Bank Mandiri berdiri tahun 1998 sebagai bagian dari program restrukturisasi perbankan yang dilakukan oleh Pemerintah Indonesia. Empat bank milik Pemerintah, yakni Bank Bumi Daya, Bank Dagang Negara, Bank Ekspor Impor Indonesia, dan Bank Pembangunan Indonesia digabung ke dalam Bank Mandiri.
Model bisnis Bank Mandiri saat ini dibagi menjadi beberapa segmen. Pertama, segmen corporate banking dengan penyaluran kredit ditujukan untuk nasabah korporasi Indonesia, dan Bank Mandiri terus memperluas jaringan internasional untuk melayani nasabah korporasi dengan lebih luas. Total penyaluran kredit korporasi Bank Mandiri mencapai Rp 106 triliun pada 2011.
Segmen kedua, adalah commercial dan business banking, yakni kegiatan intermediasi yang terkait dengan aktivitas komersial dan bisnis. Bank Mandiri memperoleh pendapatan bunga dari segmen commercial dan business banking, selain juga memperoleh fee based income melalui transaksi produk trade, cash management, dan bank garansi.
Segmen ketiga, terdapat institutional banking yang dibentuk oleh Bank Mandiri secara khusus untuk menangani kredit segmen Kementerian/Lembaga Negara dan Badan Usaha Milik Negara (BUMN) dari nasabah swasta lokal maupun asing. Dalam segmen ini, Bank Mandiri juga menyediakan produk pensiun iuran untuk perorangan. Total dana kelolaan institutional banking mencapai Rp 35,32 triliun per 2011.
Bank Mandiri juga melakukan aktivitas treasury, financial institution, and special asset management. Kegiatan usaha pada segmen ini mencakup bisnis remittance, layanan transaksi valuta asing, serta perolehan kembali kredit yang telah dihapusbukukan. Selain keempat segmen diatas, Bank Mandiri juga memasuki micro and retail banking, serta melakukan pembiayaan konsumsi.
BANKING INDUSTRI OUTLOOK
Berdasarkan data Statistik Perbankan Indonesia (SPI), total penyaluran kredit bank umum sampai Oktober 2015 tercatat sebesar Rp 3.955 triliun, naik 10,2% (yoy) dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya sebesar Rp 3.589 triliun. Sedangkan penghimpunan dana pihak ketiga (DPK) bank umum tercatat sebesar Rp 4.370 triliun, naik 8,9% (yoy) dari tahun sebelumnya Rp 4.011 triliun.
Otoritas Jasa Keuangan (OJK) memproyeksikan perkembangan sektor jasa keuangan pada 2016 positif. Berdasarkan rencana bisnis bank (RBB), pertumbuhan kredit diproyeksikan pada kisaran 14,1% dan dana pihak ketiga (DPK) diprediksikan tumbuh 12,7%.
FINANCIAL HIGHLIGHT
Total aset Bank Mandiri tumbuh cukup pesat dari Rp 551 triliun pada 2011 menjadi Rp 910 triliun pada 2015. Kredit bruto juga tumbuh dari Rp 314 triliun pada 2011 menjadi Rp 595 triliun pada 2015.
Pendapatan bunga Bank Mandiri dengan bunga obligasi pemerintah tumbuh menjadi Rp 71,5 triliun pada 2015 dari Rp 37,7 triliun pada 2011. Laba bersih juga tumbuh menjadi Rp 20,2 triliun pada 2015 dibanding 2011 sebesar Rp 12,2 triliun.
Rasio kecukupan modal (CAR) juga meningkat dari 15,34% pada 2011 menjadi 18,6% pada 2015. Namun, return on assets (RoA) turun dari 3,37% pada 2011 menjadi 3,15% pada 2015. Demikian juga return on equity (RoE) yang turun menjadi 23,03% pada 2015 dibanding 25,57% pada 2011.
Jumlah kantor cabang Bank Mandiri pada 2015 mencapai 2.457 unit dibanding 1.537 unit pada 2011. Jumlah ATM pada 2015 sebanyak 17.388 unit dibanidng 2011 sebesar 8.996 unit. Jumlah pegawai Bank Mandiri pada 2015 mencapai 36.737 orang dibanding 2011 sebanyak 27.907 orang.
INVESTMENT HIGHLIGHT
1. Perbaikan Ekonomi Mendorong Konstruksi dan Konsumsi
Perbaikan pertumbuhan ekonomi nasional diharapkan terjadi pada 2016 yang antara lain tercermin dari surplus neraca perdagangan, peningkatan pertumbuhan realisasi investasi, dan perlambatan utang luar negeri, serta upaya pemerintah untuk mempercepat belanja infrastruktur.
Dengan percepatan belanja infrastruktur diperkirakan terjadi peningkatan demand terhadap kredit perbankan terutama dari industri konstruksi. Optimisme lainnya bahwa kondisi perekonomian pada 2016 akan membanik adalah sektor konsumsi yang masih meningkat seiring bertambahnya golongan middle class.
2. Relaksasi LTV
Adanya relaksasi peraturan terkait loan to value (LTV) dari 70% ke 80% dapat memberikan stimulus terhadap kredit perumahan dan kredit kendaraan yang pada akhirnya diharapkan memberikan efek positif kepada sektor industri lainnya.
INVESTMENT RISK
1. Tingkat LDR Tinggi
Bank masih menhadapi berbagai tantangan ke depan, di antaranya tingkat loan to deposit ratio (LDR) yang tinggi, hampir 90% akan membatasi bank untuk melakukan ekspansi usaha karena likuiditas yang semakin terbatas.
2. Persaingan Penghimpunan Dana
Tidak mudah bagi perbankan untuk mencapai pertumbuhan kredit tanpa didukung pertumbuhan dana yang baik, sehingga akan terjadi persaingan yang makin ketat dalam penghimpunan dana, agar bank tetap dapat meningkatkan penyaluran kredit.
Persaingan dalam pelayanan juga akan semakin meningkat, terutama terkait transaksi e-channel yang membutuhkan dukungan teknologi andal.(*/berbagai sumber, diolah duniaindustri.com)
CONTACT US BY SOCIAL MEDIA: