Indocement Tunggal Perkasa (INTP) merupakan salah satu produsen semen di Indonesia yang memproduksi berbagai jenis semen termasuk semen putih. Selain memproduksi semen, Perusahaan juga memproduksi beton siap pakai dan batuan andesit. Sampai saat ini, Indocement mengoperasikan 12 pabrik yang tersebar di Pulau Jawa dan Kalimantan. Kapasitas produksi Indocement adalah 18,6 juta ton per tahun. Indocement menguasai hampir 30% pangsa pasar nasional.
Pada semester I 2015, Indocement membukukan pendapatan sebesar Rp 8,87 triliun, turun 6,6% dari realisasi tahun lalu sebesar Rp 9,49 triliun akibat menurunnya volume penjualan perseroan di pasar domestik sebesar 8,8% menjadi 8,2 juta ton. Selain karena melemahnya konsumsi domestik, tingginya persaingan dan berlebihnya pasokan semen karena banyak pemain baru yang telah menyelesaikan pembangunan pabrik turut menyebabkan pangsa pasar perseroan di semester 2015 turun 140 basis poin menjadi 29,1% dari 30,5%.
Sementara itu, turunnya pendapatan dan volume penjualan juga mengakibatkan EBITDA dan laba bersih perseroan sepanjang semester I 2015 masing-masing melemah sebesar 4,7% dan 8,4% menjadi Rp 3,06 triliun dan Rp 2,30 triliun dibanding periode yang sama tahun sebelumnya.
CEMENT INDUSTRY OUTLOOK
Masterplan Percepatan dan Perluasan Pembangunan Ekonomi Indonesia (MP3EI) yang mendukung akselerasi pembangunan infrastruktur dan konstruksi di Indonesia merupakan prospek utama bagi permintaan semen di Indonesia. Meningkatnya aktivitas industri properti juga merupakan sisi permintaan bagi industri semen.
Konsumsi semen per kapita Indonesia berada di kisaran angka 143 kilogram per tahun, masih berada di bawah rata-rata konsumsi semen negara ASEAN yang berada pada kisaran angka 150-800 kilogram per kapita.
Melihat konsumsi semen Indonesia yang masih rendah, maka konsumsi yang lebih tinggi akan terjadi, seiring dengan aktivitas pembangunan dan perbaikan infrastruktur seperti jalan, perumahan, apartemen, dan lain sebagainya.
Volume semen yang diekspor hasil produksi dari produsen semen Indonesia terus mengalami penurunan dalam 5 tahun terakhir, seiring dengan permintaan semen Indonesia yang terus meningkat. Volume semen ekspor menurun 37% CAGR 2007-2011.
Sementara itu, konsumsi semen di Indonesia tercatat tumbuh 9% CAGR 2007-2011 dengan konsumsi per 2011 sebesar 48 juta ton. Pada semester I 2012, konsumsi semen Indonesia naik 15% dengan konsumsi sebesar 25,9 juta ton. Selama bulan Juli sampai Agustus 2012, konsumsi semen meningkat 3% dibanding periode yang sama tahun 2011.
Menurut Asosiasi Semen Indonesia (ASI), pangsa pasar penjualan semen di Indonesia cukup besar, sehingga mendorong sejumlah produsen semen asing untuk membangun pabrik di Indonesia. Pada 2012, ASI mencatat sejumlah produsen baru yang akan membangun pabrik di Indonesia.
Total kapasitas produksi terpasang seluruh produsen semen di Indonesia pada 2012 adalah 56,82 juta ton, dan kebutuhan semen diperkirakan 52,8 juta ton. Rata-rata konsumsi semen mengalami pertumbuhan 10% setiap tahun, diperkirakan kebutuhan semen mencapai 70,2 juta ton pada 2015.
INDOCEMENT ’S BUSINESS MODEL
Indocement merupakan produsen kedua terbesar di Indonesia dengan pangsa pasar sebesar 32% pada 2011. Total kapasitas produksi Indocement sebesar 18,6 juta ton. Produk semen yang dihasilkan antara lain Portland Composite Cement (PPC), Ordinary Portland Cement (OPC) Type I,II dan V, Semen Sumur Minyak, Semen Putih, dan TR30 Acian Putih.
Indocement merupakan satu-satunya produsen semen putih di Indonesia. Perusahaan memasarkan produk semen dengan merek dagang “Tiga Roda”.
Selain memproduksi semen, Indocement juga menjalankan bisnis lain yang dikelola oleh entitas anak perusahaan, seperti produksi beton siap pakai, penambangan agregat dan trass, pengelolaan kawasan industri, dan lainnya.
Indocement mengoperasikan 12 pabrik semen yang tersebar di Pulau jawa dan Kalimantan. Sedangkan bisnis lainnya seperti produksi beton siap pakai (kapasitas produksi per 2011 adalah 2,5 juta meter kubik), penambangan dan lainnya dioperasikan oleh entitas anak perusahaan.
Dalam lima tahun terakhir, penjualan Indocement tumbuh sebesar 17 % compounded annual growth rate (CAGR) 2007-2011. Produk semen memiliki kontribusi terbesar terhadap penjualan. Namun, kontribusi penjualan semen terhadap penjualan Indocement mengalami penurunan, diiringi oleh kenaikan penjualan pada beton siap pakai dan penambangan agregat serta trass.
Pada 2007, kontribusi penjualan semen sebesar 96% sedangkan penjualan beton siap pakai dan penambangan hanya berkontribusi sebesar 4% dari pendapatan. Indocement terus melakukan perluasan penjualan produk beton siap pakai dan penambangan di tahun selanjutnya. Kontribusi penjualan beton siap pakai dan penambangan kemudian meningkat menjadi 11% dari total pendapatan pada semester I 2012.
Per Juni 2012, pendapatan Indocement mencapai Rp 8,2 triliun dengan komposisi penjualan semen sebesar Rp 7,3 triliun dan penjualan beton siap pakai serta penambangan agregat sebesar Rp 860 miliar.
Pada semester I 2012, kontribusi penjualan Indocement dikuasai oleh pasar dalam negeri. Penjualan di wilayah domestik mencapai 99,6%, dengan pangsa pasar di Jawa sebesar 76,6%.
Kontribusi penjualan ekspor mengalami penurunan. Pada semester I 2012 kontribusi ekspor hanya 0,4% dari total penjualan. Penjualan ekspor menurun untuk memenuhi pangsa pasar dalam negeri.
FINANCIAL HIGHLIGHT
Indocement membukukan penjualan yang tumbuh sebesar 17% compounded annual growth rate (CAGR) 2007-2011. Pada semester I 2012, Perusahaan mencatat pendapatan senilai Rp 8,2 triliun, atau naik 29,4% dibanding periode sebelumnya.
Penjualan tahun 2011 tumbuh signifikan karena Indocement berhasil mendorong volume penjualan sebesar 15%, dan menaikkan harga rata-rata 5% pada 2011. Laba bersih tumbuh dengan solid dengan pertumbuhan 38% CAGR 2007-2011. Laba bersih semester I 2012 Rp 2,2 triliun, atau naik 25,3% dibanding periode sebelumnya.
Meski secara penjualan tumbuh, profitabilitas Indocement mengalami penurunan pada semester I 2012. Margin kotor turun 129 basis poin, margin EBITDA turun 126 basis poin, dan margin operasional turun 123 basis poin.
Penurunan margin terjadi karena biaya bahan baku yang naik sebesar 50%; biaya energi dan pengepakan semen yang masing-masing naik 36%; dan peningkatan biaya pengangkutan barang, bongkar muat dan transportasi yang mencapai 35%.
Peningkatan beban pokok penjualan dan beban usaha dikarenakan peningkatan volume penjualan pada semester I 2012 sebesar 17,5% dibanding periode yang lalu. Imbal hasil kepada pemegang saham (ROE) naik 80 basis poin, setelah menurun 173 basis poin pada 2011. ROE meningkat karena penggunaan asset yang semakin optimal untuk menghasilkan laba pada semester I 2012.
Pada semester I 2012, efektivitas penggunaan aset untuk meningkatkan laba bersih Perusahaan yang tercermin dalam Return on Assets (ROA) naik 57 basis poin. Posisi likuiditas sangat besar dengan pengunaan utang yang tergolong kecil. Pada semester I 2012 rasio lancar Indocement mencapai 4,23 kali. Perusahaan bahkan berada pada posisi kas yang kuat (cash rich). Rasio kas mencapai 3,03 kali, dan nilai kas yang disimpan senilai Rp 9,3 triliun. Bahkan, Indocement pernah mencapai posisi likuiditas terbesar pada 2011 dengan rasio lancar mencapai 6,99 kali dan rasio kas 4,65 kali.
Arus kas Indocement tergolong sehat dengan arus kas dari operasi yang positif. Indocement masih aktif melakukan investasi dan pendanaan perusahaan yang terlihat dari arus kas investasi dan pendanaan yang bernilai negatif. Indocement bekerja dengan modal kerja yang positif.
Utang Perusahaan tergolong sangat kecil dengan rasio utang hanya 0,24 kali dan rasio utang kena bunga hanya 0,02 kali. Rasio utang semester I 2012 merupakan rasio utang tertinggi sejak 2009.
INVESTMENT HIGHLIGHT
1. Cement’s Prospective Industry
Rata-rata pertumbuhan semen nasional adalah sebesar 10% per tahun. Menurut Asosiasi Semen Indonesia, kebutuhan semen akan mencapai 70,2 juta ton pada 2015, dan merupakan pasar domestik utama bagi produsen semen di dalam negeri.
Program Masterplan Percepatan dan Perluasan Pembangunan Ekonomi Indonesia (MP3EI) dari Pemerintah, serta booming sektor properti akan menjadi katalis permintaan industri semen dalam beberapa tahun mendatang.
2. Solid Sales and Net Income Growth
Penjualan dan laba bersih Indocement terus meningkat tiap tahun. Penjualan tumbuh 17% CAGR 2007-2011 dengan nilai pendapatan sebesar Rp 8,3 triliun pada semester I 2012.
Sejalan dengan pertumbuhan pendapatan, laba bersih Indocement juga tumbuh dengan solid sebesar 38% CAGR 2007-2011. Laba bersih semester I 2012 senilai Rp 2,2 triliun.
Dibandingkan dengan produsen semen lain seperti Holcim dan Semen Gresik, pertumbuhan laba bersih Indocement merupakan yang tertinggi. Laba bersih Semen Gresik tumbuh 22% CAGR 2007-2011. Sedangkan, laba bersih Holcim menurun pada 2010.
Penjualan Indocement pada semester I 2012 juga tumbuh di atas pertumbuhan penjualan Semen Gresik dan Holcim. Penjualan Indocement tumbuh 29% pada semester I 2012.
3. Diversified Product
Selain memproduksi semen, Indocement juga memproduksi beton siap pakai dan penambangan agregat. Kontribusi penjualan beton siap pakai dan penambangan agregat semakin meningkat tiap tahun.
Pada 2011, kontribusi penjualan beton siap pakai dan penambangan sebesar 11% dari sebelumnya hanya berkontribusi sebesar 4% pada 2007. Perluasan usaha beton siap pakai dan penambangan mengurangi risiko penjualan produk semen yang cenderung homogen di pasar.
4. New Plant Starts to Contribute
Ekspansi pabrik baru yang selesai pada 2011 mulai memberikan kontribusi pada pendapatan Indocement. Penambahan kapasitas pabrik dilakukan di Cirebon dengan tambahan kapasitas 1,5 juta ton per tahun.
Paska tambahan kapasitas, Indocement mencatat pertumbuhan volume penjualan sebesar 15% pada 2011. Nilai pendapatan tumbuh 25% menjadi senilai Rp 13,9 triliun.
5. Solid Liquidity Position
Indocement memiliki posisi likuiditas yang solid. Rasio kas cukup tinggi, yakni mencapai 3,03 kali pada semester I 2012. Posisi likuiditas yang solid sangat menguntungkan Indocement untuk menjalankan operasional. Dengan kas yang solid, Indocement dapat membagikan dividen kas secara konsisten setiap tahun.
Kas juga menjadi salah satu andalan Indocment untuk membiayai rencana ekspansi pabrik baru hingga tahun 2016.
6. Discount Valuation
Saham Indocement memiliki valuasi yang lebih murah dibanding emiten semen lainnya, seperti Semen Gresik. Menggunakan nilai perusahaan per kapasitas produksi (EV/ton; EV: enterprise value atau nilai perusahaan) Indocement adalah sebesar Rp 3,5 juta per ton. Valuasi tersebut lebih rendah dibandingkan valuasi Semen Gresik yang senilai Rp 4,2 juta per ton.
Nilai Price Earning Ratio/PER Indocement sebesar 17 kali (@ Rp 20.000, laba per saham Rp 1.176), juga lebih rendah dibanding PER Semen Gresik yang telah mencapai 20 kali.
INVESTMENT RISK
1. Risk to Slowing Growth of Sales and Net Income
Meskipun Indocement memiliki tren penjualan dan laba bersih yang meningkat tiap tahun, serta pertumbuhan yang lebih tinggi dibanding dua emiten semen lainnya, seperti Semen Gresik dan Holcim, pertumbuhan Indocement membentuk tren perlambatan.
Pada 2008, Incocement sempat mengalami pertumbuhan penjualan yang tinggi, namun tahun berikutnya pertumbuhan mengalami perlambatan. Pada 2010, penjualan tumbuh 5,31%, lebih kecil dari pertumbuhan penjualan pada 2009 yang sebesar 8,14%.
Laba bersih juga mengalami perlambatan pertumbuhan sejak 2009. Pertumbuhan mencapai 42% pada 2009, dan kemudian hanya tumbuh 11% pada 2011.
2. Declined Profitability
Margin usaha pada 2011 turun 422 basis poin, margin kotor turun 356 basis poin. Hal yang sama terjadi pada semester I 2012, margin usaha turun 123 basis poin dan margin kotor turun 129 basis poin.
Penurunan margin usaha disebabkan biaya pengangkutan, bongkar muat dan transportasi yang meningkat 37% dari tahun 2010. Kenaikan penggunaan bahan baku juga menggerus margin kotor Perusahaan sebesar 356 basis poin pada 2011.
3. Risk to Energy Cost
Indocement belum mampu mendapatkan bahan bakar alternatif untuk menurunkan beban produksi. Pada 2011 biaya energi bahan bakar dan listrik naik hingga 30%. Pada semester I 2012, biaya bahan bakar dan listrik kembali naik hingga 36% dibanding periode sebelumnya.
Beban yang meningkat menjadi salah satu penyebab pertumbuhan laba Indocement yang melambat, karena kenaikan biaya yang dapat menekan margin Perusahaan.
4. Competition Heats Up from Foreign Players
Peningkatan permintaan semen nasional tiap tahun menyebabkan banyak produsen semen baru yang akan membangun pabrik di Indonesia. Produsen baru selain mencakup pemain domestik, juga mencakup produsen asing yang berasal dari China, India, dan Thailand. Produsen semen nasional akan menghadapi persaingan yang ketat dari para produsen asing.
Menurut data dari Asosiasi Semen Indonesia, paling tidak akan ada 24,30 juta ton kapasitas produksi semen baru yang akan meramaikan industri semen di dalam negeri.(*/berbagai sumber)
CONTACT US BY SOCIAL MEDIA: