Duniaindustri.com (September 2015) – Dua negara adidaya di dunia, yakni Amerika Serikat (AS) dan Eropa, ternyata sangat mempengaruhi kinerja industri tekstil di Indonesia. Perekonomian AS dan Eropa terbukti sensitif terhadap ekspor tekstil dan produk tekstil asal Indonesia.
Menurut hasil analisis PT Mandiri Sekuritas, setiap 1% kenaikan ekonomi AS, akan meningkatkan 1,5% pertumbuhan ekspor tekstil dan produk tekstil (TPT) Indonesia ke AS pada tiga kuartal berikutnya. Sedangkan setiap 1% kenaikan ekonomi kawasan Eropa, akan meningkatkan 3% pertumbuhan ekspor TPT Indonesia ke kawasan Eropa pada dua kuartal berikutnya.
Dalam hal ini, produk ekspor Indonesia masih harus bersaing dengan produk kompetitor seperti dari Vietnam memperebutkan peluang membaiknya pasar AS. Pangsa pasar ekspor TPT Indonesia di pasar utama AS dan Eropa sendiri relatif kecil, bahkan cenderung menurun. Di pasar AS, pangsa ekspor TPT Indonesia sebesar 3.8%, turun dibandingkan tahun 2009 yang sebesar 4,9%, sedangkan di pasar Eropa sebesar 0,9%, turun dari 1% pada 2009.
Berdasarkan data Asosiasi Pertekstilan Indonesia (API), tingkat utilisasi produksi industri TPT secara keseluruhan berada pada kisaran 80%. Nilai penjualan industri TPT nasional rata-rata sebesar US$ 20 miliar selama tiga tahun terakhir. Penjualan ekspor mendominasi omzet TPT Indonesia (>60%), khususnya garmen. Mengingat besarnya porsi ekspor, kinerja industri TPT Indonesia akan sangat dipengaruhi kondisi perekonomian global, terutama AS dan Eropa sebagai pasar ekspor TPT terbesar Indonesia. Pada 2014, perekonomian AS diproyeksikan mengalami perbaikan. Namun demikian, dampaknya terhadap pemulihan industri TPT Indonesia diperkirakan belum akan dirasakan signifikan secara langsung di 2014.
Ketua Asosiasi Pertekstilan Indonesia (API) Ade Sudrajat menyatakan ekspor TPT pada 2015 diproyeksikan sama dengan tahun lalu senilai US$ 12,7 miliar. Pelemahan ekonomi dan berbagai kendala di dalam negeri menyebabkan industri tekstil Indonesia sulit bersaing di pasar ekspor.
“Tarif listrik yang terus meningkat menjadi salah satu penyebab industri dalam negeri sulit bersaing dengan produk asing. Komponen listrik menyumbang 18%-20% dari total biaya operasional industri hulu tekstil, sementara di industri hilir berkisar 2%-15%,” ujarnya.
Dia menilai ekspor TPT Indonesia tidak bisa memberikan kejutan sebagaimana Vietnam yang bisa melipatgandakan ekspornya, lantaran Indonesia belum menyepakati sejumlah perjanjian perdagangan bebas dengan Eropa dan Amerika.(*/berbagai sumber)