Duniaindustri.com (April 2020) – Dampak pandemi virus corona (Covid-19) mulai terasa dengan terjadinya perlambatan pertumbuhan ekonomi di negeri ini. Badan Pusat Statistik (BPS) melaporkan pertumbuhan ekonomi Indonesia sepanjang kuartal I 2020 hanya mencapai 2,97% secara tahunan (year on year/yoy).
Realisasi tersebut menjadi yang terburuk dalam 20 tahun terakhir. Sebagai perbandingan, pertumbuhan ekonomi Indonesia pada 1999, atau setahun setelah krisis ekonomi 1998, pernah menyentuh angka 0,79%.
Kepala BPS Suhariyanto dalam konferensi pers secara virtual menyebutkan realisasi pertumbuhan ekonomi kuartal I 2020 ini melambat dibandingkan pertumbuhan ekonomi pada kuartal IV 2019, atau terkontraksi sebesar 2,41 persen (yoy). Realisasi pertumbuhan ekonomi kuartal I 2020 juga terkoreksi tajam dibanding periode yang sama tahun lalu 5,07%.
Dia menerangkan perlambatan ekonomi selama kuartal I 2020 itu tidak terlepas dari kondisi global maupun domestik yang juga melambat. “Kita bisa lihat seperti yang dialami negara-negara lain, perlambatan cukup dalam,” ujarnya.
Seperti telah diprediksi, lanjut dia, perekonomian global memang bakal mengalami kontraksi sebagai dampak pandemi Covid-19 yang memaksa sejumlah negara melakukan lockdown. Pandemi juga kemudian menyebabkan beberapa guncangan terhadap ekonomi global, seperti pelemahan harga komoditas serta anjloknya permintaan di negara tujuan ekspor.
“Banyak (pasar di negara tujuan ekspor) yang terkontraksi akibat pembatasan aktivitas dan lockdown untuk mengendalikan penyebaran COVID-19,” ujarnya.
Direktur Institute for Development of Economics and Finance (Indef) Tauhid Ahmad menilai pertumbuhan ekonomi kuartal I 2020 berada di luar ekspektasi semua pihak. Baik dari perkiraan pemerintah maupun konsensus ekonom. Bila dilihat data kuartal secara pola musiman memang laju perekonomian akan melaju di dua kuartal awal dan mulai menurun pada kuartal empat. Tetapi dalam situasi ini tidak mungkin kuartal II bisa meningkat. “Pengaruh PSBB (pembatasan sosial berskala besar), larangan bepergian, mudik, pembatasan kegiatan turut berpengaruh. Saya yakin kuartal dua dan tiga akan jauh lebih buruk dari kuartal pertama,” ucap Tauhid.
Di saat yang sama bantalan harus ditambah karena dalam situasi seperti ini yang kena bukan hanya kelompok miskin dan hampir miskin 40% terbawah. Tetapi kelas menengah seperti pengusaha UMKM dan pekerja di sektor informal ini juga terkena semua. “Mereka merasakan omset turun, penjualan anjlok dan terpaksa PHK karyawan, ini mereka kena. Kelas menengah ini yang menyumbang konsumsi paling besar. Belum ada skema (stimulus) yang cocok untuk kelas menengah,” ucap Tauhid.
Kepala Ekonom PT Bank Negara Indonesia (Persero) Tbk ( BBNI ), Ryan Kiryanto, juga memperkirakan pertumbuhan ekonomi di kuartal II 2020 hanya akan mampu tumbuh maksimal 2%. Begitu juga pertumbuhan ekonomi hingga akhir tahun juga diperkirakan akan mentok di level 2%. Hal itu karena aktivitas ekonomi skala industri mikro hingga besar banyak yang terkena dampak dari wabah corona.
Ryan mengaku terkejut dengan realisasi pertumbuhan ekonomi pada kuartal I 2020 yang hanya mencapai 2,97% secara year on year (yoy). Menurutnya angka ini bisa menjadi gambaran bahwa target-target pemerintah pada kuartal berikutnya juga akan meleset. Padahal di bulan Januari-Februari aktifitas perekonomian nasional masih berjalan normal, lantaran belum ada kasus positif Covid-19.
“Dalam forecast pemerintah, harusnya kuartal I tumbuh 4,3%, tapi realisasinya hanya 2,97%, maka hampir pasti bahwa akan mencapai angka bawah sekitar 1,5 persen atau tertinggi hanya 2 persen di akhir tahun, karena di kuartal I sudah gagal,” kata Ryan dalam Diskusi Forum Wartawan Daerah (Forwada).(*/berbagai sumber/tim redaksi 07/Safarudin/Indra)
Mari Simak Coverage Riset Data Spesifik Duniaindustri.com:
Market database
Manufacturing data
Market research data
Market leader data
Market investigation
Market observation
Market intelligence
Monitoring data
Market Survey/Company Survey
Multisource compilation data
Market domestic data
Market export data
Market impor data
Market directory database
Competitor profilling
Market distribution data
Company database/directory
Mapping competition trend
Profiling competitor strategy
Market data analysist
Historical data
Time series data
Tabulation data
Factory directory database
Market segmentation data
Market entry strategy analysist
Big data processor
Financial Modeling/Feasibility Study
Price trend analysist
Data business intelligence
Customized Direktori Database* Butuh data spesifik atau riset pasar, total ada 181 database, klik di sini
** Butuh competitor intelligence, klik di sini
*** Butuh copywriter specialist, klik di sini
**** Butuh content provider (branding online), klik di sini
***** Butuh jasa medsos campaign, klik di siniDatabase Riset Data Spesifik Lainnya:
- Butuh data spesifik atau riset pasar, total ada 181 database, klik di sini
- Butuh 24 Kumpulan Database Otomotif, klik di sini
- Butuh 18 Kumpulan Riset Data Kelapa Sawit, klik di sini
- Butuh 15 Kumpulan Data Semen dan Beton, klik di sini
- Butuh 8 Kumpulan Riset Data Baja, klik di sini
- Butuh 15 Kumpulan Data Transportasi dan Infrastruktur, klik di sini
- Butuh 9 Kumpulan Data Makanan dan Minuman, klik di sini
- Butuh 6 Kumpulan Market Analysis Industri Kimia, klik di sini
- Butuh 3 Kumpulan Data Persaingan Pasar Kosmetik, klik di sini
- Butuh competitor intelligence ataupun riset khusus (survei & observasi), klik di sini
- Butuh copywriter specialist, klik di sini
- Butuh content provider (online branding), klik di sini
- Butuh market report dan market research, klik di sini
- Butuh perusahaan konsultan marketing dan penjualan, klik di sini
- Butuh menjaring konsumen korporasi dengan fitur customized direktori database perusahaan, klik di sini
Duniaindustri Line Up:
detektif industri pencarian data spesifik
Portofolio lainnya: