Duniaindustri.com (April 2019) – Asosiasi produsen farmasi asing (International Pharmaceutical Manufacturer Group/IPMG) mencatat dari 25 ribu obat yang terdaftar, sekitar 95% bahan bakunya masih bergantung pada produk impor. Kondisi tersebut menjadi salah satu tantangan bagi perkembangan industri farmasi di Indonesia.
“Industri farmasi dalam 4 sampai 5 tahun belakangan menghadapi tantangan yang cukup signifikan. Terutama pasca diberlakukannya Sistem Jaminan Kesehatan Nasional (JKN) per 1 Januari 2014. IPMG menilai, skema pengadaan dan distribusi obat dalam program JKN dinilai perlu ditata ulang atau diperbaiki, mengingat sistem tersebut, yang ada saat ini masih belum terprogram dengan baik, sehingga cenderung menghambat pertumbuhan industri farmasi nasional,” ujar Parulian Simandjuntak, Direktur Eksekutif IPMG, di Jakarta, kemarin.
Menurut dia, sistem pengadaan obat yang belum tertata baik dalam JKN juga menekan pertumbuhan industri farmasi nasional. Dari yang semula mampu tumbuh di atas 10% sebelum diberlakukannya JKN, menjadi hanya tumbuh di bawah 10% pasca pemberlakuan JKN.
Parulian menambahkan, selain dihadapkan pada kendala dalam sistem JKN, industri farmasi nasional juga saat ini menghadapi kendala pasca diberlakukannya Undang-Undang Nomor 33 Tahun 2014 tentang Jaminan Produk Halal (UU JPH). Menurutnya, obat dan vaksin dan produk biologi lainnya itu memang pada dasarnya tidak diharuskan untuk sertifikasi halal.
Parulian berpendapat seharusnya istilah yang digunakan bukan “dikecualikan”, tetapi justru “dibebaskan” dari kewajiban sertifikasi halal. Parulian mengungkapkan dari 25 ribu obat-obatan yang terdaftar, 95% bahan bakunya adalah impor. Sehingga, proses sertifikasi halal menjadi problem untuk obat-obatan karena proses sertifikasi halal itu mulai dari awal sampai akhir.
Sementara itu, Kementerian Perindustrian (Kemenperin) mencatat industri farmasi, produk obat kimia dan obat tradisional tumbuh sebesar 4,46% pada 2018. Kontribusi industri farmasi, produk obat kimia dan obat tradisional mencapai 2,78% terhadap Produk Domestik Bruto (PDB) industri pengolahan nonmigas.
Duniaindustri.com menilai pertumbuhan industri farmasi 2018 cenderung melambat karena di bawah pertumbuhan ekonomi nasional tahun lalu sebesar 5,17%. Hal ini menandakan tantangan yang cukup pelik dihadapi industri tersebut.
Meski demikian, Menteri Perindustrian Airlangga Hartarto mengatakan kinerja industri farmasi cukup baik dalam beberapa tahun belakangan. “Angka (pertumbuhan) ini terus meningkat selama lima tahun terakhir,” kata Airlangga, di Cimanggis, Rabu (27/3).
Saat ini neraca ekspor-impor industri farmasi masih menunjukkan defisit. Walaupun nilai ekspor komoditas ini mengalami peningkatan dari US$ 1,01 miliar pada 2017, menjadi US$ 1,13 miliar pada tahun lalu. Dalam rangka pengembangan industri, pemerintah mempunyai kebijakan pembangunan industri nasional. Kebijakan ini tertuang dalam Undang-Undang Nomor 3 Tahun 2014 tentang Perindustrian dan Peraturan Pemerintah (PP) Nomor 14 Tahun 2015 tentang Rencana Induk Pembangunan Industri Nasional (RIPIN) 2015-2035.
Dalam kebijakan tersebut, industri farmasi dan bahan farmasi termasuk industri prioritas yang berperan besar sebagai penggerak utama (prime mover) perekonomian. Sebagai industri andalan masa depan, industri farmasi dan bahan farmasi terus dikembangkan melalui berbagai insentif.
“Salah satunya dengan pengurangan pajak maupun bea masuk yang ditanggung pemerintah serta bentuk insentif lainnya,” kata dia.
Menurut Airlangga, industri farmasi memiliki kekhususan sendiri. Farmasi termasuk industri yang padat modal (capital intensive), menggunakan teknologi tinggi (high technology), padat kajian (research and development intensive, aturannya ketat heavily regulated, dan pasarnya terfragmentasi (fragmented market). Saat ini industri farmasi di dalam negeri sebanyak 206 perusahaan. Jumlah tersebut didominasi oleh 178 perusahaan swasta nasional, 24 perusahaan multi-nasional dan empat Badan Usaha Milik Negara (BUMN). Industri farmasi dalam negeri termasuk industri yang telah lama berdiri dan mampu memenuhi 75 persen kebutuhan obat dalam negeri.
Namun, Airlangga mengaku bahwa industri farmasi saat ini masih terkendala produksi bahan baku, sehingga hampir 90 persen bahan bakunya masih dipenuhi dari impor. Oleh karena itu, pemerintah akan berupaya menggenjot angka investasi di sektor hulu farmasi. “Kita masih mengimpor US$ 4 miliar dalam bahan baku obat dan sekitar US$ 800 juta dalam bentuk obat jadi,” ujarnya.(*/tim redaksi 07/Safarudin)
Atau Mari Simak Coverage Riset Data Spesifik Duniaindustri.com:
Market database
Manufacturing data
Market research data
Market leader data
Market investigation
Market observation
Market intelligence
Monitoring data
Market Survey/Company Survey
Multisource compilation data
Market domestic data
Market export data
Market impor data
Market directory database
Competitor profilling
Market distribution data
Company database/directory
Mapping competition trend
Profiling competitor strategy
Market data analysist
Historical data
Time series data
Tabulation data
Factory directory database
Market segmentation data
Market entry strategy analysist
Big data processor
Financial Modeling/Feasibility Study
Price trend analysist
Data business intelligence
Annual report
* Butuh data spesifik atau riset pasar, total ada 165 database, klik di sini
** Butuh competitor intelligence, klik di sini
*** Butuh copywriter specialist, klik di sini
**** Butuh content provider (branding online), klik di sini
***** Butuh jasa medsos campaign, klik di sini
Database Riset Data Spesifik Lainnya:
- Butuh data spesifik atau riset pasar, total ada 165 database, klik di sini
- Butuh 22 Kumpulan Database Otomotif, klik di sini
- Butuh 18 Kumpulan Riset Data Kelapa Sawit, klik di sini
- Butuh 15 Kumpulan Data Semen dan Beton, klik di sini
- Butuh 8 Kumpulan Riset Data Baja, klik di sini
- Butuh 15 Kumpulan Data Transportasi dan Infrastruktur, klik di sini
- Butuh 9 Kumpulan Data Makanan dan Minuman, klik di sini
- Butuh 6 Kumpulan Market Analysis Industri Kimia, klik di sini
- Butuh 3 Kumpulan Data Persaingan Pasar Kosmetik, klik di sini
- Butuh competitor intelligence ataupun riset khusus (survei & observasi), klik di sini
- Butuh copywriter specialist, klik di sini
- Butuh content provider (online branding), klik di sini
- Butuh market report dan market research, klik di sini
Duniaindustri Line Up:
Pemasok alkes berkualitas dan termurah: