Duniaindustri.com (September 2014) – Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) diperkirakan bakal menurun ke kisaran 4.300-4.400 poin, jika pemerintah tidak segera menaikkan harga bahan bakar minyak (BBM) bersubsidi yang selama ini mengganggu sejumlah indikator makroekonomi Indonesia.
Pernyataan tersebut seperti dikemukakan Kepala Riset Citigroup Securities, Ferry Wong dalam acara Investor Summit and Capital Market Expo 2014 di Jakarta, Kamis (18/9). “IHSG bisa turun ke kisaran 4.300-4.400 kalau harga BBM tidak naik. Saya perkirakan harga BBM itu akan naik pada November 2014,” ujar Ferry.
Menurut Ferry, faktor lain yang bakal menekan IHSG, jika struktur kabinet di pemerintahan Joko Widodo banyak berisi kalangan politisi. Dia mengatakan, pelemahan IHSG untuk menuju level 4.300 akan semakin nyata, apabila Federal Reserve AS memutuskan kenaikan Fed Funds Rate di atas 1,375 persen.
“Kami memperkirakan bahwa pertumbuhan ekonomi kita di 2014 bisa mencapai 5,2 persen di akhir 2014. Tetapi, ekonomi kita di 2015 bisa menurun sampai di bawah 5 persen, kalau harga BBM kembali telat untuk dinaikkan,” papar Ferry.
Dia mengatakan, berlanjutnya pelemahan rupiah dan tingginya tingkat defisit neraca transaksi berjalan disebabkan oleh terlambatnya pemerintah untuk menaikkan harga BBM pada 2012. “Seharusnya BBM sudah naik pada Maret 2012. Tetapi, harga BBM baru dinaikkan pada Juni 2013,” ujarnya.
Menurut dia, kegagalan pemerintah untuk menaikkan harga BBM tidak terlepas dari upaya politis yang dilakukan partai koalisi yang menjadi swing voter. “Golkar dan PKS melakukan blok agar harga BBM tidak dinaikkan. Makanya, saat ini pemerintahan Jokowi harus kuat di parlemen,” imbuh Ferry.
Ferry menyebutkan, jika Partai Persatuan Pembangunan merapat ke Jokowi, maka komposisi koalisi yang pimpin PDI Perjuangan di DPR akan lebih kuat menjadi 44 persen. Sedangkan, koalisi Merah Putih sebesar 45 persen. “Partai Demokrat yang 11 persen netral, dan diharapkan mau mendukung kenaikan BBM,” ucapnya.
Sebelumnya, fund manager memandang indeks bursa saham Indonesia kemungkinan akan naik 17% mencetak rekor tahun depan seiring presiden terpilih Joko Widodo menentukan kebijakan untuk membangkitkan pertumbuhan ekonomi.
Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) diprediksi naik ke level 6.000 di akhir tahun 2015 melampaui catatan rekor all time high di level 5214,98 yang dicapai pada Mei 2013. Demikian kata Fund Manager PT Ashmore Asset Management Indonesia, Arief Wana yang condong pada saham-saham health care dan finansial.
Joko Widodo yang merupakan mantan Gubernur DKI Jakarta akan mulai menjabat Presiden RI Oktober mendatang, berjanji untuk memprioritaskan belanja pada sektor kesehatan masyarakat, pendidikan dan infrastruktur. Sementara subsidi terhadap BBM dipangkas yang selama ini sudah membuat defisit anggaran membengkak. Jokowi mematok target pertumbuhan ekonomi 7% dalam 2 tahun dibanding angka pertumbuhan ekonomi kuartal II sebesar 5,1 persen.
Menurut Wana, fokus market adalah bagaimana pemerintahan baru mengelola stabilitas ekonomi sebelum mengubah menjadi model pertumbuhan ekonomi secara full akselerasi. “Health care dan jasa keuangan akan mengambil manfaat kebijakan pemerintahan mendatang,” kata Wana dalam wawancara dengan Bloomberg 25 Agustus 2014 dan dipublikasikan Rabu (27/8).
IHSG naik 0,4% ke posisi 5.164,78 poin 20 menit setelah opening pada perdagangan hari ini, Rabu. Ashmore mengakumulasi saham PT Siloam International Hospitals (SILO) dan PT Bank Mandiri Tbk (BMRI), demikian kata Wana.
Wana memperkirakan kenaikan IHSG lebih optimistik dibanding estimasi para analis yang memperkirakan kenaikan 7,1% dalam 12 bulan sebagaimana data kompilasi Bloomberg.
Ekonomi RI melambat di kuartal II seiring konstraksi sektor tambang, ekspor dan belanja pemerintah. GDP kemungkinan naik 5,2% di tahun ini dan 5,7% di tahun 2015, menurut perkiraan para ekonom.
Menurut Ekonom Australian National University (Canberra) rencana Jokowi untuk mendorong pertumbuhan dapat melalui kebijakan substitusi impor yang dapat memotong rantai suplai global. Juga kebijakan proteksi serta mengabaikan industri yang tidak kompetitif.
Salah satu tantangan presiden terpilih adalah pengeluaran anggaran pemerintah tahun 2015, termasuk subsidi BBM senilai 31 miliar USD yang mungkin dialokasikan dari anggaran belanja.
Jokowi berjanji mengembangkan infrastruktur jalan baru sepanjang 2.000 km dan 10 pelabuhan. Dia juga ingin memperluas program asuransi kesehatan bagi rakyat miskin di Jakarta ke level nasional. Hal itu dapat mendongkrak laba bagi perusahaan health care seperti Siloam International, tambah Wana.
Belanja sektor health care Indonesia setara 3,03% dari GDP di tahun 2012 lebih kecil dari rata-rata 10 negara Asean sebesar 3,91 persen. Harga saham Siloam International sudah menguat 61% tahun ini, tertinggi di bursa Asia. “Potensi benar-benar besar bagi rumah sakit,” ujarnya. Menurutnya Health care adalah industri under penetrasi.
PT Kalbe Farma Tbk (KLBF), emiten farmasi terbesar dari sisi market cap menguat 34% tahun ini dengan valuasi 31 kali dari estimasi laba, tertinggi di antara emiten farmasi di emerging market.
Sementara demand terhadap jasa finansial akan naik seiring pertumbuhan kekayaan 254 juta orang Indonesia. Income rata-rata tahunan di Indonesia naik 34% dalam 5 tahun terakhir menjadi 9.559 USD.
Harga saham Bank Mandiri naik 34% tahun ini dan ditransaksikan 11 kali dari estimasi laba dibanding indeks sektor finance dalam IHSG sebesar 10,7. “Seiring income masyarakat yang lebih baik, mereka akan lebih banyak perhatian terhadap health care dan mulai melirik finansial produk,” kata Wana.(*/berbagai sumber/AND)