Duniaindustri.com – Indonesia yang pernah dijuluki negeri agraris harus menelan ‘pil pahit’ bahwa negeri masih belum lepas dari krisis pangan. Lihat saja, negeri ini masih mengimpor sejumlah komoditas pangan, seperti beras, gula, kedelai, gandum, dan lainnya.
Kabar terbaru, Indonesia segera mengimpor beras sebanyak 500 ribu ton dari Vietnam. Beras yang akan diimpor dari Vietnam itu berkualitas premium, dengan kandungan bulir pecah (broken rice) 15%.
Perum Bulog telah mengutus tim didampingi Duta Besar Indonesia untuk bernegosiasi dengan pemerintah Vietnam dan Thailand. Kedua negara itu setuju untuk menjalin kerjasama impor sebanyak satu juta ton beras. “Impor beras Vietnam sedang disiapkan,” kata Direktur Utama Perum Bulog Sutarto Alimoeso.
Selain beras, kedelai—sebagai bahan baku tahu dan tempe—juga masih diimpor. Tahun lalu Indonesia mengimpor kedelai sebanyak 1,7 juta ton, setara dengan US$ 840 juta atau Rp 7,14 triliun dengan kurs Rp 8.500/US$. Menyedihkan jika kita mengingat bahwa tahu dan tempe merupakan lauk utama kebanyakan masyarakat negeri ini.
Data sementara Badan Pusat Statistik yang diperoleh duniaindustri menyebutkan, impor kedelai selama 2010 sebanyak 1,7 juta ton berasal dari Amerika Serikat, Malaysia, Argentina, Kanada, dan Thailand.
Kebutuhan industri berbasis kedelai terbagi empat. Pertama, industri tempe dengan kebutuhan kedelai sekitar 1,2 juta ton/tahun. Kedua, industri tahu yang membutuhkan kedelai sekitar 400 ribu – 500 ribu ton/tahun. Ketiga, industri lainnya membutuhkan kedelai sekitar 100 ribu – 200 ribu ton/tahun. Keempat, industri pakan ternak yang memerlukan hampir 1,5 juta ton kedelai.
Harga Kedelai Impor
Tahun ini, produksi biji kedelai kering selama 2011 diperkirakan sebanyak 934 ribu ton. Angka tersebut meningkat 2,85 persen dibanding produksi tahun 2010 yang volumenya sekitar 908 ribu ton. Demikian menurut angka ramalan I Badan Pusat Statistik (BPS).
Sekretaris Jenderal Himpunan Pengrajin Tahu Indonesia (Hipertindo) Johanda Fadil menilai, saat ini harga kedelai impor tidak berbeda jauh ketimbang kedelai dalam negeri. Akibatnya, petani menjadi tidak bergairah menanam kedelai.
Harga kedelai impor untuk kualitas A Rp10 ribu per kg, kualitas B Rp7.500 per kg dan kualitas C Rp5.800-5.900 per kg. Sementara harga kedelai lokal di tingkat petani untuk kualitas C Rp4.500 per kg dan kualitas A Rp7.500 per kg.
”Namun karena tata niaga kedelai di dalam negeri sangat panjang, membuat harga kedelai lokal menjadi lebih tinggi dari kedelai impor,” katanya.(Tim redaksi 02/sds)