Duniaindustri (Juni 2011) — Essar International Co (perusahaan baja India) mengincar bijih besi di Kalimantan untuk pasokan bahan baku baja pabriknya. Selain itu, Essar juga sedang mengkaji pembangunan pabrik baja hulu di Kalimantan Tengah yang dapat mengolah 2 juta ton bijih besi menjadi pellet dan billet.
“Essar tampaknya masih tertarik untuk mengolah bijih besi di Kalimantan Tengah. Namun, mereka belum menyebut nilai investasinya,” ujar sumber duniaindustri dari pemerintahan setempat yang enggan menyebut jati dirinya.
Dia menyebutkan, potensi bijih besi di Kalimantan Tengah mencapai 41,2 juta ton dengan grade 60% Fe (nama unsur kimia untuk besi). Bijih besi itu tersebar di empat kabupaten, yakni Lamandau (13,2 juta ton), Kotawaringin Timur (20 juta ton), Barito Timur (5 juta ton), dan Katingan (3 juta ton). Selain bijih besi, di Kalimantan Tengah juga memiliki kandungan barubara sebanyak 3,5 juta ton berkalori 4.000 – 8.300 kalori per gram dan zircon di atas 1 miliar meter kubik dengan grade 0,7 kilogram per meter kubik.
Selain Essar, enam perusahaan asing yang bermitra dengan pengusaha lokal menanamkan modal sekitar US$ 500 juta – US$ 700 juta untuk menggarap pengolahan bijih besi yang terintegrasi dengan produksi baja.
Dari penelusuran tim redaksi duniaindustri diketahui, enam perusahaan asing itu adalah Salgaocar Mining Industries Pvt Ltd (India) yang membentuk perusahaan patungan dengan PT Sumba Prima Iron (SPI), anak usaha Merukh Enterprises, mengembangkan tambang bijih besi di Kabupaten Sumba Barat Daya dan Kabupaten Sumba Timur, di Pulau Sumba, Nusa Tenggara Timur.
PT Jogja Magasa Iron, anak usaha Indo Mines Ltd (perusahaan tambang asal Australia), berencana membangun pabrik pengolahan bijih besi menjadi besi mentah (pig iron) senilai US$ 600 juta di Kulon Progo yang ditargetkan beroperasi mulai 2013.
Perusahaan asal Korea Selatan (Korsel), JSK International Resources Co Ltd, akan membangun pabrik pengolahan bijih besi di Provinsi Aceh dengan menginvestasikan dana sebesar US$ 1 juta. Tak ketinggalan, perusahaan tambang bijih besi PT Lhoong Setia Mining (LSM) mulai melakukan eksploitasi di kawasan Lhoong, Aceh Besar, dan telah melakukan ekspor sebanyak 18.000 ton bijih besi ke China sejak Desember 2008 hingga saat ini.
PT Meratus Jaya Iron and Steel, perusahaan patungan PT Krakatau Steel Tbk dan PT Aneka Tambang Tbk, juga menggarap pengolahan bijih besi di Kalimantan Selatan senilai Rp 1,1 triliun. PT Gainet International Indonesia (GII), perusahaan patungan China dan Indonesia, juga menggarap pengolahan bijih besi di Sumatera Barat.
Perusahaan asing asal India, China, dan Korea Selatan itu mengincar cadangan bijih besi di Indonesia sebagai sumber bahan baku utama produksi baja. Apalagi, produksi baja dunia pada tahun ini diperkirakan meningkat 8-10% seiring pemulihan ekonomi global pasca krisis 2008.(*)