Duniaindustri.com (November 2018) — PT Garuda Indonesia (Persero) Tbk menggandeng BUMN asal China, yakni China Communication Construction Company, untuk membangun pabrik ban pesawat pertama di Indonesia. Total nilai investasi yang ditanamkan kedua perusahaan diperkirakan sebesar US$ 500 juta atau Rp 7,55 triliun (kurs Rp 15.100/US$).
Direktur Utama Garuda Indonesia, I Gusti Ngurah Askhara Danadiputra mengatakan, saat ini pihaknya dan China Communication Construction Company tengah mempersiapkan joint venture. Garuda berharap, persiapan kerja sama akan selesai pada Desember tahun ini, sehingga pembangunan pabrik ban tersebut dapat dilakukan pada kuartal I 2019 dan ditargetkan rampung 20 hingga 24 bulan ke depan. Pabrik baru itu rencanannya dibangun di wilayah Tangerang.
“China Communication Construction Company sebagai investor dalam kerja sama ini, kami sudah tanda tangani. China Communication Construction Company yang paling berminat untuk berinvestasi, sehingga proses akan lebih cepat,” kata Askahara.
Perjanjian kerja sama antara GMFI dan China Communication Construction Company diresmikan pada saat pertemuan IMF World di Bali beberapa waktu lalu.
“(Pabrik) Ban vulkanisir untuk pesawat, jadi kita di Indonesia kan belum ada nah kita sudah dapat investor dari China senilai US$ 500 juta, kita sudah teken (tanda tangan) kemarin di forum IMF,” katanya.
Selama ini Garuda Indonesia memang sudah memiliki anak usaha bergerak di bidang perawatan pesawat yaitu PT Garuda Maintenance Facility (GMF) Aero Asia Tbk. Namun perusahaan tersebut tidak mencakup manufacturing.
“Kalau GMF beli impor dari luar belum manufaktur, tidak ada yang manufaktur ban pesawat di Indonesia. Bisnisnya sendiri di Indonesia belum ada pabrik maunfaktir ban pesawat padahal karetnya (bahan mentahnya) ada disini, penggunanya banyak disini, kenapa kita gak punya ? Kenapa kita harus impor,” ujar dia.
Saat ini, lanjutnya, pihaknya melakukan penjajakan dengan beberapa perusahaan vulkanisia ban ternama di antaranya Bridgestone dan Dunlop. “Lagi di tahap akhir (pembicaraannya),” ungkapnya.
Selain Garuda Indonesia dan Citilink, nantinya maskapai lain pun bisa menjadi konsumen ban tersebut. Sebab, kata Ari, harga ban pesawat tersebut disinyalir akan jauh lebih murah dengan ban pesawat impor namun dengan kualitas yang sama.
Harga murah tersebut didapat dari hasil pemangkasan bea masuk inmpor dan bea pengapalan atau pengiriman barang via kapal. “Akan lebih murah kalau ada di dalam negeri, tidak akan kena biaya impor terus kemudian tidak kena biaya pengapalan, pasti lebih murah minimal 30 persen,” ujar dia.(*/berbagai sumber/tim redaksi 07)
CONTACT US BY SOCIAL MEDIA: