Duniaindustri.com (Agustus 2022) – Pertumbuhan ekonomi Indonesia pada triwulan II 2022 sebesar 5,44 persen yoy (year on year), lebih tinggi dibanding capaian triwulan I 2022 sebesar 5,01 persen yoy. Capaian pertumbuhan triwulan II ini juga lebih tinggi dari target pertumbuhan ekonomi tahun 2022 sebesar 5,2 persen (Asumsi Makro APBN 2022). Secara kuartalan pun kinerja ekonomi triwulan II juga meningkat dibandingkan triwulan I (-0,95 persen qtq), yaitu mampu tumbuh 3,72 persen qtq. Selanjutnya, secara kumulatif pertumbuhan ekonomi Indonesia semester I 2022 sebesar 5,23 persen ctc.
Tren peningkatan pertumbuhan ekonomi di paruh pertama 2022 ini tentu membawa ‘angin segar’ bagi pemulihan ekonomi Indonesia dari dampak pandemi. Namun demikian, tentu tidak ada alasan untuk euforia merayakan capaian kinerja semester pertama, mengingat dua triwulan berikutnya di 2022 ini perekonomian Indonesia dihadapkan pada situasi ketidakpastian global yang tampak semakin nyata. Terlebih lagi capaian kinerja triwulan II tidak lepas dari adanya “booster” aktivitas ekonomi berupa momentum lebaran, setelah dua kali lebaran sebelumnya larangan mudik dilakukan pemerintah untuk mencegah penyebaran Covid-19. Selain itu, windfall surplus dagang dari lonjakan harga komoditas di pasar global pun ke depan akan kian menipis seiring perkembangan ekonomi negara-negara mitra dagang yang cenderung pesimis.
“INDEF memproyeksi pertumbuhan ekonomi pada triwulan III 2022 akan mengalami penurunan, yaitu sebesar 5 persen yoy. Oleh karena itu, untuk memitigasi risiko penurunan pertumbuhan ekonomi, INDEF memberikan beberapa poin catatan evaluasi kinerja ekonomi dengan harapan ekonomi Indonesia dapat bertahan di tengah meningkatnya tensi ketidakpastian global,” tulis INDEF dalam keterangan tertulis, kemarin.
- POIN-POIN EVALUASI EKONOMI TRIWULAN II 2022
- Lebaran penyelamat perekonomian
- Momentum musiman, yaitu adanya lebaran menjadi faktor utama pendorong kenaikan pertumbuhan ekonomi triwulan II 2022. Terlebih lagi pada situasi lebaran tahun ini mencatatkan rekor mudik terbesar melampaui mudik tahun 2019. Pemerintah juga memperpanjang periode libur lebaran 2022, yang mendorong peningkatan konsumsi di masa liburan. Hal ini terlihat jelas dari kinerja pertumbuhan ekonomi triwulan II 2022, di mana sektor konsumsi rumah tangga sebagai salah satu penopang utama pertumbuhan ekonomi Indonesia mampu tumbuh 5,51 persen yoy, lebih tinggi dibandingkan pertumbuhan pada triwulan I 2022 sebesar 4,34 persen yoy.
- Dari sisi PDB sektoral, lebaran yang terjadi di periode triwulan II 2022 juga mengakselerasi kinerja pertumbuhan sektor transportasi dan pergudangan yang mencapai 21,27 persen yoy, lebih tinggi dari laju triwulan I 2022 sebesar 15,79 persen yoy. Selain itu, sektor penyediaan akomodasi dan makan minum juga mengalami pertumbuhan sebesar 9,76 persen yoy di triwulan II 2022.
- Ketiadaan momentum hari besar keagamaan sebesar lebaran 2022 pada triwulan III berisiko membuat laju konsumsi rumah tangga melambat. Lebih dari itu, tekanan inflasi di triwulan III juga semakin meningkat yang mulai berdampak pada tergerusnya daya beli. Oleh karena itu, sangat penting bagi pemerintah untuk setidaknya mampu menjaga daya beli bertahan di laju 5 persenan agar ekonomi triwulan III 2022 tidak mengalami penurunan kinerja.
- Kinerja konsumsi pemerintah di zona merah
- Dua triwulan berturut-turut kinerja pengeluaran konsumsi selalu tumbuh negatif. Pada triwulan II 2022 pengeluaran konsumsi pemerintah tumbuh -5,24 persen yoy, melanjutkan raport merahnya di triwulan I 2022 yang juga tumbuh negatif sebesar -7,59 persen yoy.
- Kinerja stimulasi belanja APBN yang tidak optimal mendorong perekonomian ini tentu sangat disayangkan mengingat konsumsi pemerintah merupakan salah satu akseleran penting dalam memacu pemulihan ekonomi dari pandemi. Masalahnya, justru pada sisi belanja pemerintah inilah percepatan itu tidak terjadi.
- Penyebabnya belanja negara sampai dengan akhir Juni 2022 mencapai Rp1.156,88 triliun atau 37,24 persen terhadap Pagu APBN 2022 atau turun 1,13 persen (yoy) dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya. Jika dilihat lebih dalam pada realisasi Belanja Pemerintah Pusat juga mengalami penurunan pertumbuhan sebesar 0,82 persen (yoy). Hal ini disebabkan realisasi Belanja Barang dan Belanja Modal masih mengalami kontraksi masing-masing 20,75 persen dan 19,84 persen (yoy).
- Sektor dominan masih berkinerja lamban
- Empat sektor ekonomi yang memiliki kontribusi double digit bagi pertumbuhan ekonomi (yaitu sektor industri, pertambangan, pertanian, dan perdagangan) kesemuanya tumbuh di bawah pertumbuhan ekonomi triwulan II 2022 (5,44 persen yoy). Padahal secara distribusi pertumbuhan keempat sektor tersebut mendominasi PDB (Produk Domestik Bruto) hingga 56,59 persen).
- Dengan masih lambannya pertumbuhan sektor-sektor yang mendominasi PDB ini, menggambarkan masih adanya belenggu persoalan yang menjadi batu sandungan bagi pemulihan di masing-masing sektor.
- Di sisi lain, dengan kondisi demikian sesungguhnya masih ada ruang ke depan untuk bisa mendorong empat sektor penopang utama pertumbuhan ekonomi Indonesia ini agar mampu tumbuh lebih tinggi atau bahkan kembali ke jalur pertumbuhan rata-rata di atas pertumbuhan ekonomi nasional guna memperkuat daya tahan ekonomi dari ancaman resesi perekonomian global ke depan.
- Terdapat pergeseran struktur ekonomi pasca pandemi yang terlihat dari kontribusi subsektor industri pengolahan semakin menurun, sementara kontribusi sektor pertambangan meningkat melebihi sektor perdagangan. Jika dibandingkan sebelum pandemi, sektor pertambangan di kuartal II-2022 memiliki capaian kontribusi terhadap ekonomi yang tinggi sebesar 13,1 persen yang mana sudah melampaui sektor perdagangan sebesar 12,7 persen. Kecepatan pertumbuhan sektor pertambangan yang tinggi mendorong semakin cepatnya sektor pertambangan memiliki kontribusi yang besar terhadap perekonomian.
- Dari sisi sektor industri, subsector industri makanan minuman masih belum pulih secara optimal. Subsektor industri makanan dan minuman tumbuh 3,68 persen di kuartal II-2022, kinerja ini masih rendah dibandingkan sebelum pandemi (2018-2019) di periode yang sama yaitu sebesar 8,3 persen.
- Windfall ekspor jangan kendor
- Laju ekspor yang mampu tumbuh lebih baik dari triwulan I 2022 juga turut andil dalam peningkatan pertumbuhan ekonomi triwulan II 2022. Pada triwulan II ekspor tumbuh 19,74 persen yoy, lebih tinggi dari triwulan I 2022 sebesar 16,69 persen yoy. Namun demikian, tekanan inflasi yang meningkat di negara-negara mitra dagang utama Indonesia bisa berisiko menggerus surplus di periode dua triwulan mendatang. Ketika daya beli negara mitra dagang utama tertekan, maka konsekuensinya permintaan barang dan jasa bisa saja berkurang. Persoalan berpotensi lebih rumit karena implikasinya dapat menjalar ke pundi-pundi cadangan devisa yang berisiko ikut menyusut.
- Kenaikan ekspor ini ditandai dengan meningkatnya total ekspor dari 102,88 miliar US$ pada Januari-Juni 2021 yang lalu menjadi 141,07 miliar US$ pada Januari-Juni 2022 atau terjadi kenaikan 37,11 persen. Di dalamnya, juga terdapat kenaikan eskpor non migas sebesar 37,33 persen pada periode yang sama. Terdapat dua komponen terbesar pendorong kenaikan Januari-Juni 2022 tersebut yakni bahan bakar mineral yang sebesar US$24,11 Miliar atau naik sebesar 18,09 persen serta lemak dan minyak hewan/nabati sebesar US$15,14 Miliar atau naik sebesar (11,35 persen).
- Selama pandemi hingga masa pemulihan ekonomi, jika dibandingkan SITC 2 digit, ekspor sektor pertambangan seperti batu bara dan bijih logam justru meningkat tajam dibandingkan ekspor dari sektor industri seperti besi dan baja
- Tekanan global berisiko membesar
- Sungguh pun perekonomian triwulan II 2022 mampu tumbuh di atas 5 persen dan berada dalam mode ekspansi, namun tantangan ke depan tidak akan ringan. Salah satu tantangan yang akan dihadapi di triwulan III dan IV 2022 adalah persoalan ketidakpastian global yang masih menggelayuti perekonomian dunia sejauh ini.
- Dari sisi geopolitik, belum berakhirnya perang Rusia-Ukraina membuat gejolak ekonomi belum akan reda. Situasi menjadi lebih rumit saat tensi geopolitik antara Taiwan dan China semakin membara di semester II 2022.
- Dari sisi keuangan, agresivitas kenaikan suku bunga acuan The Fed masih akan terus berlangsung sampai ada tanda-tanda tekanan inflasi di Amerika mereda. Ini mengindikasikan akan adanya peningkatan volatilitas keuangan di semester II 2022 dan bahkan tahun depan.
- Pertumbuhan Tinggi, Inflasi Tinggi
- Meski pertumbuhan ekonomi tinggi namun inflasi juga tinggi. Hingga akhir kuartal II 2022, inflasi telah mencapai 4,35 persen (yoy, Juni 2022) dan bahkan 4,9 persen (yoy, Juli 2022). Bagi masyarakat bukan inflasi inti yang dianggap rendah yakni sebesar 2,63 persen (yoy, Juni 2022), namun juga inflasi bergejolak sebesar 10,07 persen. Penyebabnya terjadi kenaikan harga bawang merah, cabe merah dan keriting, telur dan daging ayam. Selain disebabkan persoalan cuaca dan iklim namun ketidakmampuan pemerintah mengatasi persoalan tersebut bertahun-tahun dan tidak ada terobasan massal hingga saat ini.
- Konsekuensi dari pertumbuhan tinggi dan inflasi tinggi adalah kemiskinan akan bertambah buruk pada akhir tahun 2022. Hal ini terlihat 4 sektor utama penduduk miskin bekerja, pertumbuhannya dibawah rata-rata nasional namun penduduk miskin menerima kenaikan harga paling tinggi. Sejumlah komoditas yang dikonsumsi penduduk miskin mengalami kenaikan, bukan hanya komoditas pangan, seperti beras, namun juga rokok kretek, sewa dan kontrak rumah, bensin, tarif uang sekolah hinga LPG 3 Kg.
- REKOMENDASI KEBIJAKAN
Seiring dengan kecenderungan potensi pertumbuhan ekonomi di Triwulan III Tahun 2022 yang cenderung menurun maka perlu dilakukan langkah-langkah sebagai berikut;
- Seiring ketiadaan momen musiman hari besar keagamaan yang mendorong konsumsi (seperti: lebaran, natal) di triwulan III 2022, maka upaya yang perlu dilakukan pemerintah adalah mengatasi persoalan inflasi yang mulai menggerogoti daya beli masyarakat. Inflasi difokuskan pada inflasi harga bergejolak dan inflasi yang diatur pemerintah.
- Belanja pemerintah perlu diakselerasi untuk membantu menjaga pertumbuhan ekonomi. Belanja yang perlu didorong pada triwulan III adalah belanja barang dan modal sehingga sumbangannya terhadap pertumbuhan ekonomi menjadi positif.
- Kinerja sektor dominan yang menampung banyak lapangan kerja seperti sektor industri, pertanian, dan perdagangan perlu ditingkatkan di atas rata-rata pertumbuhan ekonomi
- Upaya menjaga pasar mitra dagang utama serta mendorong ekspor ke pasar-pasar potensial baru perlu dilakukan agar surplus dagang dapat dipertahankan
- Mendorong peningkatan dan penguatan aktivitas ekonomi domestik dapat menjadi strategi jitu untuk bertahan di tengah meningkatnya ketidakpastian perekonomian global.
- Revisi formula kenaikan UMP sehingga setidaknya sama dengan inflasi daerah untuk menjaga daya beli masyarakat dan pertumbuhan konsumsi.
- Insentif fiskal perlu diarahkan kepada sektor-sektor tertentu, tidak diberikan secara sporadic. Restrukturisasi kredit terbatas kepada sektor-sektor industri tertentu yang masih belum pulih perlu diberikan
- Adanya peran kelembagaan dalam membangun perencanaan industri, saat ini Rencana Induk Pembangunan Industri Nasional (RIPIN) dinilai perlu dilakukan evaluasi seiring dengan tantangan yang ada
- Kebijakan mitigasi risiko atas kondisi global saat ini (disrupsi supply chain dan kelangkaan bahan baku) dengan beberapa pilihan: diversifikasi suplai dari negara asal bahan baku, evaluasi dan ratifikasi kerjasama dagang hingga melakukan reshoring industri tertentu
- Kebijakan hilirisasi perlu ditinjau ulang apakah mampu mendorong kinerja industri manufaktur karena saat ini kinerja pertumbuhan pertambangan jauh lebih tinggi dibandingkan industri manufaktur.(*/berbagai sumber/tim redaksi 08/Safarudin/Indra)
Mari Simak Coverage Riset Data Spesifik Duniaindustri.com:
Market database
Manufacturing data
Market research data
Market leader data
Market investigation
Market observation
Market intelligence
Monitoring data
Market Survey/Company Survey
Multisource compilation data
Market domestic data
Market export data
Market impor data
Market directory database
Competitor profilling
Market distribution data
Company database/directory
Mapping competition trend
Profiling competitor strategy
Market data analysist
Historical data
Time series data
Tabulation data
Factory directory database
Market segmentation data
Market entry strategy analysist
Big data processor
Financial Modeling/Feasibility Study
Price trend analysist
Data business intelligence
Customized Direktori Database* Butuh data spesifik atau riset pasar, total ada 256 database, klik di sini
** Butuh competitor intelligence, klik di sini
*** Butuh copywriter specialist, klik di sini
**** Butuh content provider (branding online), klik di sini
***** Butuh jasa medsos campaign, klik di siniDatabase Riset Data Spesifik Lainnya:
- Butuh data spesifik atau riset pasar, total ada 256 database, klik di sini
- Butuh 25 Kumpulan Database Otomotif, klik di sini
- Butuh 18 Kumpulan Riset Data Kelapa Sawit, klik di sini
- Butuh 15 Kumpulan Data Semen dan Beton, klik di sini
- Butuh 11 Kumpulan Riset Data Baja, klik di sini
- Butuh 15 Kumpulan Data Transportasi dan Infrastruktur, klik di sini
- Butuh 17 Kumpulan Data Makanan dan Minuman, klik di sini
- Butuh 6 Kumpulan Market Analysis Industri Kimia, klik di sini
- Butuh 3 Kumpulan Data Persaingan Pasar Kosmetik, klik di sini
- Butuh competitor intelligence ataupun riset khusus (survei & observasi), klik di sini
- Butuh copywriter specialist, klik di sini
- Butuh content provider (online branding), klik di sini
- Butuh market report dan market research, klik di sini
- Butuh perusahaan konsultan marketing dan penjualan, klik di sini
- Butuh menjaring konsumen korporasi dengan fitur customize direktori database perusahaan, klik di sini
Duniaindustri Line Up:
detektif industri pencarian data spesifik
Portofolio lainnya:
Atau simak video berikut ini:
Contoh testimoni hasil survei daerah: