Krakatau Steel (KRAS) merupakan produsen baja nasional yang berdiri pada 1970. Produk baja yang dihasilkan mencakup baja lembaran panas (hot rolled coil), baja lembaran dingin (cold rolled coil), dan kawat baja. Selain memproduksi baja, Krakatau Steel juga menawarkan jasa terpadu seperti jasa rekayasa konstruksi, perumahan dan hotel, dan lainnya.
STEEL INDUSTRY OUTLOOK
Pertumbuhan ekonomi Indonesia yang stabil merupakan salah satu faktor pendorong bertumbuhnya industri baja di Indonesia yang merupakan bahan baku produksi dan penunjang operasional industri.
Permintaan baja di Indonesia berasal dari sektor industri pertambangan, sektor konstruksi, dan sektor transportasi serta manufaktur. Di sektor pertambangan, permintaan baja datang dari pembangunan pabrik pertambangan, kemudian untuk pembuatan pipa dan kilang untuk minyak dan gas.
Di sektor konstruksi, permintaan baja meningkat seiring dengan insentif dalam pembangunan infrastruktur, pembangunan gedung kontruksi, dan pembangunan perumahan.
Di sektor transportasi dan manufaktur, baja digunakan untuk penunjang manufaktur khususnya sektor otomotif yang menggunakan kerangka kendaraan dari baja sebagai bahan baku utama.
Dalam 10 tahun terakhir, konsumsi baja di Indonesia berfluktuatif. Siklus ekonomi seperti krisis global, cuaca buruk, peraturan pemerintah, dan lainnya mengakibatkan naik turunnya permintaan baja di dalam negeri. Tahun lalu, konsumsi baja naik 22,3% menjadi 10,95 juta metrik ton. Kenaikan konsumsi tersebut merupakan yang tertinggi sejak 2002.
Pada 2015, pasar baja Indonesia ditaksir mencapai US$ 5,35 miliar atau Rp 76,5 triliun, turun dari posisi 2014 sebesar US$ 7,88 miliar atau Rp 112,6 triliun (kurs Rp 14.300/US$). Tim duniaindustri.com memperhitungkan nilai pasar baja Indonesia di 2015 dari prediksi volume pasar baja di Indonesia dengan harga rata-rata di dunia.
Volume pasar baja di Indonesia pada 2015 diperkirakan mencapai 15,3 juta ton, naik 7,7% dibanding tahun lalu 14,2 juta ton, menurut data Indonesia Iron and Steel Industry Association (IISIA), Kementerian Perindustrian, dan PT BNI Securities.
Kapasitas produksi baja di dalam negeri saat ini belum mampu mencukupi konsumsi, sehingga sebagian kebutuhan masih dipenuhi dari impor. Berdasarkan data SEAISI, impor baja pada 2011 mencapai 53% dari total konsumsi, atau sejumlah 5,3 juta ton. Kurangnya pasokan baja di tingkat domestik menjadi peluang bagi produsen baja di dalam negeri dalam meningkatkan kapasitas produksi. Perusahaan nasional juga mulai mengadakan kemitraan dengan perusahaan baja internasional untuk menopang biaya produksi baja.
Tantangan bagi industri baja dalam negeri adalah bahan baku seperti bijih besi, pellet besi, besi tua, billet baja dan lainnya yang sebagian besar masih di impor. Sementara harga bahan baku tersebut juga sedang sangat berfluktuasi. Rancangan Peraturan Pemerintah mengenai standarisasi dan klasifikasi limbah bahan berbahaya dan beracun (B3) juga menjadi tantangan untuk industri baja.
Tahun 2012 ini, pemerintah sempat menahan impor bahan baku baja yaitu besi tua yang dianggap sebagai limbah bahan berbahaya dan beracun (B3) sehingga harus berada di pelabuhan untuk diverifikasi.
KRAKATAU STEEL’S BUSINESS MODEL
Krakatau Steel memiliki enam fasilitas produksi yang menghasilkan berbagai produk baja dari bahan mentah. Proses produksi baja Krakatau Steel dimulai dari pabrik besi spons yang mengolah besi pellet menjadi besi dengan menggunakan air dan gas alam. Besi spons diproses kembali di pabrik slab baja dan pabrik billet baja dengan campuran besi tua, hot bricket iron, dan bahan baku lain untuk menghasilkan baja slab dan baja billet.
Baja slab menjalami pemanasan ulang dan pengerolan di pabrik baja lembaran panas untuk menghasilkan produk akhir yaitu baja lembaran panas. Baja lembaran panas umumnya digunakan dalam konstruksi kapal, pipa, bangunan, dan konstruksi umum. Baja lembaran panas dapat diolah di pabrik baja lembaran dingin dengan produk akhir yang disebut baja lembaran dingin. Produk ini digunakan untuk aplikasi bagian dalam dan luar kendaraan bermotor, kaleng, dan peralatan rumah tangga.
Pada baja billet, dilakukan proses pengerolan di pabrik batang kawat untuk menghasilkan batang kawat baja. Batang kawat baja digunakan untuk aplikasi senar piano, mur dan baut, kawat baja, pegas dan lainnya.
Segmen baja mengalami penurunan kontribusi terhadap pendapatan Krakatau Steel dalam 5 tahun terakhir. Pada kuartal III 2012 produk baja hanya berkontribusi sebesar 83% terhadap total pendapatan. Pada 2007 kontribusi mencapai 95% terhadap pendapatan.
Lebih dari 90% produk baja yang dihasilkan Krakatau Steel dipasarkan di dalam negeri. Bahkan pada periode Januari-September 2012, penjualan produk baja Perusahaan di dalam negeri mencapai 99%.
Selain memproduksi baja, Krakatau Steel juga menjalankan usaha lain seperti real estate dan perhotelan, penyedia jasa rekayasa dan konstruksi, jasa pengelolaan pelabuhan dan jasa lainnya.
Segmen real estate dan perhotelan menyediakan penjualan dan pengembangan lahan industri; juga infrastruktur pada kawasan industri, perhotelan dan sarana olahraga jasa rekayasa dan konstruksi menawarkan jasa perencanaan dan kontraktor untuk berbagai jenis pembangunan; juga melakukan kegiatan ekspor dan impor barang dan jasa yang berkaitan dengan jasa rekayasa dan konstruksi.
Jasa pengelolaan pelabuhan menyediakan layanan jasa dermaga untuk bongkar muat barang dan peti kemas, jasa penunjang pelabuhan laut, dan pergudangan barang.
Perusahaan juga menyediakan jasa lainnya seperti penyedia air bersih, listrik, layanan kesehatan serta teknologi informasi.
Kegiatan usaha lain, selain baja yang bertumbuh mengakibatkan kontribusi yang mulai menurun dari segmen baja terhadap total pendapatan Krakatau Steel. Segmen usaha rekayasa dan konstruksi mulai berkembang. Kontribusi segmen ini hanya sebesar 2% terhadap pendapatan pada 2007, dan kontribusinya telah mencapai 12% pada sembilan bulan tahun 2012.
Krakatau Steel memiliki sedikitnya 12 entitas anak dan asosiasi yang aktif dalam mendukung operasional Perusahaan.
Anak usaha, PT Krakatau Steel Daya Listrik meningkatkan kapasitas energi listrik sebesar 120 megawatt (MW) dengan membangun tambahan fasilitas baru (PLTGU). Pada akhir tahin 2011, pembangunan fasilitas baru mencapai 18% penyelesaiannya.
PT Meratus Jaya, perusahaan patungan dengan PT Aneka Tambang, didirikan untuk mengantisipasi kenaikan harga bahan baku baja yaitu bijih besi (iron ore pellet). PT Meratus Jaya mulai mengoperasikan 1 unit pabrik besi dari 2 unit pabrik pada November 2012 dengan total kapasitas sebesar 315.000 besi spons per tahun. Meratus Jaya juga mengoperasikan pembangkit listrik dengan kapasitas 2×14 MW per tahun.
Kemudian, Krakatau Steel bersama dengan Pohang Iron & Steel Corporation (Posco) Korea mendirikan perusahaan patungan bernama PT Krakatau Posco yang akan memproduksi slab baja, pelat baja, dan baja lembaran panas dengan total kapasitas sebesar 6 juta ton baja kasar (crude steel) dan jumlah investasi sebesar US$ 6 miliar.
Pembangunan pabrik baja dijalankan dalam dua tahap. Pembangunan tahap pertama direncanakan mulai berproduksi pada awal tahun 2014 dengan kapasitas produksi baja kasar sebesar 3 juta ton per tahun dengan produk slab baja dan plat baja. Nilai investasi saat ini telah mencapai US$ 2,66 miliar.
Saat ini, Krakatau Steel telah mengembangkan bisnis besi-baja dengan melakukan revitalisasi pada pabrik hilir baja yaitu besi dan slab baja, peningkatan kapasitas pembangkit listrik dan pengembangan joint venture baik yang dilakukan Krakatau Steel maupun yang dilakukan anak usaha Krakatau Steel.
FINANCIAL HIGHLIGHT
Krakatau Steel memiliki kinerja keuangan yang berfluktuasi sejak tahun 2010. Pendapatan sempat turun 12,2% pada tahun 2010. Kinerja laba hingga kuartal III 2012 juga menurun, melanjutkan penurunan yang terjadi pada tahun 2011.
Hingga kuartal III 2012, Krakatau Steel membukukan pertumbuhan pendapatan sebesar 25,5% menjadi senilai Rp 15,9 triliun. Perusahaan berhasil meningkatkan volume penjualan baja ditengah penurunan harga jual baja di Indonesia. Penjualan baja Krakatau Steel naik 13,2% menjadi senilai Rp 13,1 triliun.
Kenaikan pendapatan juga ditopang oleh pendapatan jasa rekayasa dan konstruksi yang naik 377%. Kenaikan pendapatan belum dapat meningkatkan kinerja laba. Laba usaha turun 31%, sementara laba bersih turun dengan lebih signifikan, yakni sebesar 99,3% menjadi senilai Rp 7,8 miliar.
Penurunan laba bersih yang signifikan terjadi karena Krakatau Steel membukukan rugi bersih senilai Rp 99 miliar pada kuartal Juli-September 2012. Rugi bersih ini menggerus laba bersih Perusahaan yang dihasilkan dalam enam bulan sebelumnya.
Rugi selisih kurs sebesar Rp 197 miliar dan kenaikan beban keuangan sebesar 38,7% menjadi senilai Rp 287,4 miliar menjadi faktor lain penggerus laba bersih.
Profitabilitas tertekan selama sembilan bulan tahun 2012. Margin kotor turun 232 basis poin sedangkan margin bersih menurun signifikan sebesar 822 basis poin.
Penurunan margin disebabkan karena penggunaan bahan baku untuk produksi baja maupun untuk keperluan segmen penjualan lainnya mengalami peningkatan. Penggunaan bahan baku baja naik 22,2% sedangkan produksi beban non manufaktur seperti segmen jasa dan penyewaan naik 218,7%. Namun, Krakatau Steel mampu menekan biaya pabrikasi dan tenaga kerja langsung.
Penurunan margin menyebabkan Return on Equity (ROE) – ukuran imbal hasil kepada pemegang saham– mengalami penurunan sebesar 1.329 basis poin.
Produktivitas aset untuk menghasilkan laba atau Return On Asset (ROA) turun 668 basis poin karena terdapat pabrik baru masih dalam proses pembangunan dan beberapa pabrik lama masih dalam tahap revitalisasi.
Posisi likuiditas cukup baik dengan penggunaan utang yang meningkat selama Januari-September 2011. Rasio kas sebesar 0,21 kali dan rasio lancar sebesar 1,91 kali. Rasio utang terhadap ekuitas/debt to equity ratio meningkat menjadi sebesar 1,31 kali. Rasio utang kena bunga mencapai 0,99 kali. Rasio utang tersebut merupakan rasio tertinggi sejak tahun 2009.
INVESTMENT HIGHLIGHT
1. There are Demands
Industri baja dibutuhkan untuk mendukung pembangunan infrastruktur dan pengembangan program percepatan Implementasi Masterplan Percepatan dan Perluasan Pembangunan Ekonomi Indonesia (MP3LI) yang dicanangkan pemerintah.
Dalam 10 tahun terakhir, konsumsi baja nasional memang berfluktuatif. Namun, tahun lalu, konsumsi baja naik 22,3% menjadi 10,95 juta metrik ton. Kenaikan konsumsi tersebut merupakan yang tertinggi sejak 2002. Sementara itu, produksi baja nasional belum mampu mencukupi kebutuhan konsumsi baja di Indonesia. Menurut data SEAISI, impor baja masih tergolong besar berkisar 46% sampai 56% dari total konsumsi baja nasional, atau mencapai 5,3 juta ton tahun lalu.
Besaran baja impor ditengah potensi permintaan menjadi peluang bagi industri baja di Indonesia, seperti Krakatau Steel untuk meningkatkan kapasitas produksi baja maupun membangun pabrik baja baru guna mencukupi kebutuhan baja nasional.
2. Joint Venture Projects
Krakatau Steel menjalankan beberapa strategi bisnis untuk meningkatkan kinerja, diantaranya dengan membentuk perusahaan patungan (joint venture) dengan Perusahaan besar dalam negeri maupun Internasional.
Perusahaan patungan tersebut antara lain: (1) PT Meratus Jaya Iron & Steel, merupakan perusahaan patungan dengan PT Aneka Tambang. Meratus Jaya menjalankan 2 pabrik besi spons dengan kapasitas produksi 315.000 besi spons per tahun. Perusahaan sudah mengoperasikan satu unit pabrik besi spons per November 2012.
(2) PT Krakatau Posco, merupakan perusahaan patungan dengan salah satu produsen baja terbesar dunia, Pohang Iron & Steel Corporation (Posco) Korea. Krakatau Posco akan memproduksi besi dan baja dengan kapasitas total sebesar 6 juta ton baja.
Setelah beroperasi, proyek joint venture tersebut akan meningkatkan kapasitas produksi baja dan mengurangi pasokan bahan baku impor Krakatau Steel.
3. Market Leader
Berdasarkan perusahaan riset dan investasi, CRU Strategies Limited, Krakatau Steel merupakan pemimpin pasar baja di Indonesia. Per 2009 pangsa pasar Krakatau Steel sebesar 65% untuk produk baja lembaran panas dan 33% untuk baja lembaran dingin.
Pada 2009 juga, Krakatau Steel merupakan perusahaan terbesar kedua dalam volume penjualan kawar baja di Indonesia. Pangsa pasarnya sebesar 32%. Posisi pemimpin pasar akan menguntungkan Krakatau Steel ketika permintaan industri meningkat.
4. Vertically Integrated Business
Krakatau Steel memiliki bisnis baja yang terintegrasi vertikal. Krakatau Steel memiliki fasilitas produksi hulu ke hilir. Fasilitas hulu mencakup fasilitas pembuatan besi, baja, dan baja lembaran yang didukung fasilitas pendukung produksi dan infrastruktur.
Fasilitas produksi dan infrastruktur mencakup fasilitas pembangkit listrik, jasa pelabuhan, fasilitas pengolahan air, dan jasa teknologi informasi. Kemudian, fasilitas produksi hilir mencakup pabrik baja tulangan (bar mill), pabrik baja profil (section mill), dan pabrik pipa baja (pipe mill).
Dalam produksi baja, Krakatau steel memproduksi dan menggunakan seluruh spons besi (sponge iron) yang dibuat di fasilitas pembuatan besi (iron making). Perusahaan juga memproduksi dan menggunakan beberapa bahan baku produksi baja yang digunakan di pabrik baja lembaran (rolling mills), seperti slab baja (steel slabs) dan billet baja (steel billets).
Integrasi bisnis vertikal akan menciptakan efisiensi biaya bahan baku dan listrik untuk proses produksi baja Krakatau Steel sehingga berpotensi meningkatkan margin perusahaan.
INVESTMENT RISK
1. Fluctuated Financial Performance
Pada periode 2007-2011, kinerja keuangan Krakatau Steel berfluktuasi. Pendapatan Krakatau Steel mengalami penurunan selama 2 tahun berturut-turut yaitu pada tahun 2008 dan 2009 dengan penurunan masing-masing sebesar 18% dan 12%.
Kinerja laba bersih menunjukan tren meningkat namun mulai menurun pada tahun 2011. Penurunan laba masih berlanjut pada sembilan bulan terakhir tahun 2012. Laba bersih melanjutkan penurunan yang signifikan sebesar 99%. Kenaikan penggunaan bahan baku produksi baja, beban gaji bagian penjualan dan beban pengangkutan menggerus kinerja laba Krakatau Steel selama sembilan bulan tahun 2012.
Kinerja keuangan yang berfluktuasi dan kadang menurun menyebabkan margin keuntungan yang diperoleh Perusahaan menjadi tidak stabil. Hingga sembilan bulan tahun 2012, margin kotor turun 232 basis poin dan margin bersih turun signifikan sebesar 822 basis poin.
2. Higher Interest Bearing Debt
Utang kena bunga atau interest bearing debt to equity ratio meningkat sejak 2010 dari 0,67 kali hingga 0,99 kali pada sembilan bulan pertama 2012. Kenaikan rasio utang kena bunga disebabkan karena pinjaman bank jangka panjang untuk pembangunan pabrik PT Meratus Jaya yang komposisinya mencapai 44% dari total utang jangka panjang Perusahaan atau senilai Rp 615,7 miliar.
Peningkatan rasio utang kena bunga menyebabkan beban keuangan yang ditanggung Krakatau Steel naik 38,7% secara tahunan atau senilai Rp 287 miliar. Krakatau Steel perlu dapat mendorong pertumbuhan laba yang tinggi untuk mengimbangi beban Keuangan yang meningkat karena proyek baru yang dikerjakan.
3. Government Regulation
Regulasi pemerintah mengenai impor bahan baku baja yaitu besi bekas (scarp) menghambat produksi industri baja. Bea cukai dan kementerian lingkungan hidup menahan impor besi tua di beberapa pelabuhan. Besi tua dicurigai mengandung limbah bahan berbahaya dan beracun (B3) yang dapat merusak lingkungan hidup. Pada tahun 2012, bea cukai menahan 7.000 kontainer scrap di beberapa pelabuhan. Satu container berisi 20 ton scarp.
Peraturan dan penahanan impor besi tua akan mengganggu pasokan bahan baku Krakatau Steel dan industri baja nasional. Perusahaan harus mengimpor kembali bahan baku baja lain yg harganya lebih mahal seperti billet. Meningkatnya biaya bahan baku secara langsung akan menaikkan beban produksi perusahaan dan berpotensi menurunkan laba kotor perusahaan.
4. Raw Material Price Volatility, Supply Availability
Industri baja dalam negeri menghadapi permasalan ketersediaan bahan baku baja diantaranya bijih besi, besi spon, besi tua dan lainnya. Bijih besi nasional lebih banyak diekspor karena kurangnya pabrik pengolahan besi nasional. Menurut Kementerian Perindustrian, cadangan bijih besi nasional akan habis dalam waktu 9 tahun melihat peningkatan ekspor bijih besi. Sehingga supply bijih besi akan tergantung dari impor.
Harga bijih besi memiliki tren meningkat sejak tahun 2008. Berdasarkan harga spot bijih besi di China (CFR Tianjin port), rata-rata harga bijih besi tumbuh 40% CAGR 2009-2011.
Kenaikan harga bijih besi secara langsung akan meningkatkan biaya produksi baja Krakatau Steel dan menyebabkan margin keuntungan menjadi tertekan.(*/berbagai sumber, dikompilasi duniaindustri.com)
CONTACT US BY SOCIAL MEDIA:
Selamat Tahun Baru semuanya,
Nama saya Mia.S. Saya ingin menggunakan media ini untuk mengingatkan semua pencari pinjaman sangat berhati-hati karena ada penipuan di mana-mana. Beberapa bulan yang lalu saya tegang finansial, dan putus asa, saya telah scammed oleh beberapa pemberi pinjaman online. Saya hampir kehilangan harapan sampai seorang teman saya merujuk saya ke pemberi pinjaman sangat handal disebut Ibu Cynthia yang meminjamkan pinjaman tanpa jaminan dari Rp800,000,000 (800 JUTA) dalam waktu kurang dari 24 jam tanpa tekanan atau stres dengan tingkat bunga hanya 2%.
Saya sangat terkejut ketika saya memeriksa saldo rekening bank saya dan menemukan bahwa jumlah saya diterapkan untuk dikirim langsung ke rekening saya tanpa penundaan. Karena aku berjanji padanya bahwa aku akan berbagi kabar baik sehingga orang bisa mendapatkan pinjaman mudah tanpa stres. Jadi, jika Anda membutuhkan pinjaman dalam bentuk apapun, silahkan hubungi dia melalui emailnya: cynthiajohnsonloancompany@gmail.com
Anda juga dapat menghubungi saya di email saya ladymia383@gmail.com dan miss Sety yang saya diperkenalkan dan diberitahu tentang Ibu Cynthia dia juga mendapat pinjaman dari Ibu Cynthia baru Anda juga dapat menghubungi dia melalui email nya: arissetymin@gmail.com Sekarang, semua yang saya lakukan adalah mencoba untuk bertemu dengan pembayaran pinjaman saya bahwa saya kirim langsung ke rekening bulanan.