Duniaindustri.com — Hess Corporation, perusahaan minyak dan gas bumi asal Amerika Serikat, akan menambah investasi di Indonesia hingga US$2 miliar atau sekitar Rp18,86 triliun selama 6-10 tahun mendatang. Hess Corporation saat ini memiliki dua blok minyak dan gas di Indonesia, satu telah beroperasi sedangkan satu lagi masih dalam tahap eksplorasi.
“Hess Corp menilai perkembangan perekonomian di Indonesia sangat bagus dan akan menambah investasi US$ 200 juta per tahun,” kata Menteri Energi Sumber Daya Mineral Jero Wacik usai bertemu Chairman Hess Corporation John B Hess.
Hess Corp memiliki blok migas yang telah beroperasi di Indonesia yakni blok Pangkah di Gresik, Jawa Timur, sejak 2007. Hess Corporation menjadi operator di blok Pangkah dengan kepemilikan saham 75%, sisanya 25% dimiliki KUFPEC.
Satu blok yang masih dalam tahapan eksplorasi adalah Semai V di Papua Barat, yang dimenangkan Hess Corporation dari konsorsium Pertamina dan Shell Exploration Company BV. Hess menjadi pemenang blok Semai V karena berani memberikan bonus tanda tangan yang cukup tinggi dibandingkan yang lain, yaitu US$40 juta.
Blok Semai V merupakan wilayah ekplorasi yang paling potensial, yaitu memiliki cadangan lebih dari 8 miliar kaki kubik gas. Nilai potensi yang sangat besar dalam klasifikasi temuan di Asia-Pasifik saat ini.
PT Pertamina (Persero), BUMN di sektor minyak dan gas, akan melakukan investasi sebesar Rp52,8 triliun di 2012. Investasi itu akan terdiri atas 80% proyek hulu dan 20% untuk hilir.
Direktur Utama Pertamina Karen Agustiawan menerangkan, proyek-proyek itu merupakan bagian dari Masterplan Percepatan dan Perluasan Pembangunan Ekonomi Indonesia (MP3EI) dengan peningkatan pembangunan infrastruktur energi di seluruh Indonesia. “Pendanaan investasi ini akan dipenuhi dari pendanaan internal sebesar 20% dan 80% pendanaan eksternal,” tuturnya.
Sejumlah proyek utama Pertamina pada tahun depan, antara lain pembangunan Floating Storage Regassification Unit (FSRU) Jawa Barat, yang ditargetkan akan beroperasi pada April 2012 dengan kapasitas 3 juta metrik ton per tahun atau setara 400 juta kaki kubik gas bumi per hari (MMSCFD).
Selain itu, pembangunan kilang Residual Fluid Catalytic Cracking (RFCC) Cilacap, yang akan menambah kapasitas Cilacap hingga 411.000 barel per hari. Pertamina bersama ExxonMobil juga telah melaksanakan pembangunan fasilitas produksi Block Cepu yang diperkirakan akan mulai beroperasi pada 2014 dengan kapasitas produksi 165 ribu BOPD.
Pertamina juga menargetkan penjualan pelumas sebesar 596.000 kilo liter pada 2012 atau meningkat 5,4% dibanding prognosa penjualan 2011 yang mencapai 565.430 kiloliter.
Prognosa penjualan 2011 ini meningkat 13% dibandingkan angka penjualan 2010, sebagian merupakan kontribusi peningkatan ekspor pelumas Pertamina. Untuk penjualan BBM Retail Non PSO pada 2012 ditargetkan mencapai 1,7 juta kilo liter atau meningkat 21 persen dibandingkan prognosa penjualan 2011 sebesar 1,4 juta kiloliter.
Karen menambahkan Pertamina menargetkan laba bersih sebesar Rp 23,5 triliun pada 2012, meningkat 32% dari perkiraan realisasi 2011 sebesar Rp20,7 triliun. Menurut dia, prognosa laba bersih di 2011 sebesar Rp20,7 triliun melampaui target semula sebesar Rp 17,7 triliun. “Kami akan memasuki 2012 lebih optimistis lagi,” katanya.
Kenaikan laba terjadi meskipun Pertamina mengalami kerugian dari BBM subsidi Rp640 miliar dan elpiji nonsubsidi Rp4,9 triliun. Prognosa laba bersih di 2011 naik 23,4% dibandingkan 2010 senilai Rp 16,78 triliun.(*)