Duniaindustri.com (Mei 2021) – Sejumlah ekonom menilai vaksin gotong royong dapat memicu diskriminasi karena faktanya hanya dapat diikuti pegawai dari perusahaan besar dan multinasional. Diskriminasi bisa terjadi lantara pengusaha menengah dan kecil akan kesulitan menalangi pelayanan vaksinasi, terutama di masa pandemi yang cenderung melemahkan penjualan dan mempengaruhi cash flow.
“Harga vaksin gotong royong ditetapkan Rp 321.660, dengan tarif maksimal pelayanan vaksinasi sebesar Rp 117.910. Total biaya maksimal untuk dua kali vaksinasi, termasuk harga pembelian dan pelayanan vaksinasi, yaitu Rp 879.140 per orang. Total biaya tersebut terlalu mahal bagi pengusaha kecil dan menengah,” ujar Ekonom Senior Fadhil Hasan yang juga pendiri Narasi Institute dalam keterangan tertulis di Jakarta, minggu lalu.
Fadhil Hasan menilai pekerja dari perusahaan kecil dan menengah tidak akan berkesempatan mendapatkan vaksin gotong royong dan akhirnya dengan sabar harus menunggu vaksin gratis dari pemerintah. “Pemulihan ekonomi harusnya berawal bukan hanya dari perusahaan besar namun juga seluruh jenis badan usaha baik menengah maupun kecil. Harga yang mahal menyebabkan usaha kecil dan menengah meminta pegawainya mencari sendiri vaksin gratis dari pemerintah, mengingat usianya masih produktif, mereka harus menunggu sampai prioritas terakhir,” tambah Fadhil Hasan.
Fadhil Hasan berharap harga vaksin gotong royong perlu dijelaskan detail dan transparan kepada publik. “Untuk menghindari persepsi diskriminasi dan motif bisnis, Kementerian BUMN, Kemenkes dan BIOFARMA perlu menyampaikan transparansi cost structure dari vaksin gotong royong kepada publik. Berapa biaya vaksin Sinopharm dan kenapa hanya vaksin tertentu saja yang digunakan. Seharusnya vaksin gotong royong tidak hanya diikuti oleh perusahaan besar saja karena mahalnya harga dibebankan kepada perusahaan tersebut. Harga Vaksin Gotong Royong yang terlalu mahal ini banyak dikeluhkan pengusaha kecil dan menengah yang akan melakukan vaksinasi kepada pegawainya, sehingga dikhawatirkan hanya dapat dijangkau oleh pengusaha besar saja,” ujar Fadhil Hasan.
Di sisi lain, Ekonom Achmad Nur Hidayat menilai vaksinasi gotong royong harus terbebas dari motif bisnis dari kelompok pihak tertentu. “Harga vaksin gotong-royong yang mahal dan penggunaan jenis vaksinnya tunggal yaitu vaksin asal China, Sinopharm, menimbulkan kesan bahwa vaksin gotong royong ini motifnya bisnis semata. Everything about pharmacy business,” jelas Achmad Nur Hidayat yang juga Direktur Eksekutif Narasi Institute.
Harga Vaksin Gotong Royong ditetapkan Rp 321.660, dengan tarif maksimal pelayanan vaksinasi sebesar Rp 117.910 berdasarkan Keputusan Menteri Kesehatan (KMK) No. HK.01.07/Menkes/4643/2021 tentang Penetapan Besaran Harga Pembelian Vaksin Produksi Sinopharm melalui penunjukan PT Bio Farma (Persero) dalam Pelaksanaan Pengadaan Vaksin Covid-19 dan Tarif Maksimal Pelayanan untuk Pelaksanaan Vaksinasi Gotong Royong.
“Pemilihan jenis vaksin tertentu dari vaksin gotong royong juga menimbulkan persepsi publik bahwa vaksin gotong-royong pada akhirnya memiliki motif bisnis, di antaranya bisnis vaksin yang memberikan keuntungan kepada perusahan-perusahan farmasi dunia, terlebih lagi kemampuan produksi vaksin hanya ada dibeberapa negara tertentu saja,” paparnya.
Dia mengaku heran kenapa pemerintah tidak memprioritaskan vaksin dalam negeri sendiri, padahal ini menyangkut ketahanan dan kesehatan nasional. Dia mempertanyakan kenapa vaksin merah putih tidak dipercepat riset dan pemasaran sehingga bisa digunakan dalam vaksin gotong royong maupun vaksin gratis pemerintah.
“Optimalisasi vaksin inovasi anak negeri sendiri akan mengurangi ketergantungan Indonesia terhadap perusahaan-perusahaan farmasi akan kebutuhan vaksin. Presiden Jokowi ingin vaksinasi selesai tahun 2021 ini, sementara vaksin inovasi anak negeri baru dapat muncul dipasaran pada awal 2022. Dengan begitu vaksin inovasi anak negeri menjadi kurang bermakna bagi penghematan angggaran vaksin dan kepentingan nasional,” katanya.(*/tim redaksi 08/Safarudin/Indra)
Mari Simak Coverage Riset Data Spesifik Duniaindustri.com:
Market database
Manufacturing data
Market research data
Market leader data
Market investigation
Market observation
Market intelligence
Monitoring data
Market Survey/Company Survey
Multisource compilation data
Market domestic data
Market export data
Market impor data
Market directory database
Competitor profilling
Market distribution data
Company database/directory
Mapping competition trend
Profiling competitor strategy
Market data analysist
Historical data
Time series data
Tabulation data
Factory directory database
Market segmentation data
Market entry strategy analysist
Big data processor
Financial Modeling/Feasibility Study
Price trend analysist
Data business intelligence
Customized Direktori Database* Butuh data spesifik atau riset pasar, total ada 224 database, klik di sini
** Butuh competitor intelligence, klik di sini
*** Butuh copywriter specialist, klik di sini
**** Butuh content provider (branding online), klik di sini
***** Butuh jasa medsos campaign, klik di siniDatabase Riset Data Spesifik Lainnya:
- Butuh data spesifik atau riset pasar, total ada 224 database, klik di sini
- Butuh 25 Kumpulan Database Otomotif, klik di sini
- Butuh 18 Kumpulan Riset Data Kelapa Sawit, klik di sini
- Butuh 15 Kumpulan Data Semen dan Beton, klik di sini
- Butuh 11 Kumpulan Riset Data Baja, klik di sini
- Butuh 15 Kumpulan Data Transportasi dan Infrastruktur, klik di sini
- Butuh 17 Kumpulan Data Makanan dan Minuman, klik di sini
- Butuh 6 Kumpulan Market Analysis Industri Kimia, klik di sini
- Butuh 3 Kumpulan Data Persaingan Pasar Kosmetik, klik di sini
- Butuh competitor intelligence ataupun riset khusus (survei & observasi), klik di sini
- Butuh copywriter specialist, klik di sini
- Butuh content provider (online branding), klik di sini
- Butuh market report dan market research, klik di sini
- Butuh perusahaan konsultan marketing dan penjualan, klik di sini
- Butuh menjaring konsumen korporasi dengan fitur customize direktori database perusahaan, klik di sini
Duniaindustri Line Up:
detektif industri pencarian data spesifik
Portofolio lainnya:
Atau simak video berikut ini: