Duniaindustri.com (November 2015) – Felda Global Ventures Holdings Bhd, perusahaan perkebunan kelapa sawit terbesar ketiga di dunia yang berbasis di Malaysia, dikabarkan menunda rencana mengakuisisi 37% saham PT Eagle High Plantation Tbk (BWPT), setelah kesepakatan itu dikritik terlalu mahal dengan kondisi pasar saham yang sedang volatile, menurut sumber yang terlibat langsung dengan transaksi tersebut.
Felda Global pada Juni 2015 telah mengusulkan akuisisi 37% saham dari Eagle High, dengan skema akuisisi 30% saham dalam bentuk tunai dan tambahan 7% dengan menerbitkan saham baru.
Namun, sejumlah sumber yang mengetahui transaksi tersebut menjelaskan, Felda Global akan menunda akuisisi tersebut. “Kesepakatan (akuisisi) sebelumnya tidak masuk akal lagi,” kata salah satu sumber seperti dikutip themalaysianinsider.com.
Dia menambahkan kedua belah pihak kembali ke tahap awal untuk merumuskan skema baru terkait rencana akuisisi tersebut. Hal itu mencakup harga jual yang lebih rendah, landbank lebih besar, atau Felda mengambil kontrol lebih besar di Eagle High.
Penurunan tajam ringgit dan harga minyak sawit (crude palm oil/CPO) sangat mempengaruhi kesepakatan itu. Sumber, yang menolak untuk diidentifikasi, mengatakan kedua perusahaan akan membuat kesepakatan ulang terkait rencana akuisisi tersebut. Seorang juru bicara Felda menolak berkomentar.
Penundaan akuisisi tersebut mendorong analis untuk menurunkan peringkat dan target harga untuk saham Felda. “Pembatalan kesepakatan ini terbaik untuk perusahaan (Felda),” kata Marvin Khor, seorang analis di AllianceDBS Research.
Kesepakatan RI-Malaysia
Sebelumnya, kedua negara penghasil minyak sawit (palm oil) terbesar di dunia, Indonesia dan Malaysia, akhirnya menandatangani piagam pembentukan Dewan Negara Penghasil Minyak Sawit (Council of Palm Oil Producing Countries/CPOPC) di Kuala Lumpur, Sabtu (21/11). Pembentukan CPOPC, dengan kontribusi awal masing-masing US$ 5 juta dari Malaysia dan Indonesia, merupakan reaksi langsung penandatanganan Indonesia Palm Oil Pledge (IPOP).
Dalam penandatanganan piagam CPOPC, Malaysia diwakili oleh Menteri Industri Perkebunan dan Komoditas Datuk Amar Douglas Uggah Embas dan Menteri Koordinator Maritim dan Sumber Daya Rizal Ramli pada saat penandatanganan, disaksikan oleh Perdana Menteri Datuk Seri Najib Razak dan Presiden Indonesia Joko Widodo, seperti dikuti Bernama. Keanggotaan Dewan akan diperluas ke semua negara penghasil kelapa sawit termasuk Brazil, Kolombia, Thailand, Ghana, Liberia, Nigeria, Papua Nugini, Filipina, dan Uganda.
Momentum bersejarah ini menyatukan kekuatan kedua produsen terbesar dunia itu untuk mengatur harga CPO di pasar internasional, meningkatkan kesejahteraan petani serta promosi citra minyak sawit, stabilisasi harga, peningkatan kerjasama antara produsen, dan koordinasi produksi, stok, mandat biodiesel serta skema penanaman kembali.
Indonesia dan Malaysia saat ini menguasai sekitar 85% dari total produksi minyak sawit mentah (crude palm oil/CPO) dunia. Gabungan Pengusaha Kelapa Sawit Indonesia (Gapki) memperkirakan, Indonesia memproduksi sekitar 32 juta ton CPO tahun ini, naik dari 31,5 juta ton tahun 2014. Produksi Malaysia juga diperkirakan naik dari 19 juta ton menjadi 20 juta ton.
Indonesia menjadi negara produsen dan eksportir CPO terbesar di dunia sejak 2010. Data Kementerian Pertanian menyebutkan, Indonesia menguasai 44,5% pasar dunia dengan volume produksi mencapai 19,1 juta ton pada 2010. Indonesia mengungguli Malaysia yang menempati posisi kedua dengan pangsa 41,3% dari volume produksi 17,73 juta ton.
Ranking ketiga ditempati Thailand yang menguasai 2,7% pasar dunia, disusul Nigeria dengan pangsa 2% dari total pasar dunia, kemudian Kolombia dengan pangsa 1,9%. Total produksi sawit dunia mencapai 42,9 juta ton.
Menurut lembaga independen internasional, Oil World, Indonesia diperkirakan menguasai 47% pasar palm oil dunia di 2011. Sementara pangsa Malaysia ditaksir bakal turun menjadi 39% di tahun ini. Pangsa negara produsen lainnya belum berubah.
Data Oil World juga menyebutkan, produksi sawit dunia pada 2011 diprediksi mencapai 46 juta ton dengan total area yang digunakan untuk menanam sawit di seluruh dunia mencapai 12 juta hektare. Sebagian besar lahan perkebunan kelapa sawit itu berlokasi di Indonesia dan Malaysia.
Oil World memaparkan, minyak sawit kini menjadi minyak nabati dunia paling penting. Di antara seluruh jenis produksi minyak nabati, sawit berada di posisi teratas (dengan pangsa 30%), diikuti minyak kedelai (29%), minyak biji rape (14%), minyak bunga matahari (8%), dan lainnya (19%).(*/berbagai sumber/tim redaksi 03)
CONTACT US BY SOCIAL MEDIA:
KABAR BAIK!!!
Nama saya Mia.S. Saya ingin menggunakan media ini untuk mengingatkan semua pencari pinjaman sangat berhati-hati karena ada penipuan di mana-mana. Beberapa bulan yang lalu saya tegang finansial, dan putus asa, saya telah scammed oleh beberapa pemberi pinjaman online. Saya hampir kehilangan harapan sampai seorang teman saya merujuk saya ke pemberi pinjaman sangat handal disebut Ibu Cynthia yang meminjamkan pinjaman tanpa jaminan dari Rp800,000,000 (800 JUTA) dalam waktu kurang dari 24 jam tanpa tekanan atau stres dengan tingkat bunga hanya 2%.
Saya sangat terkejut ketika saya memeriksa saldo rekening bank saya dan menemukan bahwa jumlah saya diterapkan untuk dikirim langsung ke rekening saya tanpa penundaan. Karena aku berjanji padanya bahwa aku akan berbagi kabar baik sehingga orang bisa mendapatkan pinjaman mudah tanpa stres. Jadi, jika Anda membutuhkan pinjaman dalam bentuk apapun, silahkan hubungi dia melalui emailnya: cynthiajohnsonloancompany@gmail.com
Anda juga dapat menghubungi saya di email saya ladymia383@gmail.com dan miss Sety yang saya diperkenalkan dan diberitahu tentang Ibu Cynthia dia juga mendapat pinjaman dari Ibu Cynthia baru Anda juga dapat menghubungi dia melalui email nya: arissetymin@gmail.com Sekarang, semua yang saya lakukan adalah mencoba untuk bertemu dengan pembayaran pinjaman saya bahwa saya kirim langsung ke rekening bulanan.