Duniaindustri.com (Juni 2024) – Gelombang layoff atau pemutusan hubungan kerja (PHK) massal di industri manufaktur nasional serta turbulensi pelemahan rupiah terhadap dolar AS menjadi tantangan utama pelaku industri di akhir semester I 2024. Kedua kondisi tersebut sangat terpengaruh perubahan geopolitik dan imbas pelemahan ekonomi global.
Tim Duniaindustri.com mencatat sejumlah sektor industri yang banyak melakukan PHK massal antara lain sektor tekstil dan produk tekstil. Sebut saja salah satu grup besar di sektor industri tekstil, yakni PT Sritex, melakukan PHK massal terhadap 3.000 pekerja.
Direktur Keuangan sekaligus Corporate Secretary PT Sritex, Welly Salam, mengungkap alasan terjadinya gelombang Pemutusan Hubungan Kerja (PHK) massal sebanyak 3.000 karyawan di perusahaannya. Tujuan tersebut adalah untuk meningkatkan efisiensi operasional perusahaannya. PT Sritex hingga saat ini mempertahankan 11.000 karyawan.
“Ya benar, sepanjang tahun 2023 jumlah pengurangan karyawan adalah sekitar 3.000 orang sehubungan dengan program efisiensi untuk mendukung operasional dan kelangsungan usaha Perseroan,” ujar Welly.
Dia juga menambahkan bahwa keputusan tersebut diambil lantaran menimbang kondisi perusahaan yang tengah bertahan pasca pandemi Covid-19. Selain itu juga dipandang sebagai tantangan dari perusahaan dalam menjalankan operasionalnya.
“Pertimbangannya adalah menyesuaikan dengan kondisi usaha dalam rangka normalisasi post Covid-19 yang dibarengi dengan inflasi dan suku bunga tinggi, perang di beberapa negara serta gangguan supply chain,” jelasnya.
Sebelum keputusan tersebut diambil, Menteri Perindustrian (Menperin), Agus Gumiwang Kartasasmita melakukan penelusuran terkait mengapa PT Sri Rejeki Isman Tbk (PT. Sritex) terancam bangkrut. “Ya kita mesti lihat model bisnisnya seperti apa di Sritex group itu. Apakah bangkrutnya murni karena tekstil apakah ada masalah-masalah yang dihadapi pusat. Itu harus kita pelajari mengapa bangkrut,” jelas Agus.
Prahara juga terjadi di industri farmasi nasional. Setelah emiten BUMN produsen farmasi, PT Indofarma Tbk (INAF), terlilit masalah keuangan sehingga sempat terlambat membayar gaji pekerja, kini giliran emiten BUMN farmasi lainnya yang mengabarkan kondisi mengejutkan. Adalah BUMN farmasi PT Kimia Farma Tbk (KAEF) yang berencana menutup lima pabrik obat dalam kurun waktu dua hingga tiga tahun ke depan.
Direktur Produksi dan Supply Chain Hadi Kardoko mengakui langkah tersebut diambil dengan mempertimbangkan beberapa hal, salah satunya keberlanjutan bisnis. “Kemudian kenapa 2-3 tahun? tentu kami dalam melakukan rasionalisasi sangat memperhitungkan bisnis continuity dan kita mempertimbangkan peraturan-peraturan yang ada,” kata Hadi.
Ia menyebut penutupan pabrik di bisnis farmasi tidak bisa dilakukan begitu saja. Oleh karena itu, memerlukan waktu. Selain itu, Hadi mengatakan perusahaan harus menyesuaikan peraturan perundangan-undangan yang berlaku, termasuk regulasi dari Badan Pengawas Obat dan Makanan (BPOM) maupun instansi terkait. Di sisi lain, pihaknya juga mempertimbangkan ketersediaan obat di masyarakat.
Hadi menekankan jangan sampai rasionalisasi pabrik ini mengganggu ketersediaan obat di masyarakat. Meski begitu, ia tidak dapat memastikan apakah penutupan tersebut akan dilaksanakan secara serentak atau bertahap.
“Jangan sampai kita menutup ketersediaan obatnya, nanti nggak ada. Itu yang jadi pertimbangan sehingga mengapa kami memerlukan waktu dua hingga tiga tahun selain karena faktor regulasi,” imbuhnya.
Ia menambahkan bahwa tujuan utama melakukan penutupan pabrik untuk meningkatkan utilisasi pabrik dan fasilitas produksi agar lebih optimal. Hadi menilai hal tersebut dapat menekan biaya operasional yang membengkak.
“Dengan seperti itu, maka nantinya kami harapkan saat ini, kalau kemarin di paparan 3 shift kita itu kurang dari 40 persen, nanti dengan melakukan penataan ini akan meningkatkan utilisasi kami tentunya akan di atas 40 persen dan juga terjadi proses efisiensi yang lebih baik,” jelasnya.
Menurut dia, hingga saat ini Kimia Farma belum menghitung jumlah karyawan yang akan terdampak, imbas dari rasionalisasi fasilitas produksi. Selain ancaman PHK karyawan, anak usaha PT Bio Farma (Persero) ini juga menghitung dampak lain akibat penutupan lima pabrik obat.
“Karyawan yang pasti saat ini kami lagi kalkulasi terkait dampak, ketika nanti memang itu terjadi tentu kami tetap melakukan sesuai dengan aturan-aturan yang berlaku,” jelasnya.
Hadi sendiri enggan merinci pabrik di daerah mana saja yang bakal ditutup ke depannya. Saat ini, Kimia Farma memiliki sepuluh pabrik obat di beberapa wilayah, seperti Pabrik Sinkona (Subang), Pabrik Jakarta, Pabrik Banjaran (Bandung), pabrik Marin Liza (Bandung). Lalu, pabrik Lucas Djaja (Bandung), Pabrik Sungwun (Cikarang), Pabrik Phapros (Semarang), Pabrik Watudakon (Jombang), dan dua pabrik lainnya yang berlokasi di Semarang dan Bali.(*/berbagai sumber/tim redaksi 09/Safarudin/indra)
Mari Simak Coverage Riset Data Spesifik Duniaindustri.com:
Market database
Manufacturing data
Market research data
Market leader data
Market investigation
Market observation
Market intelligence
Monitoring data
Market Survey/Company Survey
Multisource compilation data
Market domestic data
Market export data
Market impor data
Market directory database
Competitor profilling
Market distribution data
Company database/directory
Mapping competition trend
Profiling competitor strategy
Market data analysist
Historical data
Time series data
Tabulation data
Factory directory database
Market segmentation data
Market entry strategy analysist
Big data processor
Financial Modeling/Feasibility Study
Price trend analysist
Data business intelligence
Customized Direktori Database* Butuh data spesifik atau riset pasar, total ada 295 database, klik di sini
** Butuh competitor intelligence, klik di sini
*** Butuh copywriter specialist, klik di sini
**** Butuh content provider (branding online), klik di sini
***** Butuh jasa medsos campaign, klik di siniDatabase Riset Data Spesifik Lainnya:
- Butuh data spesifik atau riset pasar, total ada 295 database, klik di sini
- Butuh 28 Kumpulan Database Otomotif, klik di sini
- Butuh 18 Kumpulan Riset Data Kelapa Sawit, klik di sini
- Butuh 20 Kumpulan Data Semen dan Beton, klik di sini
- Butuh 21 Kumpulan Riset Data Baja, klik di sini
- Butuh 15 Kumpulan Data Transportasi dan Infrastruktur, klik di sini
- Butuh 17 Kumpulan Data Makanan dan Minuman, klik di sini
- Butuh 9 Kumpulan Market Analysis Industri Kimia, klik di sini
- Butuh 7 Kumpulan Data Persaingan Pasar Kosmetik, klik di sini
- Butuh competitor intelligence ataupun riset khusus (survei & observasi), klik di sini
- Butuh copywriter specialist, klik di sini
- Butuh content provider (online branding), klik di sini
- Butuh market report dan market research, klik di sini
- Butuh perusahaan konsultan marketing dan penjualan, klik di sini
- Butuh menjaring konsumen korporasi dengan fitur customize direktori database perusahaan, klik di sini
Duniaindustri Line Up:
detektif industri pencarian data spesifik
Portofolio lainnya:
Atau simak video berikut ini:
Contoh testimoni hasil survei daerah: