Duniaindustri.com (April 2014) — Debut saham PT Eka Sari Lorena Transport Tbk (LRNA) di lantai Bursa Efek Indonesia cukup mengejutkan, ditutup turun cukup dalam sebesar Rp120 atau 13,3 persen ke Rp780 dari harga awal Rp 900. Sempat naik hingga Rp 990 dalam semenit pertama perdagangannya, saham dengan kode LRNA ini terus dihujani aksi jual (selloff) hingga akhir perdagangan hari pertama.
Naik-turun dalam investasi saham memang sudah biasa. Tapi turun hingga 13% pada debut hari pertama, cukup mengejutkan karena jarang terjadi. Hal ini mengindikasikan sejumlah hal, antara lain apakah valuasi harga kemahalan, ada strategi sebagian pelaku pasar yang ingin menampung saham di harga murah, atau justru sektor industri yang digeluti perusahaan tidak prospektif sehingga berdampak pada kinerja keuangannya.
Sekadar informasi, Lorena melepas sebanyak 150 juta lembar saham atau setara dengan 42,86% dari total modal ditempatkan dan disetor. Nilai nominal dari saham ini adalah Rp500. Bersamaan dengan IPO ini, perseroan juga menerbitkan 30 juta lembar waran seri I. Waran ini akan diberikan kepada setiap pemegang saham yang namanya tercatat dengan rasio tiap lima saham akan mendapat satu waran.
Nilai nominal dari waran ini juga Rp500. Waran ini dapat dieksekusi pada periode pelaksanaan waran selama 54 bulan, yakni mulai tanggal 14 Oktober 2014 sampai 13 April 2009. Dana dari IPO ini sebesar Rp 135 miliar akan dipergunakan untuk pengembangan investasi baru armada bus AKAP, APTB dan BKTB serta rekondisi bus lama dengan porsi sampai 81%.
Lalu, sebanyak 16% dipergunakan untuk fasilitas infrastruktur depo dan workshop Busway TransJakarta di Ceger, Jakarta Timur. Lalu sisanya 3% akan digunakan untuk modal kerja. Berperan sebagai penjamin pelaksana efek adalah PT Valbury Asia Securities.
Jika dilihat dari penggunaan dana IPO, cukup logis perusahaan mengutamakan ekspansi armada untuk menunjang pertumbuhan kinerja keuangan ke depan, dan bukan untuk melunasi utang. Artinya, perusahaan menggunakan dana IPO secara produktif.
“Penggunaan dana IPO mayoritas akan dipakai untuk peremajaan armada,” ujar Senior Advisor Eka Sari Lorena Dwi Rianta Soerbakti.
Dia mengatakan, dengan adanya dana segar dari IPO perseroan berharap dapat berperan lebih di industri transportasi, apalagi pemerintah provinsi DKI Jakarta sedang meremajakan bus kota dengan membuka tender untuk Transjakarta dan Angkutan Penumpang Terintegrasi Busway (APTB).
“Kami sudah masuk di Transjakarta, akan masuk ke APTB. Kita juga sudah ada izin Jabar-Jakarta, untuk daerah lain seperti Tanggerang Selatan akan kita selesaikan,” katanya.
Research Department PT Asjaya Indosurya Securities William Surya Wijaya menilai jika melihat dari lini bisnisnya sebenarnya emiten ini cukup menarik, tapi karena fokus bisnis yang dilihat angkutan darat antar provinsi ini yang akan cukup berat.
“Karena orang akan lebih suka pesawat atau travel jika antar provinsi, karena bisa sampai ditempt tujuan kalau travel dan untuk pesawat efisiensi waktu juga lebih cepat, jika bus kan harus berhentinya di terminal,” paparnya.
Dia menegaskan, calon emiten yang bergerak di bidang transportasi ini apabila sahamnya ingin mendapat tempat di investor harus ada pengembangan.
Pasalnya sudah ada beberapa emiten transportasi lainnya yang seperti PT Garuda Indonesia Tbk (GIAA) yang saat ini harga sahamnya Rp480 per saham, harga saham PT Cipaganti Citra Graha Tbk (CPGT) Rp250 per saham, harga saham PT Express Transindo Utama Tbk (TAXI) Rp1.535 per saham
“Jika dia tidak ada pengembangan untuk varian transportasinya maka bisa jadi kurang menarik,” tegas William.
Sementara itu, mengenai rencana Lorena mengembangkan bisnisnya dengan membangun SPBU dan SPBG kata William itu nantinya sebagai penunjang bisnis perusahaan. “Itu yang akan menunjang bisnis dia nantinya,” tutupnya.
Setelah kurang menggembirakan dalam debut perdananya, masih menarik untuk disimak bagaimana kelanjutan pergerakan saham Lorena, mengingat penurunan yang cukup dalam di hari pertama. Apakah tren selloff akan terus terjadi atau justru peluang spekulasi untuk mendongkrak harga bakal lebih dominan, pasar yang akan menjawabnya.(*/berbagai sumber)