Duniaindustri.com (Oktober 2017) – PT Trisula Textile Industries Tbk (BELL), emiten baru di sektor industri tekstil, menargetkan pendapatan tahun ini sebesar Rp 420 miliar, tumbuh 1% dibanding tahun lalu Rp 416,16 miliar. Untuk mendukung pertumbuhan pendapatan ke depan, perseroan menggelar penawaran saham perdana (IPO) yang dana perolehannya 70% untuk pembelian mesin produksi.
R Nurwulan Kusumawati, Direktur Administrasi Trisula mengatakan, perseroan optimis target pendapatan tahun ini sebesar Rp420 miliar bisa tercapai. Di mana angka ini tumbuh dibandingkan dengan pendapatan tahun lalu sebesar Rp416,16 miliar. Artinya, pendapatan tahun ini ditargetkan hanya naik 0,92%. ”Untuk laba bersih sekitar Rp10 miliar sampai Rp15 miliar tahun 2017,”ujarnya di Jakarta.
Akhir2016, penjualan lokal Trisula mencapai Rp381,52 miliar, sedangkan penjualan ekspor sebesar Rp34,64 miliar, sehingga total penjualan mencapai Rp416,16 miliar. Pendapatan paling besar dari bisnis polyester yaitu Rp255,07 miliar.
Sisanya dari bisnis uniform sebesar Rp130,62 miliar dan pendapatan dari poly/rayon sebesar Rp30,47 miliar. “Pertumbuhan sampai lima tahun ke depan antara 5%-7%,” imbuh Nurwulan.
Perseroan mengungkapkan, dana yang dihimpun lewat IPO untuk penambahan mesin itu penting untuk dilakukan perseroan, lantaran dalam proses produksi terdapat bottle neck sehingga memerlukan mesin tambahan untuk memaksimalkan produksi.
“Prospek bisnis sektor tekstil sangat menjanjikan. Dengan jumlah perusahaan yang begitu banyak di Indonesia, ini menjadi captive market bagi perusahaan,” ujar Karsongno Wongso Djaja, Direktur Utama PT Trisula Textile Industries Tbk.
Dia menambahkan, saat ini banyak perusahaan besar di Indonesia yang memerlukan seragam. Diantaranya perusahaan swasta, instansi pemerintah, perbankan, maskapai penerbangan, maupun perusahaan milik negara. “Kami melihat, peluang dari permintaan seragam itu besar. Namun, kemampuan pabrik untuk memenuhi permintaan itu terbatas,” imbuhnya.
Mengacu data Asosiasi Pertekstilan Indonesia (API) pertumbuhan industri tekstil di Indonesia diprediksi membaik. Dengan pertumbuhan rata-rata tahunan (CAGR) sebesar 7,9%. Industri tekstil dan produk tekstil (TPT) merupakan industri pengekspor terbesar kedua dengan konstribusi sebesar 10,8% atas total ekspor selama tahun 2016.
Upah tenaga kerja industri TPT Indonesia juga relatif kompetitif dibandingkan dengan negara-negara di Kawasan ASEAN dengan rata-rata sebesar USD175 per bulan atau sekitar Rp2,3 juta per bulan.
Direktur Utama PT Lotus Andalan Sekuritas, Wientoro Prasetyo menyatakan, saat ini, PER Trisula sekitar 9,8x hingga10,5x. Sedangkan PBV Trisula di atas 1%. Per 31 Maret 2017, Trisula mencatatkan ekuitas sebesar Rp190,92 miliar dan total liabilitas sebesar Rp223,09 miliar. Selain itu, jumlah aset yang dimiliki sebesar Rp414,02 miliar. Hingga kuartal pertama 2017, Trisula membukukan pendapatan Rp111,34 miliar.
Perseroan melepas sebanyak-banyaknya 20,69% saham perusahaan lewat penawaran umum perdana saham atau initial public offering (IPO). Rencananya, perusahaan ini akan melantai di Bursa Efek Indonesia (BEI) pada 28 September 2017.
Perusahaan yang memiliki pabrik di Cimahi, Bandung, Jawa Barat ini mematok 70% dana IPO untuk membeli mesin-mesin baru guna mendukung proses produksi. Sementara sisa dana IPO sebesar 30% akan digunakan untuk modal kerja guna mendukung operasional perusahaan.
Disebutkan, 20,69% saham modal disetor dan ditempatkan tersebut setara dengan 300 juta saham. Nilai nominalnya yakni Rp100. Sementara kisaran harga penawaran antara Rp140 – Rp150 per lembar saham. Menurut Wientoro, dengan kisaran harga penawaran tersebut, artinya Trisula membidik dana IPO antara Rp42 miliar hingga Rp45 miliar.
Adapun masa penawaran awal atau bookbuilding dimulai pada 5-7 September 2017. Pernyataan efektif dari Otoritas Jasa Keuangan diharapkan bisa didapat pada 15 September 2017. Sedangkan masa penawaran ditargetkan pada 19-22 September 2017.(*/berbagai sumber/tim redaksi 07)
CONTACT US BY SOCIAL MEDIA: