Duniaindustri (Oktober 2011) –Industri elektronik nasional menyerap investasi Rp 9,9 triliun, baik dari penanaman modal asing maupun domestik, hingga semester I 2011. Kabar teranyar, Toshiba Corporation, prinsipal elektronik asing asal Jepang, akan membangun pabrik mesin cuci di Kawasan Industri Jakarta Timur senilai Rp 350 miliar.
Kepala Badan Pengkajian Kebijakan, Iklim, dan Mutu Industri Kementerian Perindustrian (Kemenperin) Arryanto Sagala mengatakan, realisasi investasi di industri elektronik untuk penanaman modal dalam negeri (PMDN) hingga semester I 2011 mencapai Rp 3,1 triliun. Sementara realisasi investasi penanaman modal asing (PMA) mencapai Rp 6,8 triliun.
Realisasi investasi PMDN selama semester I 2011 yang terbesar berasal dari sektor industri makanan Rp4,56 triliun, industri kimia dasar, barang kimia dan farmasi Rp1,76 triliun. “Realisasi investasi PMDN selama semester I-2011 berasal dari 404 proyek dan 12 jenis sektor industri manufaktur,” kata Arryanto.
Untuk investasi PMA semester I-2011, lanjut Arryanto, nilai terbesar berasal dari sektor industri industri makanan Rp4,82 triliun, industri kimia dasar, barang kimia dan farmasi Rp7,67 triliun. “Investasi asing berasal dari 871 proyek dan 12 jenis sektor industri,” jelas Arryanto.
Sementara itu, Toshiba Corporation mengumumkan akan membangun pabrik mesin cuci di Kawasan Industri Jakarta Timur di lahan seluas 18.000 meter persegi mulai November 2011. Nilai investasi pembangunan pabrik ini sebesar Rp 350 miliar dan menyerap tenaga kerja sebanyak 350 orang.
Toshiba memang sedang gencar berekspansi ke luar negeri. Toshiba Corporation menargetkan penjualan di luar Jepang bisa mencapai 50% dari total penjualannya pada 2015 mendatang.
Toshiba menargetkan pasar mesin cuci di Asean tumbuh lebih dari 10% sejak 2010 hingga 2015 mendatang. Indonesia sendiri merupakan pasar terbesar di Asia Tenggara. Toshiba menguasai 30% penjualan mesin cuci di Indonesia.
Lembaga riset global, Growth From Knowledge (GfK), menghitung nilai pasar dari 40 tipe produk elektronik di Indonesia pada 2010 mencapai Rp 83 triliun atau naik 17% dari 2009. Nilai pasar menurut GfK jauh lebih tinggi dibandingkan Gabungan Elektronik Indonesia (Gabel) maupun Electronic Marketer Club yang memproyeksikan pasar elektronik Indonesia pada 2010 senilai Rp 24-25 triliun. Perbedaan itu karena GfK memasukkan penjualan handphone dalam basis perhitungannya.
Wakil Sekjen Gabel Yeane Keet mengatakan, nilai penjualan elektronik nasional diperkirakan tembus Rp 27-28 triliun pada 2011. Omzet penjualan itu naik 15-20% dibandingkan 2010. “Produk elektronik seperti TV LCD, AC, dan mesin cuci tetap paling diminati dan mencuri perhatian konsumen,” kata dia.(Tim redaksi 02)