Duniaindustri.com (November 2023) — Ekonomi internet di Asia Tenggara diperkirakan tumbuh 11% secara tahunan pada tahun 2023. Namun, pertumbuhan itu melambat dibanding tahun lalu yang mencapai 20%.
Laporan industri tahunan yang diterbitkan oleh Google, Temasek Holdings, dan konsultan bisnis global Bain & Company ini juga menyatakan bahwa ekonomi internet di kawasan ini diperkirakan akan mencapai USD295 miliar pada tahun 2025, turun dari estimasi sebelumnya yang sebesar USD330 miliar.
“Sektor ekonomi digital menunjukkan lintasan pertumbuhan yang positif, dengan perjalanan dan transportasi yang berada di jalur yang tepat untuk melampaui tingkat sebelum pandemi pada tahun 2024,” kata ketiga lembaga itu dalam sebuah pernyataan bersama.
Menurut Florian Hoppe, Partner dan Kepala Vektor di Asia-Pasifik, Bain & Company, pemangkasan proyeksi ini terutama disebabkan oleh perubahan tujuan jangka panjang dan stabilisasi pasca pandemi, dan saat ini seharusnya menjadi landasan pacu yang cukup stabil menuju tahun 2025.
Kawasan Asia Tenggara yang terdiri dari 11 negara, memiliki lebih dari setengah miliar penduduk, dengan mayoritas penduduk berusia muda, penggunaan ponsel pintar yang meluas, dan kelas menengah yang terus bertambah, menjadikannya salah satu pasar internet dengan pertumbuhan tercepat di dunia.
Laporan tersebut mengungkapkan, ekonomi digital Vietnam diperkirakan akan tumbuh 20% per tahun pada periode 2023-2025 dan berada di jalur yang tepat untuk mencapai sekitar USD45 miliar pada tahun 2025, yang tercepat di Asia Tenggara bersama dengan Filipina.
“Pembayaran digital terus berkembang di Vietnam didorong oleh dukungan kuat dari pemerintah, investasi dari bank-bank komersial, dan meluasnya popularitas kode QR,” papar laporan itu.
Tren ini diperkirakan akan semakin cepat karena bank sentral negara ini mempromosikan pembayaran non-tunai di daerah-daerah pedesaan dan terpencil.
Laporan yang juga mencakup Indonesia, Thailand, Vietnam, Singapura, Malaysia, dan Filipina itu, mengatakan pendanaan swasta untuk sektor-sektor yang terkait dengan ekonomi digital telah menurun ke level 2017 dari rekor tertinggi pada tahun 2021. Namun, cadangan kas untuk investasi masih meningkat meskipun investor semakin berhati-hati.
“Untuk keluar dari musim kering pendanaan ini, bisnis digital di Asia Tenggara perlu membuktikan bahwa penawaran berkualitas dengan jalur keluar yang jelas sudah tersedia,” kata laporan tersebut.
Laporan itu menambahkan bahwa penurunan ini sejalan dengan pergeseran global menuju biaya modal yang tinggi dan berbagai masalah di seluruh siklus pendanaan. Pemodal ventura memiliki dana sebesar USD15,7 miliar untuk mendorong kesepakatan pada akhir tahun 2022.
“Ini benar-benar merupakan fungsi dari seberapa cepat perusahaan dapat beralih ke profitabilitas. Semakin cepat mereka melakukan hal ini, semakin cepat pula pendanaan akan kembali,” ujar Fock Wai Hoong, Kepala Asia Tenggara Temasek.(*/berbagai sumber/tim redaksi 09/Indra)