juta. Beban keuangan muncul sebagai akibat adanya pinjaman ke sejumlah bank nasional dan bank internasional. Dengan jumlah pinjaman sebesar US$ 1,02 miliar, Perusahaan menanggung beban keuangan sebesar 2,14% dari laba usaha yang dapat dihasilkan.
Dibanding kuartal III tahun lalu, pada kuartal III 2012, suku bunga pinjaman kepada Asian Development Bank telah turun dari 1,04% – 4,03% menjadi 1,02%. Suku bunga European Investment bank juga turun dari 5,3% menjadi 4,95%. Kemudian suku bunga Japan Bank for International Corporation turun menjadi 0,67% dari 0,68%-0,87%. Di kuartal III 2012, Perusahaan Gas Negara mengalami rugi selisih kurs sebesar US$ 9,51 juta.
Jumlah ini lebih rendah 30,61% dari periode yang sama tahun lalu. Rugi selisih kurs terjadi disebabkan oleh melemahnya nilai tukar dolar Amerika Serikat terhadap mata uang asing, khususnya yen Jepang. Dengan demikian, posisi liabilitas dalam mata uang asing meningkat.
Akibat menurunnya tingkat penggunaan utang untuk menopang aktivitas perusahaan, tingkat imbal hasil bagi pemegang saham yang tercermin pada Return on Equity (ROE), turun 0,83% menjadi 42,97%. Di sisi lain, tingkat produktivitas aset atau Return on Asset (ROA) naik sebesar 1,5% menjadi 22,94%. Perolehan ini lebih tinggi dibanding tahun 2010 maupun 2011, yang hanya berada di level 19%.
Perusahaan Gas Negara memiliki posisi kas yang kuat. Rasio kas mencapai 3,92 kali, berarti nilai kas besarnya mencapai 392% dari seluruh kewajiban lancar Perusahaan. Rasio penggunaan utang masih tergolong rendah per kuartal III 2012, bahkan menurun sebesar 16 basis poin menjadi 0,79 kali. Sementara penggunaan utang berbunga hanya sebesar 0,53 kali, turun 9 basis poin dibanding kuartal III tahun lalu.
INVESTMENT HIGHLIGHT
1. Market Leader in Indonesia’s Distribustion & Transmission Industry
Pada tahun 2011, Perusahaan Gas Negara mengusai sekitar 87,3% pangsa pasar distribusi gas di Indonesia, dan menguasai 52,9% pangsa transmisi gas. Posisi Perusahaan Gas Negara dalam industri juga tergolong monopoli. Pangsa pasar distribusi dan transmisi gas di Indonesia lainnya dikuasai oleh trader-trader yang umumnya tidak memiliki izin usaha niaga yang tidak berafiliasi, sehingga Perusahaan tidak memiliki pesaing yang cukup kuat.
Dengan menguasai pangsa pasar yang besar di Indonesia, pertumbuhan konsumsi rumah tangga dan industri-komersial akan langsung menguntungkan Perusahaan Gas Negara.
2. Increasing Gas Demand in Long Term
Dalam jangka panjang permintaan terhadap energi alternatif seperti gas bumi dan energi terbarukan akan terus meningkat. Di Eropa, permintaan gas pada tahun 2030 diestimasi akan meningkat 45% dibanding tahun 2005. Di Amerika Serikat, konsumsi gas bumi sejak tahun 2010 hingga tahun 2035 akan meningkat 0,4% setiap tahunnya, dan akan banyak digunakan untuk pembangkit listrik.
Sementara di Indonesia, pada tahun 2012 hingga 2014 akan terjadi peningkatan permintaan gas rata-rata sebesar 1,3% per tahun. Meningkatnya permintaan gas dalam jangka panjang berpotensi meningkatkan volume distribusi dan transmisi gas Perusahaan Gas Negara.
3. Availability of Gas Supply Alternatives
Menurut International Energy Agency, terdapat beberapa proyek pembangunan LNG Liquefaction Plant dari negara lain akan selesai dalam waktu dekat. Dengan rampungnya proyek tersebut, Perusahaan Gas Negara akan memiliki alternatif pasokan LNG (liquid natural gas). Selain iu, produksi gas alam di Amerika Serikat meningkat tajam setelah produksi dari shale gas -gas alam yang berasal dari serpihan bebatuan- berjalan.
Peningkatan pasokan gas bumi di pasar international diperkirakan dapat menurunkan harga gas bumi. Dengan tersedianya pasokan lain di luar negeri, Perusahaan Gas Negara akan memiliki sumber pasokan alternatif dengan harga beli yang dapat lebih rendah, di tengah tingginya harga dari pemasok domestik.
4. Support from Government
Sebagai Perusahaan yang mayoritas dimiliki oleh pemerintah, kinerja Perusahaan Gas Negara mendapatkan pengawasan serta dukungan dari Pemerintah dari sisi peraturan.
Untuk mengontrol harga agar tetap berada dalam nilai keekonomiannya, pemerintah melakukan penyesuaian terhadap harga gas dari pemasok ke pelanggan.
Sedangkan untuk menjaga ketersediaan pasokan, mulai tahun 2010, pemerintah mewajibkan setiap kontraktor kontrak kerja sama di sektor hulu menyediakan minimal 25% dari produksi dialokasikan untuk kebutuhan konsumsi domestik. Langkah yang dilakukan pemerintah membuat Perusahaan Gas Negara untuk dapat memenuhi kebutuhan gas nasional, tanpa harus mengalami kerugian akibat kenaikan harga jual.
5. Vertical Integration
Pada tahun 2011, Perusahaan Gas Negara mulai masuk ke sisi hulu dengan mendirikan PT Saka Energi Indonesia yang akan melakukan kegiatan eksplorasi minyak dan gas.
Dengan adanya Saka Energi, kelangkaan pasokan dari pemasok dapat diminimalisir. Kemudian, harga beli dari Saka Energi berpotensi lebih murah dibanding dari pemasok lain, sehingga margin Perusahaan Gas Negara berpeluang meningkat. Kemudian di sisi midstream, usaha patungan dengan Pertamina, yaitu PT Nusantara Regas yang mengembangkan terminal regasifikasi, juga menjadi alternatif pasokan tambahan, sehingga kebutuhan gas bagi indutri dapat tercukupi.
6. Solid Liquidity Position
Meski rasio kas turun sebesar 1 basis poin menjadi 3,92 kali pada kuartal III 2012, posisi likuiditas Perusahaan tergolong solid, karena masih berada di atas level 3 kali. Rasio kas sempat menyentuh level terendah di 0,43 kali pada tahun 2007. Per September 2012, Perusahaan Gas Negara memiliki kas senilai US$ 1,29 miliar.
Dengan posisi likuiditas yang solid, kesempatan untuk berekspansi dengan kas internal menjadi lebih luas, sehingga Perusahaan Gas Negara tidak perlu mengeluarkan biaya keuangan.
INVESTMENT RISK
1. Declined Profitability
Dengan mempertimbangkan nilai keekonomian harga beli gas, produsen gas melakukan renegoisasi dengan pemerintah. Setiap perubahan harga beli serta harga jual, Perusahaan Gas Negara menghadapi risiko berfluktuasinya kinerja margin. Selain itu, Perusahaan Gas Negara juga memiliki risiko terhadap selisih waktu penerapan kenaikan harga beli gas dari produsen dan harga jual gas kepada pelanggan.
Selama 2011 hingga kuartal III 2012, margin kotor Perusahaan Gas Negara terus menurun. Margin ktoro turun 328 basis poin pada 2011, dan turun 302 basis poin pada sembilan bulan tahun 2012.
2. Slowing Growth in Financial Performance
Kinerja keuangan Perusahaan Gas Negara menunjukkan tren yang menurun dalam periode 2007-2011. Pendapatan berhasil tumbuh 45,35% pada tahun 2008, kemudian pertumbuhan pendapatan ditahun-tahun berikutnya terus menurun, hingga pada tahun 2011 pendapatan turun sebesar 1%.
Begitupula dengan kinerja laba bersih, pada tahun 2008 naik 24,97% dan pada tahun 2011, laba bersih turun sebesar 3,46%.
Meski terdapat alternatif pasokan yang dapat mendorong volume distribusi dan transmisi, juga adanya penyesuaian harga beli dari produsen hulu dan harga jual kepada pelanggan, Perusahaan Gas Negara dalam beberapa waktu masih akan menghadapi risiko kekurangan pasokan gas di dalam negeri untuk didistribusikan.
3. Distribution Network
Jaringan distribusi gas Perusahaan Gas Negara baru mencakup wilayah Sumatera dan Jawa. Sampai saat ini Perusahaan belum berencana membangun pipa distribusi ke wilayah Indonesia bagian timur, seperti Kalimantan dan Sulawesi. Padahal potensi permintaan di wilayah tersebut cukup tinggi. Keterbatasan jaringan pipa distribusi membuat Perusahaan Gas Negara belum dapat mengoptimalkan pendapatan yang berasal wilayah Indonesia bagian lain.
Berdasarkan neraca gas Departemen Energi dan Sumber Daya Mineral, permintaan potensial Kalimantan Bagian Timur pada tahun 2011-2015 adalah sebesar 2.255 juta kaki kubik per hari, pada tahun 2010 permintaan hanya 40 kaki kubik per hari.
4. Foreign Exchange Risk, Derivative Loss
Laporan keuangan Perusahaan per Januari 2012 telah diubah dari denominasi rupiah menjadi dolar Amerika Serikat. Sementara aset, kewajiban, dan transaksi operasional Perusahaan dilakukan dalam mata uang rupiah dan yen Jepang. Pelemahan dolar Amerika Serikat terhadap rupiah maupun Yen akan berdampak negatif terhadap laba Perusahaan Gas Negara. Kinerja laba bersih Perusahaan Gas Negara juga memiliki risiko terhadap kerugian atas transaksi derivatif yang dilakukan. Perusahaan Gas Negara melakukan kontrak currency swap mata uang yen dengan US$ dolar yang berakhir pada tahun 2019 mendatang. Perusahaan Gas Negara memiliki utang derivatif senilai US$ 132 juta per September 2012, terkait dengan aktivitas derivatif yang dilakukan. Pada sembilan bulan tahun 2011, rugi akibat perubahan nilai wajar derivatif senilai US$ 19 juta. Pada periode yang sama tahun ini, terjadi untung dervatif senilai US$ 33 juta.(*/berbagai sumber/diolah duniaindustri.com)
CONTACT US BY SOCIAL MEDIA:
Selamat Tahun Baru semuanya,
Nama saya Mia.S. Saya ingin menggunakan media ini untuk mengingatkan semua pencari pinjaman sangat berhati-hati karena ada penipuan di mana-mana. Beberapa bulan yang lalu saya tegang finansial, dan putus asa, saya telah scammed oleh beberapa pemberi pinjaman online. Saya hampir kehilangan harapan sampai seorang teman saya merujuk saya ke pemberi pinjaman sangat handal disebut Ibu Cynthia yang meminjamkan pinjaman tanpa jaminan dari Rp800,000,000 (800 JUTA) dalam waktu kurang dari 24 jam tanpa tekanan atau stres dengan tingkat bunga hanya 2%.
Saya sangat terkejut ketika saya memeriksa saldo rekening bank saya dan menemukan bahwa jumlah saya diterapkan untuk dikirim langsung ke rekening saya tanpa penundaan. Karena aku berjanji padanya bahwa aku akan berbagi kabar baik sehingga orang bisa mendapatkan pinjaman mudah tanpa stres. Jadi, jika Anda membutuhkan pinjaman dalam bentuk apapun, silahkan hubungi dia melalui emailnya: cynthiajohnsonloancompany@gmail.com
Anda juga dapat menghubungi saya di email saya ladymia383@gmail.com dan miss Sety yang saya diperkenalkan dan diberitahu tentang Ibu Cynthia dia juga mendapat pinjaman dari Ibu Cynthia baru Anda juga dapat menghubungi dia melalui email nya: arissetymin@gmail.com Sekarang, semua yang saya lakukan adalah mencoba untuk bertemu dengan pembayaran pinjaman saya bahwa saya kirim langsung ke rekening bulanan.