Duniaindustri.com (Oktober 2015) – Volume ekspor CPO Indonesia ke sejumlah pasar utama, seperti China, India, dan Uni Eropa, melonjak tajam di atas 25% pada periode Januari-September 2015 dibanding periode yang sama 2014. Berdasarkan data Gabungan Pengusaha Kelapa Sawit Indonesia (GAPKI), ekspor CPO ke China tumbuh paling tinggi sebesar 59% pada periode tersebut.
Disusul, kenaikan permintaan di Eropa dengan pertumbuhan sebesar 41%. Peningkatan tersebut dipicu oleh penurunan suplai dari minyak nabati lain seperti minyak bunga matahari, rapeseed, dan canola. Berdasarkan data Oil World, peningkatan permintaan minyak sawit di Uni Eropa ditujukan untuk memenuhi kebutuhan pasokan biodeiesel di kawasan tersebut.
Sementara volume ekspor CPO ke India tumbuh 25% pada periode Januari-September 2015 dibandingkan periode yang sama tahun lalu. Untuk bulan September, pengiriman ekspor CPO dari Indonesia ke India naik hingga 72%.vSelain untuk meningkatkan stok di saat harga murah, saat ini kebutuhan CPO untuk industri makanan di India juga mengalami peningkatan.
Di saat yang sama, pengurangan impor CPO Indonesia pada September terjadi di Amerika Serikat dengan penurunan sebesar 46%. Penyebabnya, produksi kedelai yang cukup tinggi di saat permintaan di negara tersebut tidak mengalami kenaikan signifikan.
Stok kedelai yang melimpah di AS menekan harga komoditas tersebut yang kemudian memicu peningkatan permintaannya. Hasilnya, impor minyak nabati lainnya seperti minyak sawit berkurang.
Untuk mengatur harga CPO, Indonesia dan Malaysia, dua negara penghasil sawit terbesar di dunia, memulai inisiatif membentuk Dewan Negara Penghasil Minyak Sawit (Council of Palm Oil Producing Countries/CPOP).
Perdana Menteri (PM) Malaysia Dato’ Sri Najib Tun Razak datang menemui Presiden Indonesia Joko Widodo untuk mendukung inisiatif pembentukan Dewan Negara Penghasil Minyak Sawit (Council of Palm Oil Producing Countries/CPOP).
Momentum bersejarah ini menyatukan kekuatan kedua produsen terbesar dunia itu untuk mengatur harga CPO di pasar internasional. Negosiasi pembentukan organisasi semacam OPEC di industri minyak tersebut dilakukan sebelumnya oleh Menko Maritim dan Sumber Daya Rizal Ramli.
“Ini sebuah inisiatif yang sangat bersejarah untuk industri minyak sawit dan kita harapkan bermanfaat bagi mayoritas petani kecil kelapa sawit, baik di Indonesia dan Malaysia. Kita tahu, 85% produksipalm oil (minyak sawit) dunia ada di Indonesia dan Malaysia,” kata Presiden Joko Widodo (Jokowi) usai bertemu Najib Razak untuk membicarakan pembentukan CPOP, di Istana Kepresidenan Bogor, Minggu (11/10).
Sebagaimana dirilis Sekretariat Kabinet Republik Indonesia, pertemuan Najib dan Jokowi yang didahului makan siang bersama tersebut menghasilkan beberapa keputusan, antara lain pembentukan CPOP. Turut serta dalam kunjungan ke Indonesia adalah istri PM Malaysia Datin Seri Rosmah Mansor, Menteri Industri Pertanian dan Komoditas Datuk Amar Douglas Uggah Embas, Menteri Sumber Daya Alam dan Lingkungan Datuk Seri Wan Junaidi Tuanku Jaafar, dan Deputi Menteri pada Departemen Perdana Menteri Datuk Razali Ibrahim.
Sementara itu, Presiden Jokowi didampingi Menko Maritim dan Sumber Daya Rizal Ramli, Menteri Luar Negeri Retno Marsudi, Menteri Sekretaris Negara Pratikno, Menteri Pertanian Amran Sulaiman, Menteri Perindustrian Saleh Husin, dan Kepala Staf Kepresidenan Teten Masduki.
PM Najib menyambut baik perwujudan kerja sama sawit Indonesia dan Malaysia. Dia berharap eksekusinya segera direalisasikan. “Ya, sejak 2006 telah ada kesepakatan, tapi belum dapat diwujudkan,” kata Najib.
Pangsa Terbesar
Indonesia dan Malaysia saat ini menguasai sekitar 85% dari total produksi minyak sawit mentah (crude palm oil/CPO) dunia. Gabungan Pengusaha Kelapa Sawit Indonesia (Gapki) memperkirakan, Indonesia memproduksi sekitar 32 juta ton CPO tahun ini, naik dari 31,5 juta ton tahun 2014. Produksi Malaysia juga diperkirakan naik dari 19 juta ton menjadi 20 juta ton.
Indonesia menjadi negara produsen dan eksportir sawit (crude palm oil/CPO) terbesar di dunia sejak 2010. Data Kementerian Pertanian menyebutkan, Indonesia menguasai 44,5% pasar sawit dunia dengan volume produksi mencapai 19,1 juta ton pada 2010. Indonesia mengungguli Malaysia yang menempati posisi kedua dengan pangsa 41,3% dari volume produksi 17,73 juta ton.
Ranking ketiga ditempati Thailand yang menguasai 2,7% pasar sawit dunia, disusul Nigeria dengan pangsa 2% dari total pasar sawit dunia, kemudian Kolombia dengan pangsa 1,9%. Total produksi sawit dunia mencapai 42,9 juta ton.
Menurut lembaga independen internasional, Oil World, Indonesia diperkirakan menguasai 47% pasar minyak sawit dunia di 2011. Sementara pangsa Malaysia ditaksir bakal turun menjadi 39% di tahun ini. Pangsa negara produsen sawit lainnya belum berubah.
Data Oil World juga menyebutkan, produksi sawit dunia pada 2011 diprediksi mencapai 46 juta ton dengan total area yang digunakan untuk menanam sawit di seluruh dunia mencapai 12 juta hektare. Sebagian besar lahan perkebunan kelapa sawit itu berlokasi di Indonesia dan Malaysia.
Oil World memaparkan, minyak sawit kini menjadi minyak nabati dunia paling penting. Di antara seluruh jenis produksi minyak nabati, sawit berada di posisi teratas (dengan pangsa 30%), diikuti minyak kedelai (29%), minyak biji rape (14%), minyak bunga matahari (8%), dan lainnya (19%).(*/berbagai sumber)
CONTACT US BY SOCIAL MEDIA: