Duniaindustri.com (Februari 2024) — Ekonomi Indonesia 2024 tumbuh sebesar 5,03 persen, melambat dibanding capaian 2023 yang mengalami pertumbuhan sebesar 5,05 persen. Capaian ini juga lebih rendah dari target Asumsi Makro APBN 2024 sebesar 5,2 persen. Pada sisi lain, Pemerintah telah mengeluarkan Instruksi Presiden (Inpres) Nomor 1 Tahun 2025 tentang efisiensi belanja negara dalam pelaksanaan APBN dan APBD Tahun Anggaran 2025. Poin pokok dari arahan Inpres tersebut, yaitu penetapan target efisiensi anggaran sebesar Rp306,69 triliun, terdiri atas Rp 256,1 triliun dari anggaran kementerian/lembaga dan Rp 50,59 triliun dari transfer ke daerah.
Berikut poin evaluasi dan rekomendasi INDEF agar capaian pertumbuhan ekonomi ke depan meningkat menuju track target 8 persen dan kemana seharusnya hasil efisiensi anggaran dialokasikan. Eko Listiyanto, Direktur Big Data INDEF, mengemukakan bahwa Pertumbuhan ekonomi Indonesia 2024 yang melambat dibanding tahun sebelumnya memerlukan upaya pembenahan kebijakan agar perekonomian 2025 dapat tumbuh sesuai target, yaitu 5,2 persen.
“Untuk itu Pemerintah perlu: 1. Merealokasi anggaran hasil efisiensi belanja untuk mendorong produktivitas perekonomian, khususnya di sektor industri, swasembada pangan, dan UMKM; dan 2. Percepat upaya penciptaan lapangan kerja untuk memperbaiki daya beli rumah tangga,” katanya dalam keterangan tertulis, kemarin.
Eko juga menekankan bahwa upaya meningkatkan kerjasama internasional mendapat apresiasi publik, namun perlu segera di realisasikan dampak ekonominya pada meningkatnya investasi ke Indonesia dan meluasnya pasar ekspor Indonesia.
Rizal Taufikurahman, Kepala Center Macroeconomics and Finance INDEF, menyoroti bahwa laju pertumbuhan ekonomi Indonesia tahun 2024 mengalami perlambatan, bahkan tidak mencapai target APBN 2024. Fenomena ini bukan sekadar anomali jangka pendek, melainkan bagian dari tren perlambatan yang telah berlangsung selama tiga tahun terakhir.
Setelah sempat pulih pada 2022, perekonomian nasional justru terjebak dalam tantangan struktural yang belum terselesaikan, diperparah oleh tekanan dari dinamika global. Rizal mengemukakan bahwa meskipun konsumsi rumah tangga dan investasi tetap menjadi motor utama pertumbuhan ekonomi 2024, keduanya mulai menunjukkan tanda-tanda kelelahan. Melemahnya daya beli masyarakat, berkurangnya jumlah kelas menengah, serta deflasi yang terjadi selama lima bulan berturut-turut menjadi indikator serius yang justru diabaikan pemerintah. Ironisnya, kondisi ini terjadi di tengah tahun politik, di mana alokasi anggaran untuk perlindungan sosial (parlinsos) begitu besar, didorong oleh agenda politik seperti pileg, pilpres, pilkada, hingga momen hari raya dan tahun baru. Namun, anggaran besar tersebut gagal dioptimalkan untuk memperkuat daya beli masyarakat secara berkelanjutan.
Lebih jauh, Rizal juga menegaskan bahwa investasi atau Pembentukan Modal Tetap Bruto (PMTB) belum memberikan dampak signifikan dalam menciptakan lapangan kerja baru. Apalagi daya saing industi dan perdagangan yang masih stagnan. Kondisi tersebut berpotensi menghambat pertumbuhan jangka panjang jika pemerintah tetap berdiam diri. Oleh karena itu, pemerintahan Prabowo harus mampu mengubah arah kebijakan investasi dengan meningkatkan realisasi investasi di sektor riil yakni industri padat karya berorientasi ekspor dengan hilirisasi industri. Untuk itu, momentum ekspansi industri saat ini dengan nilai PMI 50, maka realisasi hilirisasi industri komoditas strategis menjadi kunci menggapai pertumbuhan ekonomi tinggi.
Abdul Manap Pulungan, Peneliti Center Macroeconomics and Finance INDEF, menjelaskan bahwa kebijakan moneter ketat sepanjang 2024, baik lewat kenaikan BI rate maupun penerbitan SRBI, menyebabkan distorsi pasar kredit dan sektor fiskal. SRBI yang menawarkan imbal hasil tinggi mendorong peningkatan penempatan dana perbankan ke instrument tersebut. Hal itu menyerap likuiditas bank yang besar sehingga menurunkan penyaluran kredit. Distorsi lain terlihat dari peningkatan beban fiskal karena lelang SBN semakin mahal.
Penerbitan SRBI berkonsekuensi pada perebutan dana sektor moneter, fiskal dan perbankan di tengah pasar keuangan dangkal. Menurut Manap, pertumbuhan ekonomi rendah disebabkan oleh pertumbuhan kredit yang terbatas. Hal itu dipengaruhi kebijakan moneter untuk mengelola nilai tukar. Sementara itu, inflasi domestik cenderung menurun, idealnya, memberikan sinyal bahwa koreksi suku bunga bisa dilakukan.
Manap juga menuturkan bahwa penurunan daya beli terkonfirmasi dari pelemahan pertumbuhan kredit. Kredit multiguna tumbuh rendah sedangkan kredit KPR kategori sd 21 M2 tumbuh negatif hingga 6,9 persen (yoy). Sementara itu, kredit umkm, khususnya kredit usaha menengah, tumbuh rendah.
Riza Annisa, Peneliti Center Macroeconomics and Finance INDEF, mengatakan bahwa kontribusi pemerintah pada pembentukan PDB menurut sektoral ini terus mengalami perlambatan hingga bergerak di sekitar 3 persenan, dibandingkan 2010 yang porsinya mencapai 3,78 persen. Hal serupa juga terjadi jika dilihat dari sisi Pengeluaran. Pertumbuhan pengeluaran konsumsi pemerintah selalu lebih rendah dibandingkan dengan pertumbuhan ekonomi dengan porsi kontribusi yang terus melambat. Kontribusi pengeluaran konsumsi pemerintah terhadap PDB menurun dari rata-rata 9 persenan, dalam tiga tahun terakhir kontribusinya berada di kisaran 7 persen.
Menurut Riza, perlambatan kontribusi pemerintah ini perlu menjadi pertimbangan pemerintah dalam merealokasi anggaran hasil dari efisiensi. Realokasi anggaran idealnya disalurkan ke sektor-sektor yang dapat memberikan dampak berganda dan mempunyai kontribusi besar pada pembentukan PDB. Jangan sampai belanja pemerintah ini kemudian semakin turun kontribusinya pada pembentukan PDB.
Riza juga menjelaskan bahwa jika realokasi anggaran digunakan untuk program Makan Bergizi Gratis, maka perlu dipastikan bahwa program MBG ini berjalan sesuai dengan konsep awal yaitu melibatkan UMKM, memberdayakan pangan lokal-yang berarti ada dorongan pada sektor pertanian, dan menyerap tenaga kerja baru di daerah, sehingga program MBG memberikan dampak berganda pada perekonomian. Dengan demikian program MBG perlu memperbaiki dan meningkatkan tata kelola, sistem pengawasan, evaluasi dan transparasi anggaran menjadi lebih baik.(*/tim redaksi 07)
Mari Simak Coverage Riset Data Spesifik Duniaindustri.com:
Market database
Manufacturing data
Market research data
Market leader data
Market investigation
Market observation
Market intelligence
Monitoring data
Market Survey/Company Survey
Multisource compilation data
Market domestic data
Market export data
Market impor data
Market directory database
Competitor profilling
Market distribution data
Company database/directory
Mapping competition trend
Profiling competitor strategy
Market data analysist
Historical data
Time series data
Tabulation data
Factory directory database
Market segmentation data
Market entry strategy analysist
Big data processor
Financial Modeling/Feasibility Study
Price trend analysist
Data business intelligence
Customized Direktori Database* Butuh data spesifik atau riset pasar, total ada 304 database, klik di sini
** Butuh competitor intelligence, klik di sini
*** Butuh copywriter specialist, klik di sini
**** Butuh content provider (branding online), klik di sini
***** Butuh jasa medsos campaign, klik di siniDatabase Riset Data Spesifik Lainnya:
- Butuh data spesifik atau riset pasar, total ada 304 database, klik di sini
- Butuh 28 Kumpulan Database Otomotif, klik di sini
- Butuh 18 Kumpulan Riset Data Kelapa Sawit, klik di sini
- Butuh 20 Kumpulan Data Semen dan Beton, klik di sini
- Butuh 21 Kumpulan Riset Data Baja, klik di sini
- Butuh 15 Kumpulan Data Transportasi dan Infrastruktur, klik di sini
- Butuh 17 Kumpulan Data Makanan dan Minuman, klik di sini
- Butuh 9 Kumpulan Market Analysis Industri Kimia, klik di sini
- Butuh 7 Kumpulan Data Persaingan Pasar Kosmetik, klik di sini
- Butuh competitor intelligence ataupun riset khusus (survei & observasi), klik di sini
- Butuh copywriter specialist, klik di sini
- Butuh content provider (online branding), klik di sini
- Butuh market report dan market research, klik di sini
- Butuh perusahaan konsultan marketing dan penjualan, klik di sini
- Butuh menjaring konsumen korporasi dengan fitur customize direktori database perusahaan, klik di sini
Duniaindustri Line Up:
![](https://i0.wp.com/duniaindustri.com/wp-content/uploads/2013/08/big-data-image.jpg?resize=241%2C181)
detektif industri pencarian data spesifik
Portofolio lainnya:
![](https://i1.wp.com/duniaindustri.com/wp-content/uploads/2020/02/foto-buku-rahasia-marketing-9.jpg?resize=523%2C355)
Buku “Rahasia Sukses Marketing, Direktori 2.552 Perusahaan Industri”
Atau simak video berikut ini:
Contoh testimoni hasil survei daerah: