Duniaindustri (April 2011) – Harga kapas di pasar internasional diprediksi terus merayap naik pada akhir 2011, setelah melonjak hampir tiga kali lipat pada kuartal I 2011 dibandingkan rata-rata 2010. Peningkatan harga kapas itu terjadi karena kekurangan pasokan di dunia, sementara lahan perkebunan kapas tersisih oleh tanaman pangan yang juga dalam tren peningkatan harga.
Ketua Umum Asosiasi Pertekstilan Indonesia (API) Ade Sudrajat menjelaskan, dalam jangka pendek atau pada kuartal II 2011, harga kapas dunia akan menurun karena ada panen besar di China dan sejumlah negara produsen kapas lainnya. Namun, lahan kapas di negara-negara produsen kapas makin menyempit, kalah bersaing dengan tanaman pangan seperti kedelai, jagung, dan gandum. “Akibatnya, harga kapas akan terdorong naik pada akhir 2011,” tambahnya.
Di sisi lain, permintaan tekstil dan produk tekstil dunia terus meningkat seiring pemulihan ekonomi global. Permintaan di tekstil hilir yakni industri garmen akan mendorong kenaikan demand kapas dunia. “Naiknya demand garmen dunia akan mendorong kebutuhan kapas lebih tinggi, faktor ini akan memicu kenaikan harga kapas, selain faktor spekulasi karena kapas diperdagangkan di future trade,” kilahnya.
Permintaan garmen di China tumbuh 3-5% dalam kurun waktu lima tahun terakhir. Dengan populasi jumlah penduduk China yang mencapai sekitar 1,3 miliar orang, pertumbuhan demand garmen dalam waktu lima tahun terakhir diperkirakan 1 kilogram per orang. “Itu berarti demand garmen China naik 1,3 miliar kilogram. Angka yang besar untuk dunia,” paparnya.
Menurut dia, sampai saat ini industri tekstil dunia di sektor antara dan hilir masih shock dengan kenaikan harga kapas dunia. Produsen mulai beralih ke serat polyester, serat rayon, dan serat nilon. Namun kebutuhan kapas dunia belum tergantikan oleh produk substitusi mengingat sekitar 60-65% pasokan garmen dunia diproduksi dari serat kapas.(Tim redaksi/02)