Duniaindustri.com (Januari 2016) – China, negara dengan kekuatan ekonomi terbesar kedua di dunia, memangkas impor batubara hingga 30% menjadi 204,06 juta ton pada 2015 seiring perlambatan ekonomi global serta upaya negara itu untuk menurunkan polusi. Jumlah impor batubara negara Tirai Bambu itu menurun hingga level terendah sejak empat tahun terakhir yakni 2011.
Data bea dan cukai (General Administration of Customs) Beijing menunjukkan, tahun lalu volume pengiriman batubara dari luar China ke negara konsumen energi terbesar di dunia itu anjlok sekitar 30% menjadi 204,06 juta ton. Volume impor terendah sejak 2011 lalu, sekaligus kontraksi terbesar sejak 2005 lalu.
“China tidak lagi membutuhkan pasokan batubara dari luar negeri, karena sudah mengalami kelebihan pasokan dalam jumlah besar dari dalam negeri,” kata David Fang, Direktur Asosiasi Transportasi dan Distribusi Batubara China seperti dikutip Bloomberg.
Menurut dia, iImpor batubara kemungkinan akan terus merosot tahun ini jika pemerintah meningkatkan upaya untuk memperbaiki kualitas udara dan pertumbuhan ekonomi semakin melambat.
Permintaan impor batubara telah menurun tajam setelah perekonomian China melambat dan terjadi perubahan motor pertumbuhan ekonomi yang mengandalkan konsumsi. Sementara itu, pemerintah China juga berupaya untuk memangkas kelebihan kapasitas industri dan menurunkan polusi.
Produsen emisi karbon terbesar dunia itu juga berniat memangkas penggunaan batubara yang menyebabkan selimut kabut hitam di kota-kota besar — dari Shanghai hingga Beijing — dan memaksa pabrik hingga sekolah berhenti beroperasi. Kondisi tersebut dikhawatirkan akan mudah memicu gejolak sosial di perkotaan.
China akan memangkas porsi batubara dalam konsumsi energi menjadi 62,6% pada tahun ini, dari 64,4% tahun lalu. Desember lalu — mengutip pernyataan kepala Departemen Energi Nasional Nur Bekri — kantor berita China, Xinhua mengabarkan, China akan menahan pemberian izin baru penambangan batubara.
Melalui Komisi Pembangunan dan Reformasi Natsional, Beijing juga mendesak perusahaan-perusahaan untuk mengganti sumber listriknya, dari pembangkit listrik bertenaga batubara yang mereka operasikan sendiri, dan memanfaatkan sumber energi baru terbarukan.
Pengaruhi Indonesia
Penurunan permintaan batubara dari China otomatis akan menurunkan prospek industri batubara Indonesia, seiring dengan pelemahan harga komoditas dunia. Akibat anjloknya harga komoditas yang diperparah oleh rendahnya permintaan pasar, sebanyak 125 perusahaan batubara di Kalimantan Timur terpaksa berhenti beroperasi. Akibatnya, 5.000 orang terkena Pemutusan Hubungan Kerja (PHK).
Menurut Ketua Asosiasi Pengusaha Indonesia (Apindo) Kaltim, M Slamet Brotosiwoyo, hingga awal Agustus 2015, keterpurukan ekonomi belum terlihat tanda-tanda pemulihan. Masih serba tidak pasti.
“Kalau kondisi seperti ini terus, akhir tahun pasti tambah lagi perusahaan yang tutup. Perkiraan Apindo, jumlah perusahaan tutup bisa sampai 200 perusahaan sampai akhir tahun,” ujar Slamet. Selain kelesuan ekonomi, para pengusaha merasa, ada yang memperparah kesulitan pengusaha yakni besarnya beban pungutan yang ditanggung pebisnis.
Dia mengemukakan, total pungutan tersebut mencapai 11,75 persen dari beban perusahaan kepada pegawai. Sejatinya, dampak kesulitan perekonomian pada tambang batu bara sudah parah. Namun sejauh ini, PHK massal seakan tidak bergolak, karena pada pegawai yang terkena PHK umumnya pendatang dari daerah lain bahkan dari luar pulau.(*/berbagai sumber/tim redaksi 01)
CONTACT US BY SOCIAL MEDIA: