Latest News
You are here: Home | Umum | Charoen Pokphand Kantongi Utang US$ 500 Juta
Charoen Pokphand Kantongi Utang US$ 500 Juta

Charoen Pokphand Kantongi Utang US$ 500 Juta

Duniaindustri.com (Oktober 2013) — PT Charoen Pokphand Indonesia Tbk (CPIN), perusahaan pakan ternak, menandatangani fasilitas pinjaman sindikasi dari 20 bank senilai US$ 500 juta atau setara Rp 5,68 triliun, dengan tenor tiga sampai lima tahun.

Pihak mandated lead arranger yang ditunjuk oleh Perseroan yaitu Citibank, DBS Bank Ltd., PT Bank ANZ Indonesia serta Sumitomo Mitsui Banking Corporation (SMBC). Sementara, bank pendukung lainnya merupakan kombinasi dari bank lokal maupun asing.

Direktur Charoen Pokphand Ong Mei Sian menyatakan, fasilitas pinjaman yang terdiri dari US$ 325 juta dan Rp 2 triliun tersebut diperoleh secara unsecured basis, alias tanpa menjaminkan aset perusahaan apapun. Meski demikian, pihaknya tetap menerapkan konsep kehati-hatian dalam penggunaan dana.

“DER Perseroan hanya mencapai 0,68x dengan perolehan fasilitas ini, maka kondisi finansial kami masih terbilang sehat,” jelas Ong Mei.

Terkait besarnya suku bunga, Ong Mei masih enggan memberi rincian. Yang pasti, menurutnya, penghematan yang dilakukan Perseroan dari suku bunga pinjaman baru mencapai 75-100 basis poin.

Adapun dana hasil pinjaman nantinya akan digunakan untuk pembayaran kembali atau refinancing seluruh utang perusahaan sebesar US$ 200 juta.

Ong Mei memaparkan bahwa Perseroan memang melakukan pelunasan lebih cepat meski sebagian dari utang tersebut sebenarnya baru jatuh tempo pada 2014.

“Dengan pertimbangan bahwa 2014 adalah tahun pemilu, dan juga ada kebutuhan tambahan perusahaan, maka kami memutuskan untuk melunasinya sekarang,” ungkap Ong Mei.

Sementara itu, sisa dana pinjaman sebesar US$ 300 juta dipakai untuk biaya kebutuhan pertumbuhan usaha sepanjang lima tahun ke depan. Pertumbuhan per tahun yang mencapai 15 perseroan mendesak Perseroan untuk terus meningkatkan kapasitas produksi.

Saat ini, Perseroan tengah membangun sejumlah pabrik pakan ternak dan beberapa fasilitas sejenis di sejumlah daerah di Indonesia dengan anggaran capex sebesar Rp 2 triliun. Sementara anggaran yang sudah terserap per Juni 2013, menurut Ong Mei, telah mencapai 50 persen atau Rp 1 triliun.

Besarnya utang baru yang dikantongi Charoen Pokphand tidak lepas dari tingginya keyakinan perusahaan terhadap pertumbuhan industri ini. Produksi pakan ternak tahun ini berpotensi tumbuh hingga 12%, menjadi 15,46 juta ton. Sepanjang 2012, produksi pakan ternak, baik pakan unggas maupun pakan ikan dan pakan udang (aqua feed mill), mencapai 13,8 juta ton. Kenaikan produksi antara lain dipicu bertambahnya kapasitas produksi dan beroperasinya pabrik pakan baru di tahun ini.

Desianto Budi Utomo, Sekretaris Jenderal Gabungan Pengusaha Makanan Ternak (GPMT), menyebutkan, pertumbuhan industri pakan ternak juga didukung tingkat konsumsi hasil budidaya ternak oleh masyarakat yang terus meningkat.

Catatan GPMT, tahun ini ada empat hingga lima pabrik pakan baru yang mulai beroperasi. Kapasitas terpasang dari masing-masing perusahaan mencapai 15.000 ton per bulan hingga 25.000 ton per bulan. Secara keseluruhan, kapasitas terpasang dari pabrik yang ada saat ini mencapai 16,5 juta ton.

GPMT menyebutkan, penjualan pakan ternak khusus unggas pada tahun lalu mencapai 12,7 juta ton, naik 12,39% dibandingkan posisi 2011 yang mencapai 11,3 juta ton. Selama tahun ini, penjualan pakan unggas diproyeksikan tumbuh 8,66%, menjadi 13,8 juta ton.

Denny D Indradjaja, Ketua Pakan Aquakultur GPMT, menambahkan, penjualan pakan ikan dan pakan udang pada tahun ini juga diproyeksikan meningkat. Penjualan pakan ikan diprediksi naik 15%, sedangkan pakan udang tumbuh hingga 30%.

Program revitalisasi tambak udang oleh pemerintah yang dimulai pada akhir tahun lalu cukup memberi harapan bagi penjualan pakan. Di tahun lalu, penjualan pakan ikan dan pakan udang berkisar 1,2 juta ton, naik 20% dibandingkan penjualan 2011, seberat 1 juta ton. Realisasi penjualan 2012 sejatinya masih di bawah target yakni 1,3 juta ton.

Perusahaan pakan unggas yang berencana menambah kapasitas produksi adalah PT New Hope Indonesia. Berlokasi di Medan, Sumatra Utara, pabrik yang nilai investasinya ditaksir mencapai Rp 50 miliar ini akan menghasilkan pakan unggas hingga sebanyak 24.000 ton per bulan.

Rachmat Djojo, Chief Marketing Officer New Hope Indonesia-Balaraja, mengatakan, pembangunan pabrik baru itu akan menambah dua pabrik yang sudah ada saat ini. “Kami akan terus ekspansi mendekati sumber bahan baku dan pasar,” kata Rachmat. Dua pabrik lama New Hope Indonesia itu berlokasi di Balaraja Tangerang, dan di Surabaya, Jawa Timur.

Kapasitas yang terpakai di masing-masing pabrik tersebut berkisar 10.000 ton hingga 12.000 ton per bulan. Tentu saja, kapasitas kedua pabrik ini dapat ditingkatkan hingga mencapai sebesar 24.000 ton per bulan.

New Hope Indonesia memilih ekspansi pabrik ke Medan lantaran lebih dekat ke bahan baku pakan ternak, yakni jagung. Selain itu, proses importasi bahan baku pakan yang lain juga lebih mudah melalui Batam.

Pabrik pakan ternak New Hope Indonesia di Medan akan berdiri di atas lahan seluas 5 hektare (ha). Proyek pembangunannya dimulai pada pertengahan tahun ini dan diproyeksikan memakan waktu sekitar enam bulan.

Sedangkan PT Sinta Prima Feedmill pada tahun ini siap mengoperasikan pabrik pakan ikan baru, berkapasitas 15.000 ton per bulan. Pabrik pakan ikan yang berlokasi di Cileungsi ini mulai dibangun sejak 2011 lalu.

Pengoperasian pabrik pakan baru tersebut akan melengkapi satu pabrik pakan ikan yang telah dimiliki oleh Sinta Prima. Kapasitas terpasang pabrik ini mencapai 15.000 ton per bulan, dengan tingkat utilisasi mencapai 80%.(*)

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

*

Scroll To Top