Duniaindustri.com (Agustus 2015) – Saat ekonomi lesu dan nilai tukar rupiah melemah di atas Rp 14.054/US$, PT Unilever Indonesia Tbk (UNVR), raksasa consumer goods, justru merealisasikan ekspansi pabrik baru dengan nilai investasi Rp820 miliar. Pabrik baru yang akan memproduksi kecap dan bumbu masak itu berkapasitas 7 miliar unit atau 330.000 ton per tahun.
“Pabrik dengan nilai investasi sebesar Rp 820 miliar itu merupakan bagian dari nilai total investasi perseroan sebesar Rp 8,5 triliun selama lima tahun sejak 2010 hingga akhir 2015,” kata Sancoyo Antarikso, External Relations, Director & Corporate Secretary Unilever.
Semula perseroan berencana menganggarkan dana sebesar Rp 500 miliar untuk investasi pabrik seluas 63.000 m2 tersebut. Namun seiring meningkatnya permintaan dan dampak pelemahan rupiah, akhirnya perseroan menambah pendanaan pabrik tersebut menjadi Rp 820 miliar.
“Sewaktu kami mendaftar ke BKPM, kami mendaftarkan investasi sebesar Rp 500 miliar, namun terjadi kebutuhan yang meningkat sehingga pendanaannya meningkat menjadi Rp 820 miliar. Bertambahnya investasi dikarenakan tingginya permintaan sehingga kami harus menambah kapasitas dan ada komponen seerti mesin yang kami impor sehingga kami membelinya dalam dolar,” ujar Sancoyo.
Sementara itu, kapasitas produksi pabrik saat ini cukup untuk pemenuhan kebutuhan dalam dua hingga tiga tahun mendatang. Adapun pabrik baru tersebut untuk lini produk bumbu masak seperti kecap Bango, Royco dan Knorr.
Dengan kapasitas tersebut, lanjut dia, Unilever berharap dapat memenuhi permintaan dalam negeri terlebih dahulu. Ke depan, pabrik ini juga akan memenuhi permintaan ekspor ke beberapa negara di Asia, Eropa, dan Afrika.
Tahun ini, Unilever menyiapkan belanja modal Rp 1,1 triliun – Rp 1,2 triliun atau relatif stagnan dibanding alokasi belanja modal tahun sebelumnya. Dana tersebut akan digunakan untuk mendanai peningkatan kapasitas beberapa lini produksi pabrik serta perluasan jaringan distribusi divisi es krim perseroan.
“Untuk tahun ini kami mengalokasikan belanja modal Rp 1,1 triliun hingga Rp 1,2 triliun atau sama dengan alokasi tahun lalu. Kami tidak mengurangi alokasi belanja modal tahun ini kendati ada perlambatan ekonomi,” kata Sancoyo.
Sebagian besar belanja modal tahun ini akan dipenuhi dari kas internal. Namun, apabila jumlahnya tidak mencukupi, perseroan akan memenuhi sebagian sisanya dari pinjaman bank. Hingga akhir 2014, perseroan tercatat memiliki kas dan setara kas sebesar Rp 859 miliar. “Capex hingga Juni sekitar Rp 615 miliar yang diegunakan untuk meningkatkan kapasitas pabrik dan menambah jumlah kabinet es krim,” ujarnya.
Menurut dia, sepanjang tahun ini perseroan terus berencana melakukan ekspansi dan investasi meski perekonomian dalam negeri masih dibayangi perlambatan. Pada kuartal II ini misalnya, perseroan melalui sister company yakni PT Unilever Oleochemical Indonesia menyatakan siap mengoperasikan pabrik barunya yang berlokasi di Sei Mangke, Sumatera Utara. Perseroan akan menyerap sekitar 5% produk oleochemical dari pabrik baru tersebut yang akan digunakan sebagai bahan baku untuk meningkatkan fleksibilitas produksi perusahaan.(*)
1. Detektif Industri
2. Datapedia Marketplace
3. Invest-with-Us
4. Share-to-sell
5. Share-to-buy
6. Download data industri