Duniaindustri.com (Juni 2021) – Kebijakan pungutan ekspor sawit terbukti mendorong ekspor produk hilir yang bernilai tambah lebih besar. Bahkan, pada empat bulan pertama 2021, ekspor produk hilir sawit mendominasi hingga 90% dari total ekspor minyak sawit asal Indonesia, sisanya produk mentah yang memiliki nilai tambah lebih rendah.
Karena itu, para pelaku usaha industri kelapa sawit mengapresiasi kebijakan pungutan ekspor sawit yang tertuang dalam Peraturan Menteri Keuangan (PMK) Nomor 191/PMK.05/2020. Dengan adanya aturan ini mendorong pelaku usaha lebih aktif dalam upaya melakukan hilirisasi produk sawit.
Ketua Umum Gabungan Industri Minyak Nabati Indonesia (GIMNI), Bernard Riedo, mengatakan dengan struktur pungutan ekspor saat ini, ekspor dalam bentuk produk hilir sawit meningkat pesat. Begitu pula investasi hilir terus bertambah di dalam negeri. Industri hilir sawit akan memberikan nilai tambah yang lebih besar dari aspek penyerapan tenaga kerja, pajak, dan devisa.
“Skema tarif pungutan sawit yang lebih tinggi kepada produk hulu, dan tarif lebih rendah untuk produk hilir sangat mendukung daya saing ekspor produk hilir Indonesia di pasar global baik itu oleofood maupun oleokimia, serta menjaga stabilitas harga produk sawit untuk makanan di pasar dalam negeri,” ungkap Bernard dalam keterangannya, Senin (28/6).
Berdasarkan data yang dikumpulkan GIMNI, komposisi ekspor produk hilir terus meningkat. Sepanjang Januari-April 2021, komposisi ekspor produk hilir (high value add) sudah mendominasi hingga 80 – 90 persen secara volume. Sedangkan, ekspor minyak sawit mentah (CPO & CPKO, low value add product) justru mengalami penurunan porsi ke arah 10 – 20 persen secara volume.
Pada Januari 2021, ekspor produk CPO dan turunannya mencapai 2,861 juta ton (24 persen Crude Oils/CO dan Palm Processed Oils/PPO sebesar 76 persen). Pada Februari 2021, volume ekspor sawit berjumlah 1,994 juta ton (crude oils 20 persen dan PPO sebesar 80 persen). Kemudian pada Maret 2021 naik menjadi 2,63 juta ton (crude oils 12 persen dan PPO 88 persen).
“Selanjutnya pada April 2021, volume ekspor kembali naik menjadi 3,078 juta ton (crude oils 10,6 persen dan PPO 89,4 persen),” sambungnya.
Sementara itu Ketua Umum Asosiasi Petani Kelapa Sawit Indonesia (Apkasindo), Gulat ME Manurung, mengakui petani sangat menikmati tingginya harga tandan buah segar (TBS) sawit di 22 provinsi yang menjadi sentra sawit. Kondisi tersebut ditopang kebijakan tarif pungutan ekspor yang diterapkan pemerintah saat ini.
Adanya skema pungutan tersebut, menurut Gulat, membuat pengusaha CPO berpikir untuk hilirisasi dalam negeri karena tarif pungutan ekspor produk hilir CPO jauh lebih rendah. “Dengan begitu, industri hilir di dalam negeri dapat tumbuh sehingga penyerapan tenaga kerja meningkat,” pungkas dia.
Raja Sektor Hilir
Indonesia diperkirakan akan menjadi raja di sektor hilir industri Sawit pada tahun 2045 mendatang. Saat ini Indonesia masih sebatas sebagai salah satu negara dengan produksi CPO (crude palm oil) terbesar di dunia. Untuk mencapai target itu program hilirisasi produk CPO terus digenjot pemerintah sejak tahun 2011 lalu.
Deputi II Bidang Pangan dan Agribisnis, Kementerian Koordinator Bidang Perekonomian, Musdhalifah Machmud mengatakan, hilirisasi industri minyak kelapa sawit menjadi salah satu bagian penting dalam pembangunan jangka panjang industri minyak sawit Indonesia, mengingat sawit merupakan salah satu komoditas strategis.
Sejak beberapa tahun terakhir pemerintah telah menggelar berbagai kebijakan dalam rangka mendorong percepatan hilirisasi industri sawit nasional. Di antaranya kebijakan insentif pajak, pengembangan kawasan industri integrasi industri hilir sawit dengan fasilitas/jasa pelabuhan, kebijakan bea keluar dan pungutan ekspor, serta kebijakan mandatori biodiesel untuk substitusi solar impor.
Menurut Musdhalifah, sejauh ini, ekspor produk hilir sawit Indonesia sudah jauh lebih besar dari produk hulu. Jika pada 2006, ekspor hulu masih sekitar 60 – 70 persen.
“Saat ini ekspor produk hilir justru mencapai 60 – 70 persen dan produk hulu hanya sekitar 30 – 40 persen,” kata Musdhalifah di Jakarta, Senin (28/6).
Hilirisasi minyak kelapa sawit yang sedang berlangsung di Indonesia saat ini dapat dikelompokkan atas tiga jalur hilirasasi, yakni jalur hilirisasi oleopangan complex, oleokimia complex, dan biofuel complex.
Pertama, Jalur Hilirisasi Oleopangan (oleofood complex) yakni industri-industri yang mengolah produk industri refinery untuk menghasilkan produk antara lain oleo pangan (intermediate oleofood) sampai pada produk jadi oleopangan (oleofood product). Berbagai produk hilir oleopangan yang telah dihasilkan di Indonesia antara lain minyak goreng sawit, margarin, vitamin A, Vitamin E, shortening, ice cream, creamer, cocoa butter/specialty-fat dan lain-lain.
Kedua, Jalur Hilirisasi Oleokimia (oleochemical complex) yakni industri-industri yang mengolah mengolah produk industri refinery untuk menghasilkan produk-produk antara oleokimia/oleokimia dasar sampai pada produk jadi seperti produk biosurfaktan, misalnya ragam produk detergen, sabun, shampo), biolubrikan (misalnya biopelumas) dan biomaterial (misalnya bioplastik).
Ketiga, Jalur Hilirisasi Biofuel (biofuel complex) yakni industri-industri yang mengolah produk industri refinery untuk menghasilkan produk-produk antara biofuel sampai pada produk jadi biofuel seperti biodiesel, biogas, biopremium, bioavtur.
Hilirisasi minyak sawit dengan tiga jalur tersebut merupakan bagian penting dari strategi industrialisasi di Indonesia, yakni kombinasi strategi promosi ekspor dan substitusi impor. Melalui hilirisasi, manfaat ekonomi (multiplier ekonomi) akan terjadi di dalam negeri.
“Dengan hilirisasi, jenis ragam produk hilir yang dihasilkan terus bertambah, dari semula berjumlah 70 produk (2011), naik menjadi 126 produk (2017), lalu meningkat menjadi 170 produk (2020), dengan dominasi produk pangan dan bahan kimia,” pungkas dia. (*/berbagai sumber/tim redaksi 08/Safarudin/Indra)
Mari Simak Coverage Riset Data Spesifik Duniaindustri.com:
Market database
Manufacturing data
Market research data
Market leader data
Market investigation
Market observation
Market intelligence
Monitoring data
Market Survey/Company Survey
Multisource compilation data
Market domestic data
Market export data
Market impor data
Market directory database
Competitor profilling
Market distribution data
Company database/directory
Mapping competition trend
Profiling competitor strategy
Market data analysist
Historical data
Time series data
Tabulation data
Factory directory database
Market segmentation data
Market entry strategy analysist
Big data processor
Financial Modeling/Feasibility Study
Price trend analysist
Data business intelligence
Customized Direktori Database* Butuh data spesifik atau riset pasar, total ada 226 database, klik di sini
** Butuh competitor intelligence, klik di sini
*** Butuh copywriter specialist, klik di sini
**** Butuh content provider (branding online), klik di sini
***** Butuh jasa medsos campaign, klik di siniDatabase Riset Data Spesifik Lainnya:
- Butuh data spesifik atau riset pasar, total ada 226 database, klik di sini
- Butuh 25 Kumpulan Database Otomotif, klik di sini
- Butuh 18 Kumpulan Riset Data Kelapa Sawit, klik di sini
- Butuh 15 Kumpulan Data Semen dan Beton, klik di sini
- Butuh 11 Kumpulan Riset Data Baja, klik di sini
- Butuh 15 Kumpulan Data Transportasi dan Infrastruktur, klik di sini
- Butuh 17 Kumpulan Data Makanan dan Minuman, klik di sini
- Butuh 6 Kumpulan Market Analysis Industri Kimia, klik di sini
- Butuh 3 Kumpulan Data Persaingan Pasar Kosmetik, klik di sini
- Butuh competitor intelligence ataupun riset khusus (survei & observasi), klik di sini
- Butuh copywriter specialist, klik di sini
- Butuh content provider (online branding), klik di sini
- Butuh market report dan market research, klik di sini
- Butuh perusahaan konsultan marketing dan penjualan, klik di sini
- Butuh menjaring konsumen korporasi dengan fitur customize direktori database perusahaan, klik di sini
Duniaindustri Line Up:
detektif industri pencarian data spesifik
Portofolio lainnya:
Atau simak video berikut ini: