Latest News
You are here: Home | Umum | Dinilai Kontraproduktif, Rencana Kenaikan PPN Bakal Dongkrak Biaya Produksi
Dinilai Kontraproduktif, Rencana Kenaikan PPN Bakal Dongkrak Biaya Produksi

Dinilai Kontraproduktif, Rencana Kenaikan PPN Bakal Dongkrak Biaya Produksi

Duniaindustri.com (Mei 2021) – Rencana pemerintah menaikkan tarif Pajak Pertambahan Nilai (PPN) pada tahun depan dinilai kontraproduktif karena justru akan menurunkan pendapatan negara. Peneliti Institute for Development of Economics and Finance (INDEF) Ahmad Heri Firdaus menilai kenaikan PPN pasti meningkatkan biaya produksi dan jika pandemi masih berlangsung pada 2022 maka masyarakat akan menahan daya belinya.

Menurut dia, apabila tarif PPN dinaikkan terus menerus bahkan melebihi titik optimal akan justru menurunkan pendapatan atau penerimaan secara agregat. “Keputusan tersebut pada akhirnya akan memaksa masyarakat untuk menahan konsumsi membuat permintaan barang dan jasa akan turun sehingga berdampak pada sektor usaha yaitu penurunan utilisasi,” ujarnya di Jakarta, Selasa (11/5).

Kemudian jika sektor usaha menurunkan utilisasi produksi dan penjualannya maka berdampak pada berkurangnya penyerapan tenaga kerja sehingga pendapatan masyarakat akan turun. “Jika pendapatan masyarakat turun maka konsumsi turun dan akan menghambat pemulihan ekonomi pasca pandemi. Kalau pemulihan ekonomi terhambat tentu saja pendapatan negara tak kunjung optimal,” katanya.

Ia mengatakan jika PPN naik menjadi single tarif maka industri akan memerlukan modal kerja tambahan sementara pihak perbankan berencana menurunkan plafon kredit bagi beberapa industri.

Menurutnya, jika sumber tambahan modal kerja turun maka industri akan mengalami kesulitan untuk memperoleh modal kerja sehingga semakin terhambat dalam melakukan ekspansi untuk produksi karena biaya semakin tinggi.

“Sulitnya perolehan modal kerja akan semakin menekan utilisasi industri maka dengan rendahnya utilisasi industri maka kenaikan PPN tidak akan berikan manfaat bagi pemerintah,” ujarnya.

Oleh sebab itu, Heri menyarankan pemerintah untuk lebih memperluas basis pajak PPN dengan menjaring Wajib Pajak (WP) baru dan bukan justru menaikkan tarifnya. “Dicoba untuk menjaring WP baru salah satunya dengan menertibkan ritel non Pengusaha Kena Pajak (PKP) yang menggunakan fasilitas non PKP,” katanya.

Ia mengatakan penertiban ini harus dilakukan mengingat banyak pengusaha kelas menengah dan bawah yang menyiasati agar dapat menggunakan fasilitas non PKP. Heri menjelaskan para pengusaha menyiasati dengan membagi perusahaan menjadi beberapa CV namun pemilik masih sama agar mereka mendapat fasilitas non PKP.

“Ambang batas PKP dinaikkan jadi Rp4,8 miliar tadinya Rp600 juta. Jika itu dikembalikan lagi dari Rp4,8 miliar diturunkan menjadi lebih rendah maka akan lebih banyak terjaring WP baru yang seharusnya mampu jadi PKP tapi karena disiasati jadi banyak kecolongan,” jelasnya. (*/tim redaksi 08 & 10/Safarudin/Indra)

Mari Simak Coverage Riset Data Spesifik Duniaindustri.com:

Market database
Manufacturing data
Market research data
Market leader data
Market investigation
Market observation
Market intelligence
Monitoring data
Market Survey/Company Survey
Multisource compilation data
Market domestic data
Market export data
Market impor data
Market directory database
Competitor profilling
Market distribution data
Company database/directory
Mapping competition trend
Profiling competitor strategy
Market data analysist
Historical data
Time series data
Tabulation data
Factory directory database
Market segmentation data
Market entry strategy analysist
Big data processor
Financial Modeling/Feasibility Study
Price trend analysist
Data business intelligence
Customized Direktori Database

* Butuh data spesifik atau riset pasar, total ada 224 database, klik di sini
** Butuh competitor intelligence, klik di sini
*** Butuh copywriter specialist, klik di sini
**** Butuh content provider (branding online), klik di sini
***** Butuh jasa medsos campaign, klik di sini

Database Riset Data Spesifik Lainnya:

  • Butuh data spesifik atau riset pasar, total ada 224 database, klik di sini
  • Butuh 25 Kumpulan Database Otomotif, klik di sini
  • Butuh 18 Kumpulan Riset Data Kelapa Sawit, klik di sini
  • Butuh 15 Kumpulan Data Semen dan Beton, klik di sini
  • Butuh 11 Kumpulan Riset Data Baja, klik di sini
  • Butuh 15 Kumpulan Data Transportasi dan Infrastruktur, klik di sini
  • Butuh 17 Kumpulan Data Makanan dan Minuman, klik di sini
  • Butuh 6 Kumpulan Market Analysis Industri Kimia, klik di sini
  • Butuh 3 Kumpulan Data Persaingan Pasar Kosmetik, klik di sini
  • Butuh competitor intelligence ataupun riset khusus (survei & observasi), klik di sini
  • Butuh copywriter specialist, klik di sini
  • Butuh content provider (online branding), klik di sini
  • Butuh market report dan market research, klik di sini
  • Butuh perusahaan konsultan marketing dan penjualan, klik di sini
  • Butuh menjaring konsumen korporasi dengan fitur customize direktori database perusahaan, klik di sini

Duniaindustri Line Up:

detektif industri pencarian data spesifik

Portofolio lainnya:

Buku “Rahasia Sukses Marketing, Direktori 2.552 Perusahaan Industri”

Atau simak video berikut ini:

 

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

*

Scroll To Top